Laman

Minggu, 03 Maret 2013

Be Yours?! DAMN! PART 1


Pagi hari yang cerah, Matahari bersinar cerah seolah sedang tersenyum sambil menyinari bumi yang indah. Namun, sinarnya tak cukup untuk membangunkan gadis yang asyik bersembunyi di balik selimut, mengabaikan bunyi alarm yang entah sudah berapa kali menjadi “korban” ayunan tangannya. Sampai-sampai tak menyadari mamanya masuk ke kamarnya sambil membawa gayung berisi air dan kemudian menetesi seperti air hujan di wajahnya yang bening. Menyadari anaknya tak jua bangun, dia menghela napas dan….
“Elista Maharani Pradipta! Kamu sampai kapan tidur dalam posisi ikan kering dimasukkan dalam toples gitu?! Bangun!” Teriak mamanya sambil menarik selimut anaknya kemudian mencubit pinggang gadis itu gemas.
“Auu!! Sakit ma! Iyaa…iyaa Lista bangun nih. Eh… itu gayung buat siapa ma?” Tanya Lista dengan polosnya melihat mamanya menenteng gayung yang airnya sudah berisi setengah.
            Mendapat senyuman yang dirasa sadis, dia membalikkan badannya untuk melihat ranjangnya yang sekarang agak basah dan sadar untuk apa mamanya membawa gayung. Tanpa disuruh apalagi diteriakkin, Lista langsung mencium pipi mamanya lalu melesat kabur ke kamar mandi.
            Sang mama melihat tingkah anaknya paling bungsu, Cuma geleng-geleng kepala dan menutup pintu kamar anaknya dan bergegas turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan.
Selesai mandi, Elista Maharani Pradipta, gadis blasteran Arab-Jerman umur 18 tahun dengan mata almond bewarna hijau mewarisi sang ayah , Putra Eduardo Pradipta dan wajah arabnya yang cantik jelita seperti ibunya , Erza Noor Assifa sedang asyik berdandan di depan cermin, rambutnya yang panjang dipotong pendek seperti cowok  dengan warna kulitnya yang putih bersih walau sudah berapa kali dia  berjemur dengan aneka pose agar berubah jadi kecoklatan, tatapan matanya tajam dan otaknya yang cerdas serta mewarisi sifat keras kepala ibunya dan sifat suka menggoda cowok seperti ayahnya yang hobi goda cewek sana-sini. *tapi sekarang tobat kok*
Asyik-asyiknya di depan cermin, tiba-tiba pintu kamar yang bernuansa hijau daun itu terbuka dan masuklah seorang gadis cantik berumur 20 tahun yang sekarang kuliah di salah satu PTN terkenal di Jakarta jurusan dokter anak seperti ayahnya dan kakaknya yang pertama , Erika Assifa Pradipta.  wajahnya mirip sekali dengan ibunya dan  kakak keduanya yang juga kembarannya,  Febrian Risnadi Pradipta  berdiri di belakang sambil cengar-cengir khas ayahnya serta wajahnya kalo dibandingin bagai pinang dibelah dua saking miripnya dan sukses menjadi pangeran di kampusnya dan dirumah sakit bagi para suster muda  bila dia ke tempat ayahnya  , kuliah di tempat yang sama dengan Erika dengan jurusan kedokteran gigi.
“Ceilah… si Lista ditungguin juga malah dandan! Ayo cepetan curut!.” Kata Erika dengan langkah anggunnya bak model dan tatapan matanya yang tajam dengan bola matanya bewarna coklat terang serta rambutnya yang panjang ikal tergerai berbanding terbalik dengan Lista yang rambutnya ala cowok.
“Sabar dong kak. Ini bentar lagi selesai kok.” kata Lista sambil memasang kaos kaki dan sepatunya lalu berjalan didampingi oleh kedua kakak kembarnya yang tak mirip sama sekali.
Mereka bertiga menuruni tangga dan melihat ada papahnya sedang makan pagi sendiri yang sekarang berumur 45 tahun namun malah terlihat semakin ganteng dan gosipnya bikin praktek ayahnya selalu dipenuhi pasien bak gula manis dikerubungi semut karna para ibu-ibu sengaja membuat anaknya sakit agar bisa berobat terus ketemu dengan ayahnya. *apa-apaan ini* dan kadang buat ibunya pusing sendiri melihat terkadang ayahnya menggoda suster- suster muda yang cantik menggoda iman di rumah sakit.
            “Eh ada anak- anak ayah. Ayo sini Lista, Rika, Bian duduk sini.” Kata Ayahnya melihat mereka berdiri di meja makan.
“Mama kemana yah?.” tanya  Elista sambil mengambil roti gandumnya namun sebelum dia mengambil selai coklat kesukaannya, hilang diambil Bian yang paling usil.
“Kak Bian! Kembaliin roti gue! lo kalo mau ambil sendiri dong! Jangan main ambil doang bisanya!.” Gerutu Lista sambil menginjak kaki Kak bian keras dan ketika cowok itu kesakitan, dia langsung memakan rotinya yang sudah diselai kak Bian.
“Itu kaki manusia apa kaki gajah Sumatra dek? Udah gede sakit lagi! ayah kok malah cekikikan sih?!  Kasihan kek gitu sama anak ayah yang paling ganteng dirumah ini selain ayah dan mang Udin.” Kata Bian dengan pedenya dan membuat Erika yang asyik makan nasi mendadak keselek dan buru-buru mengambil air minum di sampingnya.
“Apa? Lo ganteng?! Gantengan orang gila yang sering nongkrong dikampus itu daripada lo! gue heran deh, kok teman-teman gue pada kepincut semua sama kegantengan lo yang menurut gue gak banget getoh!.” Kata Erika dengan wajah mencibir persis kayak Erza kalo gerah mendengar Putra narsis.
“Eits….. lo raguin kegantengan gue kak Rika? Dibandingin dengan Maurer, gebetan kakak yang gak pernah kesampaian gitu! masih gantengan gue kali.” Kata Bian dengan pedenya sambil menepuk dadanya dan membuat ayahnya tertawa melihat tingkah anak keduanya yang sama persis dengan dirinya.
“ Kok bahas Maurer sih?! Ember bocor yah mulut lo!.” kata Rika sewot karna galau teringat dia melihat  Maurer kemarin gandeng cewek bohay dari dirinya lalu mencubit tubuh Bian dengan sadis.
Mendadak tawa ayahnya terhenti ketika melihat istrinya, menuruni tangga menuju ruang makan memakai jas dokter. Rambutnya bewarna kecoklatan yang selalu tergerai indah dan wajah cantiknya yang tak hilang tergerus waktu itu sekarang duduk di samping suaminya yang memandangnya kedap-kedip

