Sebenarnya,
ini udah setahun lebih aku buat sekuelnya setelah kelarin Erza – Putra. Tapi...
karna takut basi atau kalian bosan, aku diemin aja di folder dan bikin Lista –
Ando. gak taunya, karna aku pernah 3 kali ngepost teasernya lewat FB dan
keseringan sebarin lewat Whatsapp, Jadi yang nagih banyak, bilang
kangenlah, pengen liat Putra mesraan lagilah dsb, jadi aku lanjutin. Rencananya
ini mungkin sedikit aja partnya. Aku kasih bocorannya aja yah, jadi ceritanya
ini berkisar tentang hubungan mereka dan beberapa orang dari masa lalu Putra
hadir lagi sampai mereka nikah. Nah... bagi yang sering kebagian teaser dari Whatsapp
aku dan protes karna gak terima, silahkan dagdigdug yah...karna aku benar –
benar akan menulis versi lengkapnya. Hahahahaha... happy read all. :)
Author : Rere Nurlie.
“Besok lo berangkat, Za? Tanya Arny
kepada sahabatnya yang sekarang asyik smsan dengan pacarnya. Kesal
pertanyaannya tak direspon, dia mengambil ponsel sahabatnya dan memasang wajah
merajuk ketika si empunya ponsel melotot ke arahnya.
“Habis lo lebih milih balas pesan
Putra daripada dengerin pertanyaan gue! Gue kan cemburu!” Rajuknya sebelum Erza
sempat merangkai omelan yang terlintas dikepalanya. Membuatnya tertawa.
“Sorry... sorry... Gue
keasyikan. Iyaa... gue besok berangkat sama Putra langsung meluncur ke Belanda.
Kenapa?” Tanya Erza sambil menengadahkan tangannya, menuntut ponselnya
dikembalikan.
Arny menyerahkan ponselnya dan
memasang wajah sedih. “Yah... kita gak akan ketemu lagi deh,”
“Ngawur! Kan kita bisa email-an,
skype-an, pokoknya kita masih bisa berhubungan, Arny.”
“Tapi... kan gak seseru bertatap
muka, Za. eh... pacar lo datang tuh,” Arny mendengar suara mobil datang dan
melirik jendela kamarnya. Kemudian, dia melihat Putra dengan gaya coolnya
berjalan menuju pintu rumah dan memencet belnya.
“Za...” Panggilnya dan dia menoleh
ke belakang, sekedar melirik apa yang dilakukan sahabatnya.
“Iya...” Erza membalas sambil
merapikan rambutnya agar terlihat lebih rapi dan mengikatnya karna gerah.
“Gue bakal kangen sama lo, Za. hati
– hati yah. Lo kalo sudah sampai, langsung email gue! Kudu wajib! Awas kalo
gak!” Ancam Arny sambil memeluk Erza sebagai pelukan terakhir.
“Oke deh. gue akan email lo begitu
tiba disana. Take care yah, thanks udah perhatiin gue,” Erza membalas
pelukan sahabatnya dengan erat.
“Kita kan sahabat. Yuk...” Arny
melepas pelukannya dan langsung menarik Erza keluar kamarnya untuk menemui
Putra yang menjemputnya.
bacd
Putra tersenyum ketika melihat Erza
turun dari tangga diikuti Arny, pacar sahabatnya, Rico dan senyumnya semakin
melebar ketika Erza berdiri di depannya dan membalas senyumnya. Sungguh, tak
ada yang dia inginkan di dunia ini selain melihat senyum pacar tercintanya, Erza
Noor Assifa.
“Ini kak, Erzanya gue balikin,” Arny
mendorong pelan Erza agar berhadapan dengan Putra. Membuat mereka saling
bertatapan dan tersenyum.
“Kamu gak diapa – apain si Arny
kan?” Putra memasang wajah pura – pura khawatir dan mengelilingi Erza siapa tau
ada bekas penganiayaan yang luput dari matanya. Membuat Arny manyun.
“Lo kira gue bakal nindas Erza kak?”
Gerutunya ketika Putra berhenti berputar dan semakin manyun ketika Putra
memeluk pinggang Erza dan mengecup keningnya. Buat dia ingin segera menelpon
Rico untuk bermesraan segera.
“Kan siapa tau lo aniaya pacar
tercinta gue,”
“Gak bakalan lah. Yang ada lo aniaya
Erza!” Arny membalas sengit. Tak terima dituduh.
“Sayang... Emang aku ada aniaya kamu
selama kita pacaran?” Putra menatap Erza dan dibalas gadis itu dengan gelengan
dan semakin mempererat pelukan di pinggangnya.
Putra tersenyum puas dan menatap
Arny yang jengkel melihat tingkahnya. Membuat pacar sahabatnya emosi adalah hobi baru yang paling dia sukai. “Tuh
kan? Lo tau sendiri gue gak bakal nyiksain Erza. By the way,,, Rico
mana? Masih di Bali yah?”
