Laman

Selasa, 05 Maret 2013

Love You Like a Love Song (Erza - Putra sequel) Part 1 - Introduce


Sebenarnya, ini udah setahun lebih aku buat sekuelnya setelah kelarin Erza – Putra. Tapi... karna takut basi atau kalian bosan, aku diemin aja di folder dan bikin Lista – Ando. gak taunya, karna aku pernah 3 kali ngepost teasernya lewat FB dan keseringan sebarin lewat Whatsapp, Jadi yang nagih banyak, bilang kangenlah, pengen liat Putra mesraan lagilah dsb, jadi aku lanjutin. Rencananya ini mungkin sedikit aja partnya. Aku kasih bocorannya aja yah, jadi ceritanya ini berkisar tentang hubungan mereka dan beberapa orang dari masa lalu Putra hadir lagi sampai mereka nikah. Nah... bagi yang sering kebagian teaser dari Whatsapp aku dan protes karna gak terima, silahkan dagdigdug yah...karna aku benar – benar akan menulis versi lengkapnya. Hahahahaha... happy read all. :)

 Author : Rere Nurlie.

           
            “Besok lo berangkat, Za? Tanya Arny kepada sahabatnya yang sekarang asyik smsan dengan pacarnya. Kesal pertanyaannya tak direspon, dia mengambil ponsel sahabatnya dan memasang wajah merajuk ketika si empunya ponsel melotot ke arahnya.
            “Habis lo lebih milih balas pesan Putra daripada dengerin pertanyaan gue! Gue kan cemburu!” Rajuknya sebelum Erza sempat merangkai omelan yang terlintas dikepalanya. Membuatnya tertawa.
            “Sorry... sorry... Gue keasyikan. Iyaa... gue besok berangkat sama Putra langsung meluncur ke Belanda. Kenapa?” Tanya Erza sambil menengadahkan tangannya, menuntut ponselnya dikembalikan.
            Arny menyerahkan ponselnya dan memasang wajah sedih. “Yah... kita gak akan ketemu lagi deh,”
            “Ngawur! Kan kita bisa email-an, skype-an, pokoknya kita masih bisa berhubungan, Arny.”
            “Tapi... kan gak seseru bertatap muka, Za. eh... pacar lo datang tuh,” Arny mendengar suara mobil datang dan melirik jendela kamarnya. Kemudian, dia melihat Putra dengan gaya coolnya berjalan menuju pintu rumah dan memencet belnya.
            “Za...” Panggilnya dan dia menoleh ke belakang, sekedar melirik apa yang dilakukan sahabatnya.
            “Iya...” Erza membalas sambil merapikan rambutnya agar terlihat lebih rapi dan mengikatnya karna gerah.
            “Gue bakal kangen sama lo, Za. hati – hati yah. Lo kalo sudah sampai, langsung email gue! Kudu wajib! Awas kalo gak!” Ancam Arny sambil memeluk Erza sebagai pelukan terakhir.
            “Oke deh. gue akan email lo begitu tiba disana. Take care yah, thanks udah perhatiin gue,” Erza membalas pelukan sahabatnya dengan erat.
            “Kita kan sahabat. Yuk...” Arny melepas pelukannya dan langsung menarik Erza keluar kamarnya untuk menemui Putra yang menjemputnya.

bacd

            Putra tersenyum ketika melihat Erza turun dari tangga diikuti Arny, pacar sahabatnya, Rico dan senyumnya semakin melebar ketika Erza berdiri di depannya dan membalas senyumnya. Sungguh, tak ada yang dia inginkan di dunia ini selain melihat senyum pacar tercintanya, Erza Noor Assifa.
            “Ini kak, Erzanya gue balikin,” Arny mendorong pelan Erza agar berhadapan dengan Putra. Membuat mereka saling bertatapan dan tersenyum.
            “Kamu gak diapa – apain si Arny kan?” Putra memasang wajah pura – pura khawatir dan mengelilingi Erza siapa tau ada bekas penganiayaan yang luput dari matanya. Membuat Arny manyun.
            “Lo kira gue bakal nindas Erza kak?” Gerutunya ketika Putra berhenti berputar dan semakin manyun ketika Putra memeluk pinggang Erza dan mengecup keningnya. Buat dia ingin segera menelpon Rico untuk bermesraan segera.
            “Kan siapa tau lo aniaya pacar tercinta gue,”
            “Gak bakalan lah. Yang ada lo aniaya Erza!” Arny membalas sengit. Tak terima dituduh.
            “Sayang... Emang aku ada aniaya kamu selama kita pacaran?” Putra menatap Erza dan dibalas gadis itu dengan gelengan dan semakin mempererat pelukan di pinggangnya.