“Apa sih ayah liat-liat? ini lagi kalian bertiga! Ribut mulu kerjaannya! Kedengaran tau ampe di kamar.” Kata mamanya melihat Erika dan Lista asik beradu mulut dan cubitan bertubi-tubi untuk Bian.
“Kak Bian nih ma duluan. Lista berangkat dulu yah. bye ma, bye pah. Bye kak Erika yang cantik dan Kak Bian yang jelek kayak hanoman.” Kata Lista sambil mencium pipi kedua orang tuanya dan mencium pipi kakak pertamanya yang dia sayangi dan melet ketika si Bian mengulurkan tangannya minta dicium lalu lari menuju garasi rumah dan pergi ke sekolah dengan sepeda.

“Erika duluan yah ma. Kebetulan mungkin pulang telat. Dah ma, dah pah.” Kata Erika sambil mencium kedua pipi orang tuanya diikuti oleh Bian.

“Woyy! Tungguin gue kak! Gue aduin lo sama Maurer gara-gara ninggalin adeknya sendiri! Dah mama yang paling cantik dan dah papah yang paling ganteng setelah Bian. Bye.” Kata Bian berlari menyusul Rika.

Erza bingung melihat tingkah ketiga anaknya yang hanya berjarak 2 tahun itu pergi setelah berantem, ditambah tingkah suaminya yang sekarang Kedap-kedipin matanya kayak lampu mau mati.
“Apaan sih ayah kedap-kedip? Sakit mata yah? sini mama obatin.” Kata Erza yang tau maksud suaminya kedap kedip lalu mengambil merica dengan gaya siap menabur di mata Putra.
“Mama jahil deh. Kayak gak tau maksud papah aja.” kata Putra genit sambil mencubit pinggang Erza pelan.
“Kan udah kemaren malam pah. Masa minta lagi? entar mama telat lagi. udah dulu yah mama mau ke rumah sakit dulu. Hari ini mau operasi pasien.” Kata Erza berdiri dan mengambil tasnya lalu mencium pipi Putra.