Arny mengangguk lesu. Sungguh tidak
ketemu Rico selama 3 minggu adalah siksaannya. Dan dia semakin tersiksa lagi
melihat Erza bermesraan dengan Putra tepat dihadapannya. “Iya kak. Lama banget
3 minggu disitu ngurusin Restonya.”
Putra mangut – mangut. Mendadak
sebuah ide jahil muncul. “Iya... tapi.. di Bali ceweknya cantik – cantik loh,
Ny. Sudah cantik, bulenya seksi – seksi lagi! Hmmm... apalagi kalo liat cewek
asli balinya, aduh... manis semua wajahnya. Gue terakhir ke Bali waktu SMP sama
sepupu, masih kebayang wajah manis cewek bali itu.”
Arny mulai sedikit terpengaruh
dengan ucapan Putra yang bercerita dengan tampang super serius. “Terus kak?
Rico gak mungkin lirik sana – sini kak! Dia kan setia.”
Erza mulai mengepalkan tangannya.
Bila Putra ngomong yang bikin dia emosi sekali lagi, dia takkan menyesal kalo
sebuah jitakan darinya akan membuatnya amnesia sekali lagi.
“Hmm... iya sih. Kamu ingat James
kan? Itu looo... Sepupuku yang di Belanda,” Putra beralih ke Erza yang mulai
menatapnya sinis. Namun diabaikannya. Membuat dua cewek senewen karnanya adalah
bakatnya. “Tau kok, kenapa?” Erza menjawab dengan nada emosi yang ditahannya.
Dia melirik dari ujung kepala sampai ujung kaki. Memikirkan bagian tubuh Putra
yang mana akan beruntung mendapat sebuah “hadiah” darinya.
“Sebelum nikah sama Luhde, dia
tunangan dengan teman Kathy. Terus dia sama gue ke Bali waktu SMP, Cuma berdua
aja. Terus si James ketemu Luhde di pura. Saling ngobrol, akhirnya pacaran dan
nikah deh. si Janeth, tunangannya, dia putusin. Padahal sepupu gue setia loh
orangnya. Kayak gue. Hahahaha....”
“Erza!” Jerit Arny yang manyun
melihat Putra tersenyum jahil padanya. “Pacar lo jahil banget sih! Rico gak
mungkin kayak gitu! Lo bener – bener deh kak!” Manyunnya melihat Putra semakin
ngakak tertawa.
“Arn.. ntar kita ke Bali yuk. Siapa
tau ketemu cowok ganteng disana. Kan katanya di Pantai – pantai gitu banyak
cowok bule badannya six pack semua. Minus cowok! Biar banyak yang ngira
kita jomblo semua.” Erza membalas teriakan Arny dengan ajakan ke Bali yang
sukses membuat Putra mencubit pelan pinggangnya.
Arny melirik Putra yang melotot ke
arah Erza yang semakin erat dirangkul. Kemudian tersenyum geli. “Sip! Terus
kita ajak aja si Jessi, Dinda sama Eva. Pokoknya kita bebas di bali! Kalo gak
salah, ada loh hotel yang pengunjungnya bule cowok ganteng semua! Bagaimana
kalo kita kesitu ntar?”
Erza hampir saja mengiyakan dengan
semangat kalo saja Putra tidak menggendongnya. “Kayaknya ke Bali cocok buat
kita berdua aja deh,” Ucapnya ketika Erza melotot digendongannya. Kemudian dia
menatap Arny. “Kami pergi dulu yah. Bye Arn. Salam buat Rico.” Dan berjalan
keluar rumah diikuti dengan gelengan Arny.
“Turunin gue! Gue bisa jalan sendiri!”
Jerit Erza ketika Putra menggendongnya keluar rumah Arny. Sedangkan sahabatnya
mengikuti mereka dibelakang dengan cekikikan.
Putra tersenyum tanpa mempedulikan
teriakan Erza. Ketika sudah didepan mobilnya, dia menurunkannya dan membukakan
pintu mobil untuknya. Mempersilahkan masuk. “Silahkan masuk sayang,”
Erza hanya manyun dan menoleh ke
Arny yang berdiri di belakang Putra. “Arn... Ntar kalo sampai Belanda gue
kabarin deh. ntar kita susun aja rencana ke Bali. Ingat, jangan bilang ma Rico
yah,” Bisiknya agak nyaring agar Putra mendengar. “Ok deh. lo jangan bilang sama Putra yah kalo kita ke
Bali. Dadah Erza, take care.” Ucapnya seolah – olah Putra tak ada
disekitar mereka.
Erza tersenyum dan masuk mobil.
Mengabaikan Putra yang memelototinya.
“Beneran ke Bali nih ceritanya?
Tanpa aku? Yakin?” Ucapnya sambil membantu Erza memasang sabuk pengamannya. Dan
gadis itu nyengir sambil melihat kearah jalan bahwa mereka sudah keluar dari
komplek Arny.
“Yakin banget malah. Masa kamu bisa
berduaan dengan James si mesum di Bali sedangkan aku harus bareng kamu? Gak
adil dong.” Ucapnya jengkel karna setiap teringat dengan James, sepupu Putra
dari Belanda, kemesumannya cukup membuat Erza jengkel.