            Putra tersenyum puas dan menatap Arny yang jengkel melihat tingkahnya. Membuat pacar sahabatnya emosi  adalah hobi baru yang paling dia sukai. “Tuh kan? Lo tau sendiri gue gak bakal nyiksain Erza. By the way,,, Rico mana? Masih di Bali yah?”
            Arny mengangguk lesu. Sungguh tidak ketemu Rico selama 3 minggu adalah siksaannya. Dan dia semakin tersiksa lagi melihat Erza bermesraan dengan Putra tepat dihadapannya. “Iya kak. Lama banget 3 minggu disitu ngurusin Restonya.”
            Putra mangut – mangut. Mendadak sebuah ide jahil muncul. “Iya... tapi.. di Bali ceweknya cantik – cantik loh, Ny. Sudah cantik, bulenya seksi – seksi lagi! Hmmm... apalagi kalo liat cewek asli balinya, aduh... manis semua wajahnya. Gue terakhir ke Bali waktu SMP sama sepupu, masih kebayang wajah manis cewek bali itu.”
            Arny mulai sedikit terpengaruh dengan ucapan Putra yang bercerita dengan tampang super serius. “Terus kak? Rico gak mungkin lirik sana – sini kak! Dia kan setia.”
            Erza mulai mengepalkan tangannya. Bila Putra ngomong yang bikin dia emosi sekali lagi, dia takkan menyesal kalo sebuah jitakan darinya akan membuatnya amnesia sekali lagi.
            “Hmm... iya sih. Kamu ingat James kan? Itu looo... Sepupuku yang di Belanda,” Putra beralih ke Erza yang mulai menatapnya sinis. Namun diabaikannya. Membuat dua cewek senewen karnanya adalah bakatnya. “Tau kok, kenapa?” Erza menjawab dengan nada emosi yang ditahannya. Dia melirik dari ujung kepala sampai ujung kaki. Memikirkan bagian tubuh Putra yang mana akan beruntung mendapat sebuah “hadiah” darinya.
            “Sebelum nikah sama Luhde, dia tunangan dengan teman Kathy. Terus dia sama gue ke Bali waktu SMP, Cuma berdua aja. Terus si James ketemu Luhde di pura. Saling ngobrol, akhirnya pacaran dan nikah deh. si Janeth, tunangannya, dia putusin. Padahal sepupu gue setia loh orangnya. Kayak gue. Hahahaha....”
            “Erza!” Jerit Arny yang manyun melihat Putra tersenyum jahil padanya. “Pacar lo jahil banget sih! Rico gak mungkin kayak gitu! Lo bener – bener deh kak!” Manyunnya melihat Putra semakin ngakak tertawa.
            “Arn.. ntar kita ke Bali yuk. Siapa tau ketemu cowok ganteng disana. Kan katanya di Pantai – pantai gitu banyak cowok bule badannya six pack semua. Minus cowok! Biar banyak yang ngira kita jomblo semua.” Erza membalas teriakan Arny dengan ajakan ke Bali yang sukses membuat Putra mencubit pelan pinggangnya.
            Arny melirik Putra yang melotot ke arah Erza yang semakin erat dirangkul. Kemudian tersenyum geli. “Sip! Terus kita ajak aja si Jessi, Dinda sama Eva. Pokoknya kita bebas di bali! Kalo gak salah, ada loh hotel yang pengunjungnya bule cowok ganteng semua! Bagaimana kalo kita kesitu ntar?”
            Erza hampir saja mengiyakan dengan semangat kalo saja Putra tidak menggendongnya. “Kayaknya ke Bali cocok buat kita berdua aja deh,” Ucapnya ketika Erza melotot digendongannya. Kemudian dia menatap Arny. “Kami pergi dulu yah. Bye Arn. Salam buat Rico.” Dan berjalan keluar rumah diikuti dengan gelengan Arny.
            “Turunin gue! Gue bisa jalan sendiri!” Jerit Erza ketika Putra menggendongnya keluar rumah Arny. Sedangkan sahabatnya mengikuti mereka dibelakang dengan cekikikan.
            Putra tersenyum tanpa mempedulikan teriakan Erza. Ketika sudah didepan mobilnya, dia menurunkannya dan membukakan pintu mobil untuknya. Mempersilahkan masuk. “Silahkan masuk sayang,”
            Erza hanya manyun dan menoleh ke Arny yang berdiri di belakang Putra. “Arn... Ntar kalo sampai Belanda gue kabarin deh. ntar kita susun aja rencana ke Bali. Ingat, jangan bilang ma Rico yah,” Bisiknya agak nyaring agar Putra mendengar.           “Ok deh. lo jangan bilang sama Putra yah kalo kita ke Bali. Dadah Erza, take care.” Ucapnya seolah – olah Putra tak ada disekitar mereka.
