Pagi hari yang cerah, Matahari bersinar cerah seolah sedang
tersenyum sambil menyinari bumi yang indah. Namun, sinarnya tak cukup untuk
membangunkan gadis yang asyik bersembunyi di balik selimut, mengabaikan bunyi
alarm yang entah sudah berapa kali menjadi “korban” ayunan tangannya.
Sampai-sampai tak menyadari mamanya masuk ke kamarnya sambil membawa gayung
berisi air dan kemudian menetesi seperti air hujan di wajahnya yang bening.
Menyadari anaknya tak jua bangun, dia menghela napas dan….
“Elista Maharani Pradipta! Kamu sampai kapan tidur dalam posisi
ikan kering dimasukkan dalam toples gitu?! Bangun!” Teriak mamanya sambil
menarik selimut anaknya kemudian mencubit pinggang gadis itu gemas.
“Auu!! Sakit ma! Iyaa…iyaa Lista bangun nih. Eh… itu gayung buat siapa
ma?” Tanya Lista dengan polosnya melihat mamanya menenteng gayung yang airnya
sudah berisi setengah.
Mendapat senyuman yang dirasa sadis,
dia membalikkan badannya untuk melihat ranjangnya yang sekarang agak basah dan
sadar untuk apa mamanya membawa gayung. Tanpa disuruh apalagi diteriakkin,
Lista langsung mencium pipi mamanya lalu melesat kabur ke kamar mandi.Sang mama melihat tingkah anaknya paling bungsu, Cuma geleng-geleng kepala dan menutup pintu kamar anaknya dan bergegas turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan.
Selesai mandi, Elista Maharani Pradipta, gadis blasteran Arab-Jerman
umur 18 tahun dengan mata almond bewarna hijau mewarisi sang ayah , Putra
Eduardo Pradipta dan wajah arabnya yang cantik jelita seperti ibunya , Erza
Noor Assifa sedang asyik berdandan di depan cermin, rambutnya yang panjang
dipotong pendek seperti cowok dengan warna kulitnya yang putih bersih
walau sudah berapa kali dia berjemur dengan aneka pose agar berubah jadi
kecoklatan, tatapan matanya tajam dan otaknya yang cerdas serta mewarisi sifat
keras kepala ibunya dan sifat suka menggoda cowok seperti ayahnya yang hobi
goda cewek sana-sini. *tapi sekarang tobat kok*
Asyik-asyiknya di depan cermin, tiba-tiba pintu kamar yang
bernuansa hijau daun itu terbuka dan masuklah seorang gadis cantik berumur 20
tahun yang sekarang kuliah di salah satu PTN terkenal di Jakarta jurusan dokter
anak seperti ayahnya dan kakaknya yang pertama , Erika Assifa Pradipta.
wajahnya mirip sekali dengan ibunya dan kakak keduanya yang juga
kembarannya, Febrian Risnadi Pradipta berdiri di belakang sambil
cengar-cengir khas ayahnya serta wajahnya kalo dibandingin bagai pinang dibelah
dua saking miripnya dan sukses menjadi pangeran di kampusnya dan dirumah sakit
bagi para suster muda bila dia ke tempat ayahnya , kuliah di tempat
yang sama dengan Erika dengan jurusan kedokteran gigi.
“Ceilah… si Lista ditungguin juga malah dandan! Ayo cepetan
curut!.” Kata Erika dengan langkah anggunnya bak model dan tatapan matanya yang
tajam dengan bola matanya bewarna coklat terang serta rambutnya yang panjang
ikal tergerai berbanding terbalik dengan Lista yang rambutnya ala cowok.
“Sabar dong kak. Ini bentar lagi selesai kok.” kata Lista sambil
memasang kaos kaki dan sepatunya lalu berjalan didampingi oleh kedua kakak
kembarnya yang tak mirip sama sekali.
Mereka bertiga menuruni tangga dan melihat ada papahnya sedang
makan pagi sendiri yang sekarang berumur 45 tahun namun malah terlihat semakin
ganteng dan gosipnya bikin praktek ayahnya selalu dipenuhi pasien bak gula
manis dikerubungi semut karna para ibu-ibu sengaja membuat anaknya sakit agar
bisa berobat terus ketemu dengan ayahnya. *apa-apaan ini* dan kadang buat
ibunya pusing sendiri melihat terkadang ayahnya menggoda suster- suster muda
yang cantik menggoda iman di rumah sakit.