Putra pun berdiri dan merangkul pinggang istrinya dengan sayang “kita bareng yah ma? Udah lama nih papah gak bareng mama ke rumah sakit. Sekalian mau pamer kalo papah udah punya istri secantik bidadari kayak mama.” Kata Putra gombal sambil mencium bibir istrinya dengan lembut dan berjalan bareng menuju parkiran. *co cweeettttt*


Lista tiba kesekolah dengan kecepatan sepeda hampir sama dengan pembalap motor GP kelas kakap, ngebut gila. Setelah mengatur napas di parkiran sepeda, dia berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai 3.

Sepanjang perjalanan menuju kelasnya, Lista yang bersekolah di SMA Budi Bangsa kelas 3 ipa ini banyak menarik perhatian kaum adam karna kecantikan wajahnya. Sifatnya yang tomboy, suka ikut karate, basket dan masuk dalam klub Futsal cewek ini tidak mengurangi kecantikan di wajahnya. Pada awalnya dia risih dipandangi penuh kagum oleh para cowok yang memandangnya seolah dia alien dari planet mana gitu, merasa tak enak menolak cowok-cowok yang menembaknya dan mengucapkan “sorry, mending kita teman aja yah” sesering dia makan nasi.

Asyik-asyiknya jalan, mendadak, dia ditabrak dari belakang seorang cowok yang sudah dia nobatkan menjadi musuh abadinya karna selalu merebut apa yang dia inginkan, kemudian mengejeknya habis-habisan hingga jatuh tersungkur dan cowok itu juga ikut jatuh menindihi tubuh Lista dan memeluk pinggang gadis itu dari belakang.

“pagi sayang.” bisik Fernando Hayman, cowok playboy cap ikan lele yang mempunyai wajah balsteran Belanda- indonesia yang gantengnya mengalahkan ayah Lista sendiri,  dengan warna mata hitam pekat, tatapan mata tajam, hidung mancung, mempunyai tinggi badan sekitar 185cm,  ketua Taekwondo di sekolahnya dan ketua Futsal, pintar dan sejumlah kesempurnaan lainnya cukup membuat dia mempunyai banyak mantan di sekolahnya. Dari bocah ingusan hingga cewek jago pacaran sekalipun sukses dia duakan, tigakan dsb. Dan rekor pacaran paling lama 1 bulan, paling singkat tiga hari atau kalau beruntung bisa satu minggu!! *cowok sableng!* dan sekelas dengan Lista. Cewek yang dari dulu ingin dia jadikan koleksi satu dari sekian banyak mantan pacarnya yang tak terhitung mengingat kecantikan Lista yang tiada habisnya dipuji oleh kaum adam dan akan semakin mengukuhkan julukan “playboy super gila” kalo berhasil mendapatkan Lista yang dijuluki “Ratu Es” karna dia agak susah didapatkan, apalagi dimiliki.

“sayang pale lo peyang! ngapain lo diatas punggung gue?! rabies tubuh lo itu!.” Teriak Lista nyaring karna di pagi yang cerah dan langit tak berawan *ngapain bahas cuaca*  ini sukses diganggu oleh Ando.

Ando pun bangkit dari tubuh Lista dan membiarkan gadis itu berdiri tanpa bantuannya, karna dia ogah membantu cewek.  lalu gadis itu berbalik menghadap dirinya dan melingkarkan tangannya di leher Ando dan tersenyum penuh pesona bikin cowok playboy jenis Ando mabuk dan  mendekatkan badannya hingga bersentuhan dengan dada Ando yang bidang sambil menjinjitkan kakinya seolah-olah hendak mencium kemudian…….

DUK! “ADUH!!!!! Lista!.” Kata Ando mengerang kesakitan sambil berlutut di depan Lista yang senyam-senyum puas ketika “adeknya” ditendang  penuh sadis dengan lututnya.
“apa sayang? kenapa? Sakit yah? mampus! itu akibatnya kalo nyari masalah dengan gue!.” kata Lista nyengir puas ketika saingannya jatuh telak dihadapannya dan berjalan meninggalkan Ando yang menatapnya sinis dan berdiri antara kesakitan tiada tara dan dendam.