            Erza tersenyum dan masuk mobil. Mengabaikan Putra yang memelototinya.
            “Beneran ke Bali nih ceritanya? Tanpa aku? Yakin?” Ucapnya sambil membantu Erza memasang sabuk pengamannya. Dan gadis itu nyengir sambil melihat kearah jalan bahwa mereka sudah keluar dari komplek Arny.
            “Yakin banget malah. Masa kamu bisa berduaan dengan James si mesum di Bali sedangkan aku harus bareng kamu? Gak adil dong.” Ucapnya jengkel karna setiap teringat dengan James, sepupu Putra dari Belanda, kemesumannya cukup membuat Erza jengkel.
            Putra menatap Erza sekilas dan membelokkan mobilnya di lapangan bola yang kosong dan berhenti. Kemudian dia mendekatkan wajahnya hingga pacarnya mundur dan terbentur pintu mobil. Dia mengelus wajah mulusnya dan berbisik “Aku cemburu loh dengarnya. Kalian ke Bali, lirik cowok lain, terus aku kamu gimanain?”
            “Anggap aja gak punya pacar. Beres kan? Cuci mata sesekali gak dosa kok. Toh, teman – teman aku banyak yang kayak gitu, biasa aja tuh. Diwajarin aja,” Erza menantang Putra dengan segenap keberaniannya. Dia masih tak terbiasa dengan ulah Putra yang satu ini. Sukses buat jantungnya loncat kodok. Padahal mereka sudah pacaran sekitar setahun.
            “Bagi kamu gak papa dan wajar aja,” Jawab Putra sambil memainkan rambut panjang Erza yang dikepangnya. Kemudian menarik ikatannya hingga terurai. “Tapi bagi aku, itu nyari mati, sayang.” Sambil berkata begitu, Putra membenamkan kepalanya di leher Erza dan menciumnya. Tak ingin Erza mengganggu kesenangannya, dia menggengam kedua tangannya dengan tangan kirinya dan diletakkannya di belakang. Sedangkan tangan kanannya memainkan rambutnya yang tergerai.
            Erza mati kutu dibuatnya. Dia menggigit bibirnya sendiri ketika merasakan lidah Putra mengenai lehernya yang mulus dan menggigitnya agak keras hingga meninggalkan bekas.
            “Aaahh... Stop it,” Desahnya sambil menggerakkan tangannya yang dibelakang punggungnya. Berusaha melepas cekalan Putra.
            No... I like your smell. Like drugs for me. And your lips,” Ucapnya sambil menatap Erza dan menyentuh bibir tipisnya yang bergetar. “Like candy for me, sweet and addicted.” Sambil berkata begitu, dia mencium bibir yang bergetar dengan lembut.
            Hmmm...” Desahnya ketika dirasa ciuman mereka semakin panas dan tangan kanan Putra mulai meraba – raba paha mulusnya yang ditutupi celana jinsnya. Dan kepanikan mulai melanda, apa jadinya kalau Putra kebablasan?
            Tau apa yang membuat pacarnya gelisah, dia berhenti mengelus pahanya dan sebagai gantinya, dia semakin mencium Erza, bermain di lidahnya dan memaksanya untuk mengikuti alur permainannya. Taktiknya sukses. Erza berubah agresif dengan mengulum dan menggigit bawah bibirnya.
            Putra melepas cekalan di kedua tangan Erza ketika dia sudah mulai terbawa permainannya. merasa bebas, Erza merangkul leher Putra agar semakin dekat dengannya.
            “Ahh... sudah... Put... Ntar... kelihatan orang...” Ucap Erza terputus – putus ketika Putra sekarang  bernafsu mencium lehernya dan menggigitnya. Tengkuknya pun tak luput dari sasaran.
            Putra mengigit tengkuknya dan mencium bekasnya lalu menatap Erza dan mengecup bibirnya. “Iya... ntar kita lanjutin lagi yah?” Ucapnya jahil sambil mengedipkan mata. Erza hanya menoleh ke arah lain dengan wajah malu. Membuat Putra tersenyum dan mengacak rambutnya yang tergerai lalu menjalankan mobilnya kembali untuk mengantar pacarnya pulang.