“Eh ada anak- anak ayah. Ayo sini
Lista, Rika, Bian duduk sini.” Kata Ayahnya melihat mereka berdiri di meja
makan.
“Mama kemana yah?.” tanya Elista sambil mengambil roti
gandumnya namun sebelum dia mengambil selai coklat kesukaannya, hilang diambil
Bian yang paling usil.
“Kak Bian! Kembaliin roti gue! lo kalo mau ambil sendiri dong!
Jangan main ambil doang bisanya!.” Gerutu Lista sambil menginjak kaki Kak bian
keras dan ketika cowok itu kesakitan, dia langsung memakan rotinya yang sudah
diselai kak Bian.
“Itu kaki manusia apa kaki gajah Sumatra dek? Udah gede sakit
lagi! ayah kok malah cekikikan sih?! Kasihan kek gitu sama anak ayah yang
paling ganteng dirumah ini selain ayah dan mang Udin.” Kata Bian dengan pedenya
dan membuat Erika yang asyik makan nasi mendadak keselek dan buru-buru
mengambil air minum di sampingnya.
“Apa? Lo ganteng?! Gantengan orang gila yang sering nongkrong
dikampus itu daripada lo! gue heran deh, kok teman-teman gue pada kepincut
semua sama kegantengan lo yang menurut gue gak banget getoh!.” Kata Erika
dengan wajah mencibir persis kayak Erza kalo gerah mendengar Putra narsis.
“Eits….. lo raguin kegantengan gue kak Rika? Dibandingin dengan
Maurer, gebetan kakak yang gak pernah kesampaian gitu! masih gantengan gue
kali.” Kata Bian dengan pedenya sambil menepuk dadanya dan membuat ayahnya
tertawa melihat tingkah anak keduanya yang sama persis dengan dirinya.
“ Kok bahas Maurer sih?! Ember bocor yah mulut lo!.” kata Rika
sewot karna galau teringat dia melihat Maurer kemarin gandeng cewek bohay
dari dirinya lalu mencubit tubuh Bian dengan sadis.
Mendadak tawa ayahnya terhenti ketika melihat istrinya, menuruni
tangga menuju ruang makan memakai jas dokter. Rambutnya bewarna kecoklatan yang
selalu tergerai indah dan wajah cantiknya yang tak hilang tergerus waktu itu
sekarang duduk di samping suaminya yang memandangnya kedap-kedip
“Apa sih ayah liat-liat? ini lagi kalian bertiga! Ribut mulu
kerjaannya! Kedengaran tau ampe di kamar.” Kata mamanya melihat Erika dan Lista
asik beradu mulut dan cubitan bertubi-tubi untuk Bian.
“Kak Bian nih ma duluan. Lista berangkat dulu yah. bye ma, bye
pah. Bye kak Erika yang cantik dan Kak Bian yang jelek kayak hanoman.” Kata
Lista sambil mencium pipi kedua orang tuanya dan mencium pipi kakak pertamanya
yang dia sayangi dan melet ketika si Bian mengulurkan tangannya minta dicium
lalu lari menuju garasi rumah dan pergi ke sekolah dengan sepeda.
“Erika duluan yah ma. Kebetulan mungkin pulang telat. Dah ma, dah
pah.” Kata Erika sambil mencium kedua pipi orang tuanya diikuti oleh Bian.
“Woyy! Tungguin gue kak! Gue aduin lo sama Maurer gara-gara
ninggalin adeknya sendiri! Dah mama yang paling cantik dan dah papah yang
paling ganteng setelah Bian. Bye.” Kata Bian berlari menyusul Rika.
Erza bingung melihat tingkah ketiga anaknya yang hanya berjarak 2
tahun itu pergi setelah berantem, ditambah tingkah suaminya yang sekarang
Kedap-kedipin matanya kayak lampu mau mati.
“Apaan sih ayah kedap-kedip? Sakit mata yah? sini mama obatin.”
Kata Erza yang tau maksud suaminya kedap kedip lalu mengambil merica dengan
gaya siap menabur di mata Putra.