“liat aja lo Lis. Gue akan jadiin lo salah satu koleksi mantan gue yang paling sinting yang gue pacarin dan lo akan gue tinggalin seperti mereka!!.” Tekad Ando sambil berjalan tertatih-tatih menuju kelas.


Sesampai di kelas, Lista duduk di pojok kanan yang dengan pandangan menghadap jendela, sedangkan Ando duduk barisan nomor 2 sebelah kanan dengan tatapan penuh ke Lista yang asyik ngobrol dengan Cindy, sahabatnya.

“eh Lis, kok tiap gue noleh, si Ando mandangin lo mulu sih. Horror malah! Lo bikin ulah apa lagi Lis?.” Kata Cindy ketika noleh ke samping melihat Ando asyik menatap sahabatnya.
“lo bilang gitu seolah-olah gue trouble maker bener yah. dia ngajak tempur duluan!.” Kata Lista panas lalu mendatangi Ando yang tersenyum menurut teman-temannya sangat cakep sekale tapi menurutnya sangat menjijikkan.


            “apa lo lirik- lirik gue? kurang puas yah? pengen nambah lagi?.” kata Lista berdiri di depan Ando yang duduk menghadapnya.
Ando pun berdiri dan menatap Lista yang tingginya hanya sampai di telinganya aja. lalu menundukkan wajahnya dan berbisik “kayaknya gue punya permainan dan lo harus ikut atau kalo gak…” kata Ando gantung lalu menatap Lista dengan tatapan meremehkan, tatapan yang dia tau sangat dibenci gadis itu.
“gue harus ikut permainan lo?! oke! Lo mau main apa? Basket? Voly? Taekwondo? Gue bisa semuanya!.” Kata Lista remeh.
“siapa bilang gue nantang lo olahraga? Nanti kan kita ulangan Fisika, lo tau kan ulangan fisika itu terkenal njelimet. Gue pengen nantang salah satu dari kita yang nilainya lebih tinggi, boleh minta apapun yang diinginkan.” Kata Ando telak.

Lista menelan ludah mendengar tantangan Ando, karna dia merasa bodoh dalam fisika. Tapi gengsi kalah sebelum bertanding. “kalo gue menang, gue dapat apa?.” Tanya Lista.

Ando hampir tertawa ngakak mendengarnya namun ditahan kalo tak ingin rencananya gagal total. “kalo lo menang, gue gak akan ganggu lo lagi. gak neror hidup lo lagi. dan akan berubah cowok baik-baik di hadapan lo. tapi kalo lo kalah… “ kata Ando yang buat Lista penasaran.

“gue kalah bakal jadi babu lo?.”
“Basi kalo jadi babu gue. lo kalah, akan jadi pacar gue selama satu tahun! Itu rekor terlama gue pacaran loh sayang. No coment!.” Kata Ando menang melihat Lista melongo

“Enggak! Gue nolak! Taruhan gila! Sarap! Sinting! Pergi lo ke Rumah Sakit Jiwa sana!.” Rutuk Lista lalu berbalik meninggalkan tempat Ando, namun tak jadi mendengar teriakan Ando yang sumpah ingin dia tonjok sampe gak berbentuk saking jengkelnya.

“ok lo gak terima. Tapi lo akan jadi cewek pengecut! Seorang Elista Maharani Pradipta,  gak berani menerima tantangan gue?! hahahahaha… mana sifat sok berani lo?! kecil banget ternyata nyali lo yah! segede upil! Remeh Ando buat Lista meradang

“lo maunya apa sih?! Lo gak ada hak maksa gue!.”

“gue gak maksa, Cuma ngasih tantangan aja. masa cewek sepintar lo, yang selalu juara 1, gak mau terima tantangan dari gue yang Cuma rangking 2? Sombong bener!.” Kata Ando sinis.

“ok! gue terima tantangan lo! gue akan buktiin kalo gue bukan cewek pengecut yang lo bilang dan gue buktiin nyali gue gak segede upil!.” Kata Lista berang lalu berbalik dan duduk di kursinya dengan emosi hingga wajahnya merah dan buat Cindy khawatir pada sahabat labilnya ini.