³³³³

Oh... bahagia...
kau telah terlahir di dunia
dan kau ada, di antara miliaran manusia
dan ku bisa, dengan radarku
menemukanmu...”
*Maudy Ayunda – Perahu Kertas.

       Alunan suara merdu dari Maudy Ayunda terdengar di radio ketika Putra dan Erza asyik membahas apa yang mereka lakukan nanti setiba di Belanda. Erza terdiam sebentar dan menyaringi volume suaranya. Kemudian dia menyanyi mengikuti alunan lagu tersebut sambil menatap Putra yang fokus dengan mobilnya.
       “Tau gak, lagu ini perasaanku banget lo sama kamu,” Ucap Erza pelan ketika lagu itu sudah selesai diputar.
       Putra tersenyum dan mencium pipi kanan Erza dengan sayang. “Aku tau kok sayang.”
       “Dulu lucu yah, waktu SMA kita berantem mulu, kok sekarang malah gini sih?”
       “Waktu SMA kan kamu lebih banyak nolaknya daripada terima. Tapi... bukan Putra namanya kalo gak bisa dapatin kamu.” Ucapnya sambil mengedipkan mata jahil. Membuat Erza mencibir dengan wajah memerah malu.
       “Habisnya kamu menggoda aku tapi cewek lain kamu goda juga. Aku bingung, kamu serius atau Cuma jadiin aku permainan. Cewek mana yang suka dipermainkan?”
       Dia tersenyum mendengarnya. Senang karna perbuatan masa lalu itu ternyata mendapat sedikit respon. “Aku juga dibuat bingung. Kamu cuek, tapi ada kalanya aku sempat liat kamu melihat – lihat ke arahku terus manyun ketika aku dekat dengan seorang cewek. Mengukur – ukur perasaan kamu ke aku itu susahnya minta ampun. Makanya aku suka goda yang lain bukannya ingin mempermainkan, tapi hanya ingin menikmati reaksi cemburu yang kamu tak sadari itu. Kamu kalau cemburu itu lucu loh.”
       Erza malu mendengarnya. Dulu, dia memang sempat menyukai Putra, menyukai dalam diam, menikmati perhatiannya dan merasa tersanjung. Tapi, perasaan itu hancur seketika ketika dia melihat Putra menggoda yang lain tepat didepannya. Membuatnya membangun perasaan benci selama 3 tahun dari perasaan sakitnya itu dan takkan menyangka akan menyerah lewat perjodohan sinting mamanya itu.
       “Iya...” Tak ada gunanya untuk menyimpan perasaan itu sekarang. “Aku dulu sempat suka sama kamu walau kamu dari awal MOS ngeselin minta ampun! Tapi... itu langsung ambruk ketika aku melihat kamu goda cewek lain pas aku mau pulang sekolah. Aku mikir, ngapain aku suka sama kamu kalau ternyata dianggap sama dengan yang lainnya? Gampang dipermainkan terus dibuang bila bosan? Makanya aku berubah total menolak kehadiran kamu, sinis dsb. Tapi... aku gak nyangka usaha selama 3 tahun itu hancur semuanya karna janji konyol mama kita. Mungkin, seandainya mama kita gak bikin janji konyol itu, mungkin aku dengan yang lain.”
       Putra terdiam mendengar pengakuan pacarnya itu. Tak menyangka mendengarnya. “Berarti...”
       “Aku sudah menyukaimu dari lama tapi aku ubah jadi benci karna tingkahmu sendiri. Jadi, jangan salahkan aku...” Erza memotong ucapan Putra dan tersenyum geli melihat pacarnya melotot kaget.
       “Kalau kamu gak denganku, kira – kira kamu dengan siapa?”
       “Nanda mungkin.” Jawab Erza enteng. Sesuai perkiraannya, Putra melotot tajam.
       “Silahkan bermimpi, sayang kalau begitu.”
       “Dengan senang hati akan kulakukan, sayang. Tapi.. aku lebih memilih dunia nyata dengan seseorang yang ku sayang daripada dengan dunia mimpi yang sampai mati takkan termiliki.”
      
       Putra tersenyum dan mengecup pipinya penuh sayang sekilas ketika mereka berhenti di depan rumah Erza. “Senang mendengar jawabanmu, sayang. Sampai ketemu di Bandara esok pagi.” Ucapnya sebelum dia turun. Dan Erza tersenyum. “Yap. Sampai ketemu lagi.” Dia masuk dalam rumahnya dan melambaikan tangan lalu menutup pintu mobil pelan.

       Setelah yakin Erza masuk dengan selamat, Putra meninggalkan rumahnya dengan senyum masih betah di wajahnya sampai dia pulang kerumah.

♥ ♥

      “Aku bahagia.”
      
       “Kathy?” Erza kaget melihat Kathy duduk di ruang tamunya dan langsung memeluk kangen. Dia kangen dengan sepupu Putra yang satu ini.
       “Hai kak.” Sapanya disela pelukan. “Calon kakak ipar.” Lanjutnya membuat Erza melepas pelukan dengan wajah memerah malu.
       Kathy tertawa mendengarnya. Dia sengaja ke rumah Erza untuk melepas kangen. Setahun berlalu setelah mereka balikan kembali, hidupnya seperti dilingkupi bunga – bunga disekitarnya. Dan dia menunjukkan dengan tersenyum penuh sinis ke arah Selvi yang terlihat kalah di matanya setiap mereka bertemu. Membuat Restu, tunangannya harus mengingatkan berkali – kali.
       “Restu gimana kabarnya?” Tanyanya karna sahabatnya itu sekarang menjalankan bisnis otomotif bersama temannya di sela kesibukannya sebagai Mahasiswa Kedokteran yang super padat.
       “Baik kok. Lo gimana kak kabarnya? Ati – ati ntar disana sama kak Putra. Tuh cowok mesum ampun – ampunan kak!” Kathy mengelus cincin pertunangannya sebulan yang lalu ketika teringat Restu dan memperingatkan Erza tentang bahaya pesona sepupunya.
       “Gue tau kok, Kath. Makanya ntuk jaga jarak, kami beda apartemen.”
       “Tapi bersebelahan kan?”
       Erza menggeleng. “Tadinya... tapi gue ngotot gak mau dan dia ngalah. Jadi gue di lantai atas, dia bawah. Hahahahaa...”
       Kathy bisa membayangkan betapa kesalnya sepupunya itu. Namun tak bisa melakukan apa – apa mengingat Erza lebih keras kepala 2 kali lipat dibandingkan Putra kalau ingin sesuatu. Tanpa sadar dia tertawa kecil. “Gak bisa gue bayangin kak.”
       Erza tertawa mendengarnya dan teringat pertengkaran hebat mereka hanya karna masalah lokasi apartemen. Dia hampir saja kalah total melawan arogansi Putra kalau saja tak menggunakan senjata terakhir yang paling ampuh. Merajuk. Membuat Putra bertekuk lutut menuruti keinginannya.
       Kathy bisa melihat rona kebahagiaan di wajah Erza dan tersenyum. Senang karna mereka bersatu.