“Mama jahil deh. Kayak gak tau maksud papah aja.” kata Putra genit
sambil mencubit pinggang Erza pelan.
“Kan udah kemaren malam pah. Masa minta lagi? entar mama telat
lagi. udah dulu yah mama mau ke rumah sakit dulu. Hari ini mau operasi pasien.”
Kata Erza berdiri dan mengambil tasnya lalu mencium pipi Putra.
Putra pun berdiri dan merangkul pinggang istrinya dengan sayang
“kita bareng yah ma? Udah lama nih papah gak bareng mama ke rumah sakit.
Sekalian mau pamer kalo papah udah punya istri secantik bidadari kayak mama.”
Kata Putra gombal sambil mencium bibir istrinya dengan lembut dan berjalan
bareng menuju parkiran. *co cweeettttt*
Lista tiba kesekolah dengan kecepatan sepeda hampir sama dengan
pembalap motor GP kelas kakap, ngebut gila. Setelah mengatur napas di parkiran
sepeda, dia berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai 3.
Sepanjang perjalanan menuju kelasnya, Lista yang bersekolah di SMA
Budi Bangsa kelas 3 ipa ini banyak menarik perhatian kaum adam karna kecantikan
wajahnya. Sifatnya yang tomboy, suka ikut karate, basket dan masuk dalam klub
Futsal cewek ini tidak mengurangi kecantikan di wajahnya. Pada awalnya dia risih
dipandangi penuh kagum oleh para cowok yang memandangnya seolah dia alien dari
planet mana gitu, merasa tak enak menolak cowok-cowok yang menembaknya dan
mengucapkan “sorry, mending kita teman aja yah” sesering dia makan nasi.
Asyik-asyiknya jalan, mendadak, dia ditabrak dari belakang seorang
cowok yang sudah dia nobatkan menjadi musuh abadinya karna selalu merebut apa
yang dia inginkan, kemudian mengejeknya habis-habisan hingga jatuh tersungkur
dan cowok itu juga ikut jatuh menindihi tubuh Lista dan memeluk pinggang gadis
itu dari belakang.
“pagi sayang.” bisik Fernando Hayman, cowok playboy cap ikan lele
yang mempunyai wajah balsteran Belanda- indonesia yang gantengnya mengalahkan
ayah Lista sendiri, dengan warna mata hitam pekat, tatapan mata tajam,
hidung mancung, mempunyai tinggi badan sekitar 185cm, ketua Taekwondo di
sekolahnya dan ketua Futsal, pintar dan sejumlah kesempurnaan lainnya cukup
membuat dia mempunyai banyak mantan di sekolahnya. Dari bocah ingusan hingga
cewek jago pacaran sekalipun sukses dia duakan, tigakan dsb. Dan rekor pacaran
paling lama 1 bulan, paling singkat tiga hari atau kalau beruntung bisa satu
minggu!! *cowok sableng!* dan sekelas dengan Lista. Cewek yang dari dulu ingin
dia jadikan koleksi satu dari sekian banyak mantan pacarnya yang tak terhitung
mengingat kecantikan Lista yang tiada habisnya dipuji oleh kaum adam dan akan
semakin mengukuhkan julukan “playboy super gila” kalo berhasil mendapatkan
Lista yang dijuluki “Ratu Es” karna dia agak susah didapatkan, apalagi
dimiliki.
“sayang pale lo peyang! ngapain lo diatas punggung gue?! rabies
tubuh lo itu!.” Teriak Lista nyaring karna di pagi yang cerah dan langit tak
berawan *ngapain bahas cuaca* ini sukses diganggu oleh Ando.
Ando pun bangkit dari tubuh Lista dan membiarkan gadis itu berdiri
tanpa bantuannya, karna dia ogah membantu cewek. lalu gadis itu berbalik
menghadap dirinya dan melingkarkan tangannya di leher Ando dan tersenyum penuh
pesona bikin cowok playboy jenis Ando mabuk dan mendekatkan badannya hingga
bersentuhan dengan dada Ando yang bidang sambil menjinjitkan kakinya
seolah-olah hendak mencium kemudian…….