Putra menatap Erza sekilas dan
membelokkan mobilnya di lapangan bola yang kosong dan berhenti. Kemudian dia
mendekatkan wajahnya hingga pacarnya mundur dan terbentur pintu mobil. Dia
mengelus wajah mulusnya dan berbisik “Aku cemburu loh dengarnya. Kalian ke
Bali, lirik cowok lain, terus aku kamu gimanain?”
“Anggap aja gak punya pacar. Beres
kan? Cuci mata sesekali gak dosa kok. Toh, teman – teman aku banyak yang kayak
gitu, biasa aja tuh. Diwajarin aja,” Erza menantang Putra dengan segenap
keberaniannya. Dia masih tak terbiasa dengan ulah Putra yang satu ini. Sukses
buat jantungnya loncat kodok. Padahal mereka sudah pacaran sekitar setahun.
“Bagi kamu gak papa dan wajar aja,”
Jawab Putra sambil memainkan rambut panjang Erza yang dikepangnya. Kemudian
menarik ikatannya hingga terurai. “Tapi bagi aku, itu nyari mati, sayang.”
Sambil berkata begitu, Putra membenamkan kepalanya di leher Erza dan
menciumnya. Tak ingin Erza mengganggu kesenangannya, dia menggengam kedua
tangannya dengan tangan kirinya dan diletakkannya di belakang. Sedangkan tangan
kanannya memainkan rambutnya yang tergerai.
Erza mati kutu dibuatnya. Dia
menggigit bibirnya sendiri ketika merasakan lidah Putra mengenai lehernya yang
mulus dan menggigitnya agak keras hingga meninggalkan bekas.
“Aaahh... Stop it,” Desahnya
sambil menggerakkan tangannya yang dibelakang punggungnya. Berusaha melepas
cekalan Putra.
“No... I like your smell. Like drugs
for me. And your lips,” Ucapnya sambil menatap Erza dan menyentuh bibir
tipisnya yang bergetar. “Like candy for me, sweet and addicted.” Sambil
berkata begitu, dia mencium bibir yang bergetar dengan lembut.
“Hmmm...” Desahnya ketika
dirasa ciuman mereka semakin panas dan tangan kanan Putra mulai meraba – raba
paha mulusnya yang ditutupi celana jinsnya. Dan kepanikan mulai melanda, apa
jadinya kalau Putra kebablasan?
Tau apa yang membuat pacarnya
gelisah, dia berhenti mengelus pahanya dan sebagai gantinya, dia semakin mencium
Erza, bermain di lidahnya dan memaksanya untuk mengikuti alur permainannya.
Taktiknya sukses. Erza berubah agresif dengan mengulum dan menggigit bawah
bibirnya.
Putra melepas cekalan di kedua
tangan Erza ketika dia sudah mulai terbawa permainannya. merasa bebas, Erza
merangkul leher Putra agar semakin dekat dengannya.
“Ahh... sudah... Put... Ntar...
kelihatan orang...” Ucap Erza terputus – putus ketika Putra sekarang bernafsu mencium lehernya dan menggigitnya.
Tengkuknya pun tak luput dari sasaran.
Putra mengigit tengkuknya dan
mencium bekasnya lalu menatap Erza dan mengecup bibirnya. “Iya... ntar kita
lanjutin lagi yah?” Ucapnya jahil sambil mengedipkan mata. Erza hanya menoleh
ke arah lain dengan wajah malu. Membuat Putra tersenyum dan mengacak rambutnya
yang tergerai lalu menjalankan mobilnya kembali untuk mengantar pacarnya
pulang.
³³³³
Oh... bahagia...
kau telah terlahir di dunia
dan kau ada, di antara miliaran manusia
dan ku bisa, dengan radarku
menemukanmu...”
kau telah terlahir di dunia
dan kau ada, di antara miliaran manusia
dan ku bisa, dengan radarku
menemukanmu...”
*Maudy Ayunda – Perahu Kertas.
Alunan suara
merdu dari Maudy Ayunda terdengar di radio ketika Putra dan Erza asyik membahas
apa yang mereka lakukan nanti setiba di Belanda. Erza terdiam sebentar dan
menyaringi volume suaranya. Kemudian dia menyanyi mengikuti alunan lagu
tersebut sambil menatap Putra yang fokus dengan mobilnya.
“Tau gak, lagu
ini perasaanku banget lo sama kamu,” Ucap Erza pelan ketika lagu itu sudah
selesai diputar.
Putra tersenyum
dan mencium pipi kanan Erza dengan sayang. “Aku tau kok sayang.”
“Dulu lucu yah,
waktu SMA kita berantem mulu, kok sekarang malah gini sih?”
“Waktu SMA kan
kamu lebih banyak nolaknya daripada terima. Tapi... bukan Putra namanya kalo gak
bisa dapatin kamu.” Ucapnya sambil mengedipkan mata jahil. Membuat Erza
mencibir dengan wajah memerah malu.