“lo gak papa Lis?.” Kata Cindy melihat sahabatnya penuh emosi membanting buku fisika lalu membacanya.
“gue pengen makan orang!.” Kata Lista sambil mengepalkan tangannya dan berusaha memasukkan rumus-rumus fisika di otaknya.


tak lama kemudian, datanglah guru Fisika yang terkena paling killer masuk dalam kelas dan langsung membagikan soal fisik yang Cuma 10 soal tapi beranak pinak yang membuat semua rumus yang dihapal, hilang tanpa bekas. Dan jangan harap bisa membuka kerpean. Sekecil apapun , tetap akan ketahuan.

selama 3 jam berkutat dengan soal fisika yang bikin mabuk darat, akhirnya jam istirahat berbunyi juga. Lembar jawaban belum terisi sempurna harus direlakan berpindah tangan secara paksa oleh guru fisika yang sangat disiplin waktu. Termasuk jawaban Lista juga tak luput jadi “korban” padahal dia hanya menyelesaikan 8 soal dan itupun belum tentu benar semua.

“baiklah semua. Selesai istirahat hasilnya akan ibu tempel di madding. Selamat pagi semua.” Kata ibu Mae berjalan anggun bagai buruk merak yang memamerkan sayap terindahnya namun membawa aura horror keluar dari kelas sambil menenteng 25 soal hasil jawaban mereka.

“gue mabuk.” Kata Lista pada dirinya sendiri sambil memijat kepalanya yang pusing dan emosi ketika melihat Ando duduk menghadapnya.


“siap-siap menerima hasilnya, sayang. lo akan jadi milik gue. suka atau gak.” Kata Ando sambil tersenyum manis.
“dan gue percaya, takdir gak akan  ijinin gue pacaran sama cowok gila macam lo!.” balas Lista sinis.
“will be see dear. I hope you wrong.” Kata Ando lalu keluar dari kelas sambil tertawa.
“Dasar cowok sinting! Liat aja kalo lo kalah, gue jadiin sasaran tinju dirumah! Biar ancur wajah sok cakep lo!.” Tekad Lista sambil meremas kedua tangannya dengan gaya siap nonjok.


Selama setengah jam mereka istirahat *lama bener yah* akhirnya bel masuk berbunyi juga, Lista yang tak jajan karna malas keluar dikagetkan oleh kedatangan Cindy yang berlari seolah-olah mengabarkan sebentar lagi akan terjadi tsunami dan harap menyelamatkan diri segera *plak*

“Lis! Coba liat hasil fisika lo! ayoo cepat!.” Tarik Cindy tanpa babibubebo langsung menarik Lista keluar menuju madding.

Sesampai di madding, dia melihat banyak teman sekelasnya berjubel di depan melihat hasil fisika mereka, dan berbagai macam ekspresi terlihat, dari sedih, senang, menggerutu bahkan sumpah serapah yang lebih mirip mengabsen nama binatang di Ragunan lengkap, tanpa ada satupun nama yang terlewatkan.

“permisi..permisi..” kata Lista mencoba masuk dalam barisan bagai semut dan melihat nilainya dengan penuh harap dan..

“APA?! GUE GAK TERIMA! NILAI GUE! NILAI GUE!.” jerit Lista ketika melihat dia hanya mendapatkan 60 dan semakin kaget ketika melihat absen Ando dengan nilai sempurna untuk semua anak kelas IPA, 100.

          wah…. Lo kalah. Gue menang. Now. You’ll mine.” Bisik Ando di belakang Lista yang tertegun dan pasrah ketika tangan Ando memegang pundaknya sambil  meratapi nasibnya yang mungkin akan tambah hancur karna taruhan konyol yang dia yakin bisa menang, ternyata membawa petaka.

Di manakah Kau Ada. Part 1 - Penantian.



“dimanakah kau ada
rinduku takkan pernah sirna
kekasih ingat aku disini

tertusuk oleh perih
menjadi tak pernah ku dapat
namun ku kan selalu merindu.”

*ratu – dimanakah kau ada*

sebuah penggalan lagu di radio sukses membuat Elise Pearce,seorang gadis cantik berumur 22 tahun, berwajah perancis-indonesia, dengan mata berwarna cokelat terang dan rambut panjang berwarna hitam legam, kulit putih bersih, yang sekarang kuliah semester 4 di Universitas Indonesia Jurusan Akutansi tertegun sambil menatap kosong kearah jendela. Lalu pikirannya berjalan ke masa lalu.