DUK! “ADUH!!!!! Lista!.” Kata Ando mengerang kesakitan sambil
berlutut di depan Lista yang senyam-senyum puas ketika “adeknya”
ditendang penuh sadis dengan lututnya.
“apa sayang? kenapa? Sakit yah? mampus! itu akibatnya kalo nyari
masalah dengan gue!.” kata Lista nyengir puas ketika saingannya jatuh telak
dihadapannya dan berjalan meninggalkan Ando yang menatapnya sinis dan berdiri
antara kesakitan tiada tara dan dendam.
“liat aja lo Lis. Gue akan jadiin lo salah satu koleksi mantan gue
yang paling sinting yang gue pacarin dan lo akan gue tinggalin seperti
mereka!!.” Tekad Ando sambil berjalan tertatih-tatih menuju kelas.
Sesampai di kelas, Lista duduk di pojok kanan yang dengan
pandangan menghadap jendela, sedangkan Ando duduk barisan nomor 2 sebelah kanan
dengan tatapan penuh ke Lista yang asyik ngobrol dengan Cindy, sahabatnya.
“eh Lis, kok tiap gue noleh, si Ando mandangin lo mulu sih. Horror
malah! Lo bikin ulah apa lagi Lis?.” Kata Cindy ketika noleh ke samping melihat
Ando asyik menatap sahabatnya.
“lo bilang gitu seolah-olah gue trouble maker bener yah. dia
ngajak tempur duluan!.” Kata Lista panas lalu mendatangi Ando yang tersenyum
menurut teman-temannya sangat cakep sekale tapi menurutnya sangat menjijikkan.
“apa lo lirik- lirik gue? kurang puas yah? pengen nambah lagi?.” kata Lista berdiri di depan Ando yang duduk menghadapnya.
Ando pun berdiri dan menatap Lista yang tingginya hanya sampai di
telinganya aja. lalu menundukkan wajahnya dan berbisik “kayaknya gue punya
permainan dan lo harus ikut atau kalo gak…” kata Ando gantung lalu menatap
Lista dengan tatapan meremehkan, tatapan yang dia tau sangat dibenci gadis itu.
“gue harus ikut permainan lo?! oke! Lo mau main apa? Basket? Voly?
Taekwondo? Gue bisa semuanya!.” Kata Lista remeh.
“siapa bilang gue nantang lo olahraga? Nanti kan kita ulangan
Fisika, lo tau kan ulangan fisika itu terkenal njelimet. Gue pengen nantang
salah satu dari kita yang nilainya lebih tinggi, boleh minta apapun yang
diinginkan.” Kata Ando telak.
Lista menelan ludah mendengar tantangan Ando, karna dia merasa
bodoh dalam fisika. Tapi gengsi kalah sebelum bertanding. “kalo gue menang, gue
dapat apa?.” Tanya Lista.
Ando hampir tertawa ngakak mendengarnya namun ditahan kalo tak
ingin rencananya gagal total. “kalo lo menang, gue gak akan ganggu lo lagi. gak
neror hidup lo lagi. dan akan berubah cowok baik-baik di hadapan lo. tapi kalo
lo kalah… “ kata Ando yang buat Lista penasaran.
“gue kalah bakal jadi babu lo?.”
“Basi kalo jadi babu gue. lo kalah, akan jadi pacar gue selama
satu tahun! Itu rekor terlama gue pacaran loh sayang. No coment!.” Kata Ando
menang melihat Lista melongo
“Enggak! Gue nolak! Taruhan gila! Sarap! Sinting! Pergi lo ke
Rumah Sakit Jiwa sana!.” Rutuk Lista lalu berbalik meninggalkan tempat Ando,
namun tak jadi mendengar teriakan Ando yang sumpah ingin dia tonjok sampe gak
berbentuk saking jengkelnya.
“ok lo gak terima. Tapi lo akan jadi cewek pengecut! Seorang
Elista Maharani Pradipta, gak berani menerima tantangan gue?! hahahahaha…
mana sifat sok berani lo?! kecil banget ternyata nyali lo yah! segede upil!
Remeh Ando buat Lista meradang
“lo maunya apa sih?! Lo gak ada hak maksa gue!.”
“gue gak maksa, Cuma ngasih tantangan aja. masa cewek sepintar lo,
yang selalu juara 1, gak mau terima tantangan dari gue yang Cuma rangking 2?