“Habisnya kamu
menggoda aku tapi cewek lain kamu goda juga. Aku bingung, kamu serius atau Cuma
jadiin aku permainan. Cewek mana yang suka dipermainkan?”
Dia tersenyum
mendengarnya. Senang karna perbuatan masa lalu itu ternyata mendapat sedikit
respon. “Aku juga dibuat bingung. Kamu cuek, tapi ada kalanya aku sempat liat
kamu melihat – lihat ke arahku terus manyun ketika aku dekat dengan seorang cewek.
Mengukur – ukur perasaan kamu ke aku itu susahnya minta ampun. Makanya aku suka
goda yang lain bukannya ingin mempermainkan, tapi hanya ingin menikmati reaksi
cemburu yang kamu tak sadari itu. Kamu kalau cemburu itu lucu loh.”
Erza malu
mendengarnya. Dulu, dia memang sempat menyukai Putra, menyukai dalam diam,
menikmati perhatiannya dan merasa tersanjung. Tapi, perasaan itu hancur
seketika ketika dia melihat Putra menggoda yang lain tepat didepannya.
Membuatnya membangun perasaan benci selama 3 tahun dari perasaan sakitnya itu
dan takkan menyangka akan menyerah lewat perjodohan sinting mamanya itu.
“Iya...” Tak ada
gunanya untuk menyimpan perasaan itu sekarang. “Aku dulu sempat suka sama kamu
walau kamu dari awal MOS ngeselin minta ampun! Tapi... itu langsung ambruk
ketika aku melihat kamu goda cewek lain pas aku mau pulang sekolah. Aku mikir,
ngapain aku suka sama kamu kalau ternyata dianggap sama dengan yang lainnya?
Gampang dipermainkan terus dibuang bila bosan? Makanya aku berubah total menolak
kehadiran kamu, sinis dsb. Tapi... aku gak nyangka usaha selama 3 tahun itu
hancur semuanya karna janji konyol mama kita. Mungkin, seandainya mama kita gak
bikin janji konyol itu, mungkin aku dengan yang lain.”
Putra terdiam
mendengar pengakuan pacarnya itu. Tak menyangka mendengarnya. “Berarti...”
“Aku sudah
menyukaimu dari lama tapi aku ubah jadi benci karna tingkahmu sendiri. Jadi,
jangan salahkan aku...” Erza memotong ucapan Putra dan tersenyum geli melihat
pacarnya melotot kaget.
“Kalau kamu gak
denganku, kira – kira kamu dengan siapa?”
“Nanda mungkin.”
Jawab Erza enteng. Sesuai perkiraannya, Putra melotot tajam.
“Silahkan
bermimpi, sayang kalau begitu.”
“Dengan senang
hati akan kulakukan, sayang. Tapi.. aku lebih memilih dunia nyata dengan seseorang
yang ku sayang daripada dengan dunia mimpi yang sampai mati takkan termiliki.”
Putra tersenyum
dan mengecup pipinya penuh sayang sekilas ketika mereka berhenti di depan rumah
Erza. “Senang mendengar jawabanmu, sayang. Sampai ketemu di Bandara esok pagi.”
Ucapnya sebelum dia turun. Dan Erza tersenyum. “Yap. Sampai ketemu lagi.” Dia
masuk dalam rumahnya dan melambaikan tangan lalu menutup pintu mobil pelan.
Setelah yakin
Erza masuk dengan selamat, Putra meninggalkan rumahnya dengan senyum masih betah
di wajahnya sampai dia pulang kerumah.
♥
♥
“Aku
bahagia.”
“Kathy?”
Erza kaget melihat Kathy duduk di ruang tamunya dan langsung memeluk kangen.
Dia kangen dengan sepupu Putra yang satu ini.
“Hai kak.” Sapanya disela pelukan. “Calon
kakak ipar.” Lanjutnya membuat Erza melepas pelukan dengan wajah memerah malu.
Kathy tertawa mendengarnya. Dia sengaja
ke rumah Erza untuk melepas kangen. Setahun berlalu setelah mereka balikan
kembali, hidupnya seperti dilingkupi bunga – bunga disekitarnya. Dan dia menunjukkan
dengan tersenyum penuh sinis ke arah Selvi yang terlihat kalah di matanya
setiap mereka bertemu. Membuat Restu, tunangannya harus mengingatkan berkali –
kali.
“Restu gimana kabarnya?” Tanyanya karna
sahabatnya itu sekarang menjalankan bisnis otomotif bersama temannya di sela
kesibukannya sebagai Mahasiswa Kedokteran yang super padat.
“Baik kok. Lo gimana kak kabarnya? Ati –
ati ntar disana sama kak Putra. Tuh cowok mesum ampun – ampunan kak!” Kathy
mengelus cincin pertunangannya sebulan yang lalu ketika teringat Restu dan
memperingatkan Erza tentang bahaya pesona sepupunya.
“Gue tau kok, Kath. Makanya ntuk jaga
jarak, kami beda apartemen.”
“Tapi bersebelahan kan?”
Erza menggeleng. “Tadinya... tapi gue
ngotot gak mau dan dia ngalah. Jadi gue di lantai atas, dia bawah.