♥ ♥

      “Ciiieeee... yang besok pergi..” Goda Kathy yang baru datang dari rumah Erza setelah mehabiskan waktu hanya untuk bergosip. Ketika masuk ke rumah, dia melihat Putra berdiri di depan pintu taman sambil menghapal yang ada di buku yang dipegangnya sekarang.
       Putra menutup bukunya dan menatap Kathy. Lalu nyengir. “Kenapa? Lo mau ikut?”
       “Pengennya sih. Tapi... ntar aja deh. gak enak gangguin lo mau mesraan sama kak Erza ntar.”
       “Bagus deh kalo lo nyadar.” Ucapan Putra membuat Kathy manyun karna dibilang pengganggu.
       “Kak... lo ntar ajak Erza ke tempat nenek gak?”.
       Putra terlihat menimbang – nimbang jawabannya sendiri. “Pengennya sih. Tapi... lo tau kan tradisi keluarga kita anehnya kayak gimana tiap salah satu dari kita bawa pasangan? Gue sih senang – senang aja nurutinnya. Tapi, gue harus mikirin perasaan dia kan?” Kathy mencibir mendengar jawabannya. Seorang Putra, mesum tingkat tinggi khawatir dengan Erza karna tradisi keluarganya yang aneh? Sangat Bukan Putra.
       Putra tertawa melihat ekspresi Kathy yang mirip Erza kalau dia sedang narsis kumat. “Lo kalau manyun mulu, tuh bibir kayak Pinguin baru tau rasa.”
       Kathy memukul lengannya pelan, “Ntar yang anterin lo besok siapa? Gak mungkin kan mobil lo titipin di bandara selama dua tahun?”
       “Ada aja. Anak kecil kayak lo gaboleh tau rencana gue.” Ucap Putra jahil sambil mencubit pelan lengan Kathy. “Pelit!” Balas Kathy sewot karna dibilang anak kecil.
       “Hahahaha... by the way,  Kalau gue pergi, lo dirumah dengan siapa ntar? Gak mungkin tinggal sendiri kan? Oh iya, bagaimana gue telpon Restu ntuk temanin lo? lo kan udah tunangan juga sama dia. Jadi gak papa deh kalau kejadian.” Usul Putra membuat Kathy membelalakkan matanya tak percaya. Shock bahwa sepupunya lebih mesum dari diperkirakan. “semoga Erza selamat sampai akhir dapat sepupu gue. Gak married by accident. Amien.” Harap Kathy dalam hati.
       Putra tertawa terbahak – bahak melihat Kathy memandangnya seolah – olah dia baru saja mengaku gay, “Kenapa lo dek?  Tenang sajaa... Restu gak bakalan apa – apain lo kok. dia kan lurus jalan pikirnya. Kalaupun belok... yaaaa.. begitulah...” Putra mengangkat bahu dan tersenyum miring disertai kedipan mata.
       “kalaupun dia belok, itu karna otak lo yang pengaruhin kak! Kasian gue sama Erza yang pacaran sama sepupu gue yang mesumnya ampun – ampunan.”
       Putra nyengir dibuatnya, “Gue biar mesum begini bisa jaga diri tauk! Lagipula, gue akan membuat dia menjadi cewek yang paling beruntung karna mau bersama gue. “ Dia tersenyum ketika mengucapkan itu. Pengakuan pacarnya siang tadi tentang perasaannya sungguh membuat hatinya senang. “Udah ... untuk merayakan kepergian gue, lo mau kemana? Kita berdua aja.”
       “Erza lo tinggal kak? Tumben...”
       “Dia pengen istirahat aja katanya. Masa gue paksa untuk ikut? Lagipula gue gak mau lo galau melihat kemesraan kami sedangkan lo gak bisa mesra – mesraan.” Dan kathy pun merengut dibuatnya dan membenarkannya.
       “Yuk...” Dia mengulurkan tangannya dan Kathy, menyambut ulurannya dan berjalan keluar rumah.