Sombong bener!.” Kata Ando sinis.
“ok! gue terima tantangan lo! gue akan buktiin kalo gue bukan
cewek pengecut yang lo bilang dan gue buktiin nyali gue gak segede upil!.” Kata
Lista berang lalu berbalik dan duduk di kursinya dengan emosi hingga wajahnya
merah dan buat Cindy khawatir pada sahabat labilnya ini.
“lo gak papa Lis?.” Kata Cindy melihat sahabatnya penuh emosi
membanting buku fisika lalu membacanya.
“gue pengen makan orang!.” Kata Lista sambil mengepalkan tangannya
dan berusaha memasukkan rumus-rumus fisika di otaknya.
tak lama kemudian, datanglah guru Fisika yang terkena paling
killer masuk dalam kelas dan langsung membagikan soal fisik yang Cuma 10 soal
tapi beranak pinak yang membuat semua rumus yang dihapal, hilang tanpa bekas.
Dan jangan harap bisa membuka kerpean. Sekecil apapun , tetap akan ketahuan.
selama 3 jam berkutat dengan soal fisika yang bikin mabuk darat,
akhirnya jam istirahat berbunyi juga. Lembar jawaban belum terisi sempurna
harus direlakan berpindah tangan secara paksa oleh guru fisika yang sangat disiplin
waktu. Termasuk jawaban Lista juga tak luput jadi “korban” padahal dia hanya
menyelesaikan 8 soal dan itupun belum tentu benar semua.
“baiklah semua. Selesai istirahat hasilnya akan ibu tempel di
madding. Selamat pagi semua.” Kata ibu Mae berjalan anggun bagai buruk merak
yang memamerkan sayap terindahnya namun membawa aura horror keluar dari kelas
sambil menenteng 25 soal hasil jawaban mereka.
“gue mabuk.” Kata Lista pada dirinya sendiri sambil memijat
kepalanya yang pusing dan emosi ketika melihat Ando duduk menghadapnya.
“siap-siap menerima hasilnya, sayang. lo akan jadi milik gue. suka
atau gak.” Kata Ando sambil tersenyum manis.
“dan gue percaya, takdir gak akan ijinin gue pacaran sama
cowok gila macam lo!.” balas Lista sinis.
“will be see dear. I hope you wrong.” Kata Ando lalu keluar dari
kelas sambil tertawa.
“Dasar cowok sinting! Liat aja kalo lo kalah, gue jadiin sasaran
tinju dirumah! Biar ancur wajah sok cakep lo!.” Tekad Lista sambil meremas
kedua tangannya dengan gaya siap nonjok.
Selama setengah jam mereka istirahat *lama bener yah* akhirnya bel
masuk berbunyi juga, Lista yang tak jajan karna malas keluar dikagetkan oleh
kedatangan Cindy yang berlari seolah-olah mengabarkan sebentar lagi akan
terjadi tsunami dan harap menyelamatkan diri segera *plak*
“Lis! Coba liat hasil fisika lo! ayoo cepat!.” Tarik Cindy tanpa
babibubebo langsung menarik Lista keluar menuju madding.
Sesampai di madding, dia melihat banyak teman sekelasnya berjubel
di depan melihat hasil fisika mereka, dan berbagai macam ekspresi terlihat,
dari sedih, senang, menggerutu bahkan sumpah serapah yang lebih mirip mengabsen
nama binatang di Ragunan lengkap, tanpa ada satupun nama yang terlewatkan.
“permisi..permisi..” kata Lista mencoba masuk dalam barisan bagai
semut dan melihat nilainya dengan penuh harap dan..
“APA?! GUE GAK TERIMA! NILAI GUE! NILAI GUE!.” jerit Lista ketika
melihat dia hanya mendapatkan 60 dan semakin kaget ketika melihat absen Ando
dengan nilai sempurna untuk semua anak kelas IPA, 100.
“ wah…. Lo kalah. Gue menang. Now. You’ll mine.” Bisik Ando di belakang Lista yang tertegun dan pasrah ketika tangan Ando memegang pundaknya sambil meratapi nasibnya yang mungkin akan tambah hancur karna taruhan konyol yang dia yakin bisa menang, ternyata membawa petaka.