Hahahahaa...”
Kathy bisa membayangkan betapa kesalnya
sepupunya itu. Namun tak bisa melakukan apa – apa mengingat Erza lebih keras
kepala 2 kali lipat dibandingkan Putra kalau ingin sesuatu. Tanpa sadar dia
tertawa kecil. “Gak bisa gue bayangin kak.”
Erza tertawa mendengarnya dan teringat
pertengkaran hebat mereka hanya karna masalah lokasi apartemen. Dia hampir saja
kalah total melawan arogansi Putra kalau saja tak menggunakan senjata terakhir
yang paling ampuh. Merajuk. Membuat Putra bertekuk lutut menuruti keinginannya.
Kathy bisa melihat rona kebahagiaan di wajah
Erza dan tersenyum. Senang karna mereka bersatu.
♥
♥
“Ciiieeee... yang
besok pergi..” Goda Kathy yang baru datang dari rumah Erza setelah mehabiskan
waktu hanya untuk bergosip. Ketika masuk ke rumah, dia melihat Putra berdiri di
depan pintu taman sambil menghapal yang ada di buku yang dipegangnya sekarang.
Putra menutup bukunya dan menatap Kathy.
Lalu nyengir. “Kenapa? Lo mau ikut?”
“Pengennya sih. Tapi... ntar aja deh. gak
enak gangguin lo mau mesraan sama kak Erza ntar.”
“Bagus deh kalo lo nyadar.” Ucapan Putra
membuat Kathy manyun karna dibilang pengganggu.
“Kak... lo ntar ajak Erza ke tempat nenek
gak?”.
Putra terlihat menimbang – nimbang
jawabannya sendiri. “Pengennya sih. Tapi... lo tau kan tradisi keluarga kita
anehnya kayak gimana tiap salah satu dari kita bawa pasangan? Gue sih senang –
senang aja nurutinnya. Tapi, gue harus mikirin perasaan dia kan?” Kathy
mencibir mendengar jawabannya. Seorang Putra, mesum tingkat tinggi khawatir
dengan Erza karna tradisi keluarganya yang aneh? Sangat Bukan Putra.
Putra tertawa melihat ekspresi Kathy yang
mirip Erza kalau dia sedang narsis kumat. “Lo kalau manyun mulu, tuh bibir
kayak Pinguin baru tau rasa.”
Kathy memukul lengannya pelan, “Ntar yang
anterin lo besok siapa? Gak mungkin kan mobil lo titipin di bandara selama dua
tahun?”
“Ada aja. Anak kecil kayak lo gaboleh tau
rencana gue.” Ucap Putra jahil sambil mencubit pelan lengan Kathy. “Pelit!”
Balas Kathy sewot karna dibilang anak kecil.
“Hahahaha... by the way, Kalau gue pergi, lo dirumah dengan siapa ntar?
Gak mungkin tinggal sendiri kan? Oh iya, bagaimana gue telpon Restu ntuk
temanin lo? lo kan udah tunangan juga sama dia. Jadi gak papa deh kalau kejadian.”
Usul Putra membuat Kathy membelalakkan matanya tak percaya. Shock bahwa
sepupunya lebih mesum dari diperkirakan. “semoga Erza selamat sampai akhir
dapat sepupu gue. Gak married by accident. Amien.” Harap Kathy dalam hati.
Putra tertawa terbahak – bahak melihat
Kathy memandangnya seolah – olah dia baru saja mengaku gay, “Kenapa lo
dek? Tenang sajaa... Restu gak bakalan
apa – apain lo kok. dia kan lurus jalan pikirnya. Kalaupun belok... yaaaa..
begitulah...” Putra mengangkat bahu dan tersenyum miring disertai kedipan mata.
“kalaupun dia belok, itu karna otak lo
yang pengaruhin kak! Kasian gue sama Erza yang pacaran sama sepupu gue yang
mesumnya ampun – ampunan.”
Putra nyengir dibuatnya, “Gue biar mesum
begini bisa jaga diri tauk! Lagipula, gue akan membuat dia menjadi cewek yang
paling beruntung karna mau bersama gue. “ Dia tersenyum ketika mengucapkan itu.
Pengakuan pacarnya siang tadi tentang perasaannya sungguh membuat hatinya
senang. “Udah ... untuk merayakan kepergian gue, lo mau kemana? Kita berdua
aja.”
“Erza lo tinggal kak? Tumben...”
“Dia pengen istirahat aja katanya. Masa
gue paksa untuk ikut? Lagipula gue gak mau lo galau melihat kemesraan kami
sedangkan lo gak bisa mesra – mesraan.” Dan kathy pun merengut dibuatnya dan
membenarkannya.
“Yuk...” Dia mengulurkan tangannya dan
Kathy, menyambut ulurannya dan berjalan keluar rumah.