♥ ♥

      Erza sibuk browsing untuk mencari tau apa saja mengenai Belanda dan musim apa sekarang di negara Kincir Angin itu. Tadi pacarnya sempat mengajak jalan untuk menghibur Kathy, namun ditolaknya karna dia sudah ketemu dengan sepupu pacarnya itu yang mungkin akan menjadi iparnya. Membayangkan hal itu, dia menggelengkan kepalanya kuat – kuat. “Masih terlalu muda untuk mikirin hal segede itu.” Batinnya dalam hati.
       “Musim dingin yah? Hmmm... untung gue udah beli semua pakaian khusus musim dingin kemaren sama Putra.” Gumamnya penuh syukur dan menatap pigura kecil di sampingnya yang berisi foto mereka saling tersenyum dengan latar pantai. Sudah setahun mereka pacaran, dan entah kenapa dia merasa baru kemarin kejadian dimana dia hampir saja pergi meninggalkan Putra karna Selvi mengaku hamil.  Seandainya saja pacarnya itu tak menemukannya, mungkin sekarang dia sudah berada di Belanda sendiri dengan membawa hatinya yang remuk redam.
       Lamunan Erza buyar ketika ponselnya bergetar tanda ada sms. Dia mengambilnya dan tersenyum.
       By : Putra “Cowok mesum” ;*
       “Udah tidur sayang? Kalau sudah, aku telat dong? yasudah, Have a nice dream yah. wish you dreaming me. J  sms pacarnya membuat Erza tersenyum dan membalasnya.
       “Aku belum tidur kok. masih sibuk searching soal besok. Kan aku gak tau apa – apa soal Belanda. Kalau ngandelin kamu doang, takutnya dikerjain. Males deh... hahahaa.. Kathy gimana? Gak marah kamu smsan ama aku? Takutnya ponsel kamu disita lagi ama tuh anak karna merasa terabaikan.”  Erza tertawa membayangkan Kathy mengamuk dan menyita ponsel pacarnya itu. Mengingat dia galau karna tunangannya sibuk dengan bisnis barunya itu hingga sering bolak – balik Jakarta – Bali. Dan dia menekan tombol “kirim”

       “Cepat banget nih anak balasnya.” Gumamnya ketika ponselnya bergetar lagi. Dia membukanya dan tersenyum membaca balasannya. “Ya gak dong. ngapain aku usil sama pacar sendiri? Kalaupun usil, pasti bukan hal itu ;p. Udah, kamu tidur saja sayang sekarang. Besok itu kita seharian di dalam pesawat. Mulai dari Jakarta, terus berhenti di Malaysia dan menunggu selama 5 jam di bandara untuk transit ke Belanda yang memakan waktu 16 jam. Aku gak mau kamu sakit saat sampai di Belanda ntar. Udah tau kan musim dingin disana bagaimana? Aku sih gak papa, kamunya aja yang aku takutin  kalau gak kuat terus sakit.”
       “Perhatian banget deh,” Ucap Erza dengan nada pelan ketika membaca sms pacarnya yang panjang lebar. Sebelum dia hendak membalas, tau – tau Putra menelponnya, “Hai,” Sapanya riang.
       Erza tersenyum dibuatnya. Baru beberapa jam mereka berpisah, tau – tau perasaan kangen itu hadir lagi. “Hai juga..”
       “Gak tidur? Ini udah jam 11 malam loh. Tidur gih. Jangan tidur terlalu malam.” Putra mengingatkan kebiasaan buruk pacarnya itu. Bahkan dia pernah iseng – iseng menelpon Erza jam 2 pagi karna tugas kuliah yang berjibun, dia mengira ceweknya itu tidur, gak taunya telponnya direspon dengan suara segar dan mengaku kalau dia minum kopi satu gelas besar agar matanya melek. Membuat Putra tiap malam menelponnya untuk tidur.
       “Aku gak mengantuk. Masih segar nih mataku.”
       “Masa sih? Tapi... kalau aku tidur di sampingmu, dijamin mata kamu lebih dari seger lagi, Za.” Godanya dan dia yakin wajah Erza sekarang merona.
       “Ngomong apaan sih?”
       “Tuh kan... aku yakin wajah kamu merah banget sekarang. Udah tidur sana.”
       “Aku gak ngantuk, Putra...”
       “Yakin gak ngantuk?”
       “Iya...”
       “Yasudah... kamu coba berdiri di dekat jendela deh. terus liat ke bawah.” Perintah Putra membuat Erza bingung. Namun diturutinya.
       “astaga!” Erza menyibakkan tirai jendela dan melongo total ketika Putra melambaikan tangan di bawah dengan tangan kiri memegang ponsel. “Sejak kapan kamu berdiri di depan rumahku?!”
       “Sejak aku nelpon kamu. Bisa dibukain pintunya?” dan Erza langsung mengangguk lalu memutuskan telponnya.