♥
♥
Erza sibuk browsing
untuk mencari tau apa saja mengenai Belanda dan musim apa sekarang di
negara Kincir Angin itu. Tadi pacarnya sempat mengajak jalan untuk menghibur
Kathy, namun ditolaknya karna dia sudah ketemu dengan sepupu pacarnya itu yang
mungkin akan menjadi iparnya. Membayangkan hal itu, dia menggelengkan kepalanya
kuat – kuat. “Masih terlalu muda untuk mikirin hal segede itu.” Batinnya
dalam hati.
“Musim dingin yah? Hmmm... untung gue
udah beli semua pakaian khusus musim dingin kemaren sama Putra.” Gumamnya penuh
syukur dan menatap pigura kecil di sampingnya yang berisi foto mereka saling
tersenyum dengan latar pantai. Sudah setahun mereka pacaran, dan entah kenapa
dia merasa baru kemarin kejadian dimana dia hampir saja pergi meninggalkan Putra
karna Selvi mengaku hamil. Seandainya
saja pacarnya itu tak menemukannya, mungkin sekarang dia sudah berada di
Belanda sendiri dengan membawa hatinya yang remuk redam.
Lamunan Erza buyar ketika ponselnya
bergetar tanda ada sms. Dia mengambilnya dan tersenyum.
By : Putra “Cowok mesum” ;*
“Udah tidur sayang? Kalau sudah, aku
telat dong? yasudah, Have a nice dream yah. wish you dreaming me. J” sms pacarnya membuat Erza tersenyum dan
membalasnya.
“Aku belum tidur kok. masih sibuk
searching soal besok. Kan aku gak tau apa – apa soal Belanda. Kalau ngandelin
kamu doang, takutnya dikerjain. Males deh... hahahaa.. Kathy gimana? Gak marah
kamu smsan ama aku? Takutnya ponsel kamu disita lagi ama tuh anak karna merasa
terabaikan.” Erza tertawa membayangkan
Kathy mengamuk dan menyita ponsel pacarnya itu. Mengingat dia galau karna
tunangannya sibuk dengan bisnis barunya itu hingga sering bolak – balik Jakarta
– Bali. Dan dia menekan tombol “kirim”
“Cepat banget nih anak balasnya.”
Gumamnya ketika ponselnya bergetar lagi. Dia membukanya dan tersenyum membaca
balasannya. “Ya gak dong. ngapain aku usil sama pacar sendiri? Kalaupun
usil, pasti bukan hal itu ;p. Udah, kamu tidur saja sayang sekarang. Besok itu
kita seharian di dalam pesawat. Mulai dari Jakarta, terus berhenti di Malaysia
dan menunggu selama 5 jam di bandara untuk transit ke Belanda yang memakan
waktu 16 jam. Aku gak mau kamu sakit saat sampai di Belanda ntar. Udah tau kan
musim dingin disana bagaimana? Aku sih gak papa, kamunya aja yang aku takutin kalau gak kuat terus sakit.”
“Perhatian
banget deh,” Ucap Erza dengan nada pelan ketika membaca sms pacarnya yang
panjang lebar. Sebelum dia hendak membalas, tau – tau Putra menelponnya, “Hai,”
Sapanya riang.
Erza tersenyum dibuatnya. Baru beberapa
jam mereka berpisah, tau – tau perasaan kangen itu hadir lagi. “Hai juga..”
“Gak tidur? Ini udah jam 11 malam loh.
Tidur gih. Jangan tidur terlalu malam.” Putra mengingatkan kebiasaan buruk
pacarnya itu. Bahkan dia pernah iseng – iseng menelpon Erza jam 2 pagi karna
tugas kuliah yang berjibun, dia mengira ceweknya itu tidur, gak taunya
telponnya direspon dengan suara segar dan mengaku kalau dia minum kopi satu
gelas besar agar matanya melek. Membuat Putra tiap malam menelponnya untuk
tidur.
“Aku gak mengantuk. Masih segar nih
mataku.”
“Masa sih? Tapi... kalau aku tidur di
sampingmu, dijamin mata kamu lebih dari seger lagi, Za.” Godanya dan dia yakin
wajah Erza sekarang merona.
“Ngomong apaan sih?”
“Tuh kan... aku yakin wajah kamu merah
banget sekarang. Udah tidur sana.”
“Aku gak ngantuk, Putra...”
“Yakin gak ngantuk?”
“Iya...”
“Yasudah... kamu coba berdiri di dekat
jendela deh. terus liat ke bawah.” Perintah Putra membuat Erza bingung. Namun
diturutinya.
“astaga!” Erza menyibakkan tirai jendela
dan melongo total ketika Putra melambaikan tangan di bawah dengan tangan kiri
memegang ponsel. “Sejak kapan kamu berdiri di depan rumahku?!”
“Sejak aku nelpon kamu. Bisa dibukain
pintunya?” dan Erza langsung mengangguk lalu memutuskan telponnya.
♥
♥
“Aku gak nyangka
kamu disini loh. Sumpah.”Bisik Erza dipelukan Putra. Dia langsung memeluknya
ketika pintu dibuka dan melihat pacarnya tersenyum ke arahnya.
Putra tersenyum mendengarnya, “Senang?”