♥ ♥


      “Aku gak nyangka kamu disini loh. Sumpah.”Bisik Erza dipelukan Putra. Dia langsung memeluknya ketika pintu dibuka dan melihat pacarnya tersenyum ke arahnya.
       Putra tersenyum mendengarnya, “Senang?”
       Erza mengangguk di pelukannya dan melepasnya, “Banget.”
       “Mana Mpok Ijah?” Dia bingung kenapa pembantu kesukaannya itu tak datang menyambutnya.
       Erza nyengir dibuatnya. Kayaknya dia harus mengaku lagi, “Aku sendirian disini. Mpok Ijah besok pagi jam 6 baru datang kesini. Kak Reno lagi di Jakarta dan besok subuh baru pulang.”
       “Kamu benar – benar sendiri disini? Kenapa gak cerita?” Putra kaget dengan pengakuan pacarnya. Sendirian dirumah yang besar bukan sesuatu yang dianggap enteng.
       “Aku kan udah terbiasa sendiri disini. Jadi bagi aku merasa biasa aja.”
       “Bagi aku itu gak biasa sayang. Aku akan menginap disini. Temanin kamu.” Putusnya membuat Erza menggeleng kuat – kuat.
       “Gak... gak... aku gak mau. Kasian Kathy kalau kamu disini.”
       “Dia tau kok aku disini dan bilang mungkin akan nginap dirumah kamu. Kenapa, sayang?” Putra menutup pintu rumahnya dan berjalan mendekati Erza yang perlahan berjalan mundur, “Kita kan pernah serumah sebelumnya sekitar 4 bulan, pernah tidur sekamar beberapa kali, masa kamu masih takut sih? Kan gak terjadi apa – apa waktu itu.” Putra tersenyum menggoda dan membuat Erza semakin mundur hingga dia terbentur tembok dan membuat Putra leluasa mengurung dengan kedua tangannya di letakkan di sisi kiri – kanannya dan tatapan fokus ke Erza yang mulai memucat, “Still you remembered this moment? Like a deja vu, isn’t it?”
       Erza mendadak sulit menelan ludah, “Tapi waktu itu sikonnya beda!”
       “Menurutku sama aja dan buktinya kamu gak papa kan? aku disini hanya untuk menjagamu, Erza. Tapi kalau sampai kebablasan, tanpa kamu hamil karna perbuatan kita pun, aku akan menikahimu Erza.”
       Mendengar kata hamil dan menikah membuatnya semakin susah menelan. Dia merasa terlalu muda, terlalu labil untuk berjalan ke tahap yang besar itu. Apalagi mereka menikah bukan karna siap, tapi married by accident. “Itu hanya akan terjadi dalam mimpimu, sayang.” Erza mendorong Putra yang entah kenapa, memundurkan langkahnya. Dan tangannya sekarang melingkar di pinggangnya. Menimbulkan rasa hangat.
       “Aku anterin kamu tidur dan janji gak akan ngapa – ngapain, oke?” Ucapnya ketika Erza menatapnya penuh curiga. “Janji?”
       “Iya... palingan night kiss doang kok aku mau.” Jawabnya dengan nada usil. Membuat Erza melotot dan bergegas lari ke kamarnya. Tanpa ragu dia mengejarnya sebelum tak bisa masuk karna pintu dikunci.


♥ ♥

       Putra memandang wajah Erza yang tertidur pulas di sampingnya dengan senyum. Setelah sukses membujuk pacarnya untuk tidur dan sedikit ancaman ala dirinya, akhirnya dia mau tidur dengan syarat dinyanyikan lagu selamat tidur. Dan dirinya dengan senang hati menurutinya.
       Kamar Erza banyak yang berubah, begitu pikirnya. Sewaktu dia masih disini, kamarnya bewarna biru malam, dan sekarang berubah menjadi hijau muda. Di sudut kamar, dia melihat 3 buah koper besar siap untuk dibawa besok. Tak menyangka besok mereka berdua akan pergi, ke  negara yang tak dikenal oleh gadis itu dan dialah yang menjaganya. Semua keluarga besarnya sudah tau kedatangannya dan tak sabar melihat Erza. Apalagi neneknya.
       Bunyi bip tanda email masuk terdengar dari laptop Erza membuyarkan lamunannya. Dia beringsut menjauh dan mencium keningnya lalu berjalan mendekatinya. Awalnya dia bingung apakah boleh dia membuka email pribadi pacar tanpa ijin dan menjauh. Namun dia penasaran, akhirnya dia duduk dan terdiam.
       Nanda mengirim pesan chat ke pacarnya. Perasaan cemburu itu hadir seketika. Namun dia tau bahwa cowok itu sebelum menjadi mantan pacar adalah sahabat Erza dan dia pun sudah bersumpah sampai kapanpun Nanda tetap sahabatnya.
       Nanda_Raveno : Hai Erza... long time no see you.
       Nanda_Raveno : Udah tidur yah? gimana kabarmu? Pesan kedua hadir lagi disaat Putra memutuskan untuk log out. Penasaran, dia akhirnya membalas pesannya seolah – olah yang melakukan itu adalah pacarnya.
       Erza_Assifa : Hai juga, Nand. Baik kok. kamu?
      