Erza mengangguk di pelukannya dan
melepasnya, “Banget.”
“Mana Mpok Ijah?” Dia bingung kenapa
pembantu kesukaannya itu tak datang menyambutnya.
Erza nyengir dibuatnya. Kayaknya dia
harus mengaku lagi, “Aku sendirian disini. Mpok Ijah besok pagi jam 6 baru
datang kesini. Kak Reno lagi di Jakarta dan besok subuh baru pulang.”
“Kamu benar – benar sendiri disini?
Kenapa gak cerita?” Putra kaget dengan pengakuan pacarnya. Sendirian dirumah
yang besar bukan sesuatu yang dianggap enteng.
“Aku kan udah terbiasa sendiri disini.
Jadi bagi aku merasa biasa aja.”
“Bagi aku itu gak biasa sayang. Aku akan
menginap disini. Temanin kamu.” Putusnya membuat Erza menggeleng kuat – kuat.
“Gak... gak... aku gak mau. Kasian Kathy
kalau kamu disini.”
“Dia tau kok aku disini dan bilang
mungkin akan nginap dirumah kamu. Kenapa, sayang?” Putra menutup pintu rumahnya
dan berjalan mendekati Erza yang perlahan berjalan mundur, “Kita kan pernah
serumah sebelumnya sekitar 4 bulan, pernah tidur sekamar beberapa kali, masa
kamu masih takut sih? Kan gak terjadi apa – apa waktu itu.” Putra tersenyum
menggoda dan membuat Erza semakin mundur hingga dia terbentur tembok dan
membuat Putra leluasa mengurung dengan kedua tangannya di letakkan di sisi kiri
– kanannya dan tatapan fokus ke Erza yang mulai memucat, “Still you
remembered this moment? Like a deja vu, isn’t it?”
Erza
mendadak sulit menelan ludah, “Tapi waktu itu sikonnya beda!”
“Menurutku sama aja dan buktinya kamu gak
papa kan? aku disini hanya untuk menjagamu, Erza. Tapi kalau sampai kebablasan,
tanpa kamu hamil karna perbuatan kita pun, aku akan menikahimu Erza.”
Mendengar kata hamil dan menikah
membuatnya semakin susah menelan. Dia merasa terlalu muda, terlalu labil untuk
berjalan ke tahap yang besar itu. Apalagi mereka menikah bukan karna siap, tapi
married by accident. “Itu hanya akan terjadi dalam mimpimu, sayang.”
Erza mendorong Putra yang entah kenapa, memundurkan langkahnya. Dan tangannya
sekarang melingkar di pinggangnya. Menimbulkan rasa hangat.
“Aku anterin kamu tidur dan janji gak
akan ngapa – ngapain, oke?” Ucapnya ketika Erza menatapnya penuh curiga.
“Janji?”
“Iya... palingan night kiss doang
kok aku mau.” Jawabnya dengan nada usil. Membuat Erza melotot dan bergegas lari
ke kamarnya. Tanpa ragu dia mengejarnya sebelum tak bisa masuk karna pintu
dikunci.
♥ ♥
Putra memandang wajah Erza yang tertidur
pulas di sampingnya dengan senyum. Setelah sukses membujuk pacarnya untuk tidur
dan sedikit ancaman ala dirinya, akhirnya dia mau tidur dengan syarat
dinyanyikan lagu selamat tidur. Dan dirinya dengan senang hati menurutinya.
Kamar Erza banyak yang berubah, begitu
pikirnya. Sewaktu dia masih disini, kamarnya bewarna biru malam, dan sekarang
berubah menjadi hijau muda. Di sudut kamar, dia melihat 3 buah koper besar siap
untuk dibawa besok. Tak menyangka besok mereka berdua akan pergi, ke negara yang tak dikenal oleh gadis itu dan
dialah yang menjaganya. Semua keluarga besarnya sudah tau kedatangannya dan tak
sabar melihat Erza. Apalagi neneknya.
Bunyi bip tanda email masuk
terdengar dari laptop Erza membuyarkan lamunannya. Dia beringsut menjauh dan
mencium keningnya lalu berjalan mendekatinya. Awalnya dia bingung apakah boleh
dia membuka email pribadi pacar tanpa ijin dan menjauh. Namun dia penasaran,
akhirnya dia duduk dan terdiam.
Nanda mengirim pesan chat ke pacarnya.
Perasaan cemburu itu hadir seketika. Namun dia tau bahwa cowok itu sebelum
menjadi mantan pacar adalah sahabat Erza dan dia pun sudah bersumpah sampai
kapanpun Nanda tetap sahabatnya.
Nanda_Raveno : Hai Erza... long time
no see you.
Nanda_Raveno : Udah tidur yah? gimana
kabarmu? Pesan kedua hadir lagi disaat Putra
memutuskan untuk log out. Penasaran, dia akhirnya membalas pesannya
seolah – olah yang melakukan itu adalah pacarnya.
Erza_Assifa : Hai juga, Nand. Baik
kok. kamu?