       Tak membutuhkan waktu lama untuk seorang mantan pacar yang kayaknya mengharap Erza kembali ke pelukannya itu membalas chatnya. Karna cowok itu membalas pesannya lagi
       Nanda_Raveno : Masih seperti dulu.
       “Seperti dulu gimana?”  Batin Putra dalam hati. Mendadak hatinya was – was.
       Erza_Assifa : Seperti dulu? Maksudnya? Putra membalasnya dengan dengusan tak sabar.
      
       Sesaat tak ada balasan, disaat dia hendak menekan tombol status menjadi invisible dan log out dari Yahoo Messenger, Nanda membalasnya dan sepertinya mengabaikan jawabannya.
       Nanda_Raveno : Bolehkah aku bertanya sesuatu?
       Erza_Assifa : Mau bertanya apa?
       Nanda_Raveno : seandainya, aku tak pindah sekolah dan tetap bersamamu, akankah kau denganku? bukan dengan Putra dan pergi ke Belanda? Aku tau dari Tasya kalau kamu mendapatkan beasiswa kuliah disana  dengannya. Aku sadar tak seharusnya mengatakan ini. Tapi, setahun kita bersama, bukan waktu yang singkat untuk membuang semuanya. Aku mencintaimu sejak kita masih berseragam putih – biru, Erza. Dan itu tak mudah untuk dilupakan seperti menghapus tulisan dengan penghapus. Aku tau kamu bahagia dengannya, dialah yang membuatmu tersenyum, tapi aku ingin kamu tau, aku mencintaimu hingga hari ini, detik ini, perasaan itu hidup dan menggerogotiku. Kamu tak usah jawab sekarang, Erza karna aku tau jawabannya. Nanti, ketika dia menyakitimu, kembalilah padaku karna aku tak pernah membuatmu menangis, Erza. Aku setia disini untuk membuat hatimu perlahan melupakannya dan kembali denganku.” Balasan chat Nanda membuat Putra geram. Cowok itu masih mengharapkan perasaan Erza hingga saat ini, itu tak bisa disalahkan karna dia pun pernah berada di posisinya. Tapi... dia tak terima dengan ucapannya. Seolah ada pesan tersirat untuk menjauh sejauh mungkin ketika dia menangis karnanya. Dia bersumpah dalam hati takkan membuat Erza menangis lagi dan dengan mantap membalasnya.
       Erza_Assifa : Aku gak tau harus balas apa, Nanda. Tapi hatiku tetap menganggap bahwa kamu sahabatku. Kalaupun aku kembali padamu, bukan karna aku melupakannya, tapi karna aku butuh sandaran seorang sahabat untuk membuatku kuat. Dan aku takkan pernah meninggalkan Putra. Karna aku mencintainya. Bahkan disaat dia membuatku menangis pun. Dia pernah berkata padaku, setiap manusia yang meninggal akan bereinkarnasi lagi di kehidupan yang akan datang dan kami akan bertemu lagi dengan tubuh yang berbeda, tapi hati sudah saling bersatu. Dan aku  percaya dengan ucapannya bahwa di kehidupan kami yang akan datang pun, aku tercipta untuknya, bersamanya dan kau tercipta untuk menjadi sahabatku yang terbaik. Aku mohon kau menghargai keputusanku, Nanda.” Susah payah Putra menulisnya dengan gaya bahasa Erza yang lembut dan berkali – kali menghapusnya ketika terselip sumpah – serapah di chatnya karna tak ingin penyamarannya terbongkar. Dia membaca sekali lagi dan mendengus, “seandainya aja dia kirim chat ke gue, udah gue ajak ketemuan nih anak untuk satu lawan satu!” omelnya dan menekan tombol kirim.
       Nanda_Raveno : aku yakin di kehidupan yang akan datangnya lagi, kau tercipta untukku.”
       “Silahkan bermimpi kalau begitu.” Putra menjawabnya dengan omelan dan memutuskan untuk log out sebelum dia panas dan ujung – ujungnya mereka bertengkar.
       Putra berdiri dan berjalan ke arah Erza yang masih tidur dengan lelapnya. Dia duduk di sampingnya dan menundukkan badan lalu  mengecup bibir gadis itu dengan lembut, “Apapun yang terjadi, kalaupun nanti aku membuatmu menangis, berjanjilah untuk tak pergi meninggalkanku. Karna kita tercipta untuk satu, untuk saat ini dan kehidupan yang akan datang,” Bisik Putra dengan lembut dan mengecup pipinya. Dia berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kamar dan memutuskan tidur di kamarnya yang dulu bersebelahan dengannya.


Comeenntt.. aku sengaja bikinnya sedikit. Karna ini baru pembukaan. Ntar konfilik – konfiliknya di part selanjutnya. Mungkin Cuma 3 part aja aku bikin tapi panjang... luar biasa. Hahahaha.. :D