Tak membutuhkan waktu lama untuk seorang mantan pacar yang kayaknya mengharap Erza kembali ke pelukannya itu membalas chatnya. Karna cowok itu membalas pesannya lagi
Tak membutuhkan waktu lama untuk seorang mantan pacar yang kayaknya mengharap Erza kembali ke pelukannya itu membalas chatnya. Karna cowok itu membalas pesannya lagi
Nanda_Raveno : Masih seperti dulu.
“Seperti dulu gimana?” Batin
Putra dalam hati. Mendadak hatinya was – was.
Erza_Assifa : Seperti dulu? Maksudnya?
Putra membalasnya dengan dengusan tak sabar.
Sesaat tak ada balasan, disaat dia hendak
menekan tombol status menjadi invisible dan log out dari Yahoo
Messenger, Nanda membalasnya dan sepertinya mengabaikan jawabannya.
Nanda_Raveno : Bolehkah aku bertanya
sesuatu?
Erza_Assifa : Mau bertanya apa?
Nanda_Raveno : seandainya, aku tak pindah
sekolah dan tetap bersamamu, akankah kau denganku? bukan dengan Putra dan pergi
ke Belanda? Aku tau dari Tasya kalau kamu mendapatkan beasiswa kuliah
disana dengannya. Aku sadar tak
seharusnya mengatakan ini. Tapi, setahun kita bersama, bukan waktu yang singkat
untuk membuang semuanya. Aku mencintaimu sejak kita masih berseragam putih –
biru, Erza. Dan itu tak mudah untuk dilupakan seperti menghapus tulisan dengan
penghapus. Aku tau kamu bahagia dengannya, dialah yang membuatmu tersenyum,
tapi aku ingin kamu tau, aku mencintaimu hingga hari ini, detik ini, perasaan
itu hidup dan menggerogotiku. Kamu tak usah jawab sekarang, Erza karna aku tau
jawabannya. Nanti, ketika dia menyakitimu, kembalilah padaku karna aku tak
pernah membuatmu menangis, Erza. Aku setia disini untuk membuat hatimu perlahan
melupakannya dan kembali denganku.”
Balasan chat Nanda membuat Putra geram. Cowok itu masih mengharapkan
perasaan Erza hingga saat ini, itu tak bisa disalahkan karna dia pun pernah
berada di posisinya. Tapi... dia tak terima dengan ucapannya. Seolah ada pesan
tersirat untuk menjauh sejauh mungkin ketika dia menangis karnanya. Dia
bersumpah dalam hati takkan membuat Erza menangis lagi dan dengan mantap
membalasnya.
Erza_Assifa : Aku gak tau harus balas
apa, Nanda. Tapi hatiku tetap menganggap bahwa kamu sahabatku. Kalaupun aku
kembali padamu, bukan karna aku melupakannya, tapi karna aku butuh sandaran
seorang sahabat untuk membuatku kuat. Dan aku takkan pernah meninggalkan Putra.
Karna aku mencintainya. Bahkan disaat dia membuatku menangis pun. Dia pernah
berkata padaku, setiap manusia yang meninggal akan bereinkarnasi lagi di kehidupan
yang akan datang dan kami akan bertemu lagi dengan tubuh yang berbeda, tapi
hati sudah saling bersatu. Dan aku percaya dengan ucapannya bahwa di kehidupan
kami yang akan datang pun, aku tercipta untuknya, bersamanya dan kau tercipta
untuk menjadi sahabatku yang terbaik. Aku mohon kau menghargai keputusanku,
Nanda.” Susah payah Putra menulisnya dengan gaya bahasa Erza yang lembut
dan berkali – kali menghapusnya ketika terselip sumpah – serapah di chatnya
karna tak ingin penyamarannya terbongkar. Dia membaca sekali lagi dan mendengus,
“seandainya aja dia kirim chat ke gue, udah gue ajak ketemuan nih anak untuk
satu lawan satu!” omelnya dan menekan tombol kirim.
Nanda_Raveno : aku yakin di kehidupan
yang akan datangnya lagi, kau tercipta untukku.”
“Silahkan bermimpi kalau begitu.” Putra
menjawabnya dengan omelan dan memutuskan untuk log out sebelum dia panas
dan ujung – ujungnya mereka bertengkar.
Putra berdiri dan berjalan ke arah Erza yang
masih tidur dengan lelapnya. Dia duduk di sampingnya dan menundukkan badan lalu
mengecup bibir gadis itu dengan lembut, “Apapun
yang terjadi, kalaupun nanti aku membuatmu menangis, berjanjilah untuk tak
pergi meninggalkanku. Karna kita tercipta untuk satu, untuk saat ini dan
kehidupan yang akan datang,” Bisik Putra dengan lembut dan mengecup pipinya. Dia
berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kamar dan memutuskan tidur di
kamarnya yang dulu bersebelahan dengannya.
Comeenntt..
aku sengaja bikinnya sedikit. Karna ini baru pembukaan. Ntar konfilik –
konfiliknya di part selanjutnya. Mungkin Cuma 3 part aja aku bikin tapi
panjang... luar biasa. Hahahaha.. :D