Flashback…
14 tahun yang lalu
“eris… kamu mau gak? Ini aku dibikinin mama lo.” Kata elise kecil menawarkan kue bolu kepada teman sebangkunya, cinta pertama dan cinta monyetnya, Eris
“kue? Boleh dong. Aku ambil ya.” kata Eris tersenyum manis lalu memakan kue itu.
“makasih ris.nanti aku bawa kue setiap hari aja supaya kita bisa makan bareng.” Kata elise kecil tersenyum manis sambil memakan kue itu.
“asal mama kamu sanggup bikinin aja. eh udah masuk tuh.” Kata eris sambil berlari masuk kelas meninggalkan elise yang berlari mengikutinya.

“eris.. kamu percaya gak aku punya teman, namanya kenanga. Dia hadir pada saat kita kesepian, dia datang bila kita memandang cahaya, akan muncul seperti kunang-kunang, tapi hanya kita yang bisa melihat itu. Orang lain gak bisa. .” Kata elise berbisik di saat guru menjelaskan pelajaran.
Eris yang sibuk mencatat, menoleh ke arah elise dan berkata “aku percaya kok. Kadang aku juga merasakan hal itu di saat aku kesepian.nanti kita ngobrol lagi, Mending kita catat aja yuk.” Ajak eris.
elise pun patuh dan sibuk mencatat.

“eris… kamu pulang sama siapa?.” Tanya elise pada saat pulang sekolah.
“aku pulang dengan sopirku. Hari ini kamu les disini kan?.” Tanya eris.
“iya eris. Dah keriting.” Ejek elise .
“bye mata kodok.” Kata eris sambil ngejek elise yang memang mempunyai mata besar seperti kodok.
mendengar itu, elise manyun.

les disekolah,,
“eris.. kamu jangan kerjain aku dong! Aku takut!.” Teriak elise saat eris mengerjainya dengan melempar sebuah tali kain berwarna putih menutupi wajahnya yang membuat gadis itu teriak ketakutan.
“habis kamu telat datang sih. Aku udah lama nunggu kamu tau.  Ayo!.” Kata eris sambil mengulurkan tangannya ke elise lalu menariknya menuju kelas.

Elise adalah teman sebangku Eris di SD kartika. Mereka akrab dan suka mengejek. Keriting adalah gelaran untuk Eris dari Elise, Mata kodok adalah gelaran Eris untuk Elise yang mempunyai mata besar.
Eris berumur 8 tahun, dengan kulit putih, bersorot mata teduh, bulu mata lentik, bibir kecil warna merah dan jahil!. *benci banget kalo udah ngadepin sifatnya yang satu ini!.”

“eris… kita teman selamanya kan?.” Kata elise sambil memandang eris yang asyik mencatat. Eris memang hobi mencatat pelajaran apapun. Bahkan catatannya lebih rapi daripada punya Elise.
eris yang sibuk memandang papan tulis, terdiam mendengar permintaan  Elise, kemudian berbalik dan berkata “ tentu saja. Bahkan bila salah satu dari kita akan terpisah, kita pasti akan bertemu lagi.” sambil tersenyum.
“janji?.” Kata elise sambil mengulurkan tangan kelingkingnya yang lentik.
“janji.” Kata eris sambil mengaitkan tangan kelilingkingnya di tangan Elise kemudian tersenyum manis.

beberapa bulan kemudian..
“eris kemana lis? Kok dia gak turun? Kamu kan akrab dengan dia.” kata dinna, si ketua kelas.
“enggak tau. Aku gak punya nomor telponnya.dia juga gak ngabarin aku.” Kata elise sambil menatap kursi eris yang disebelahnya dengan tatapan murung.
“eh bu guru datang tuh.” Kata dinna meninggalkan Elise.
elise yang melihat bu Fatimah, wali kelas sekaligus guru Bahasa Indonesia mereka memasuki kelas, langsung duduk di kursi Eris dan meletakkan tasnya di kursinya.
“selamat pagi bu.” Kata dinna membuka salam dan diiringi oleh murid yang lain sambil berdiri.
“selamat pagi anak-anak, silahkan duduk.” Kata bu Fatimah kemudian duduk di kursinya.

“anak-anak, ibu punya kabar tidak enak dari salah satu teman kalian, eris. Ayah dia meninggal 2hari yang lalu karna serangan jantung dan dia kemarin ke sekolah untuk mengurus kepindahannya ke Bandung bersama mamanya.” Kata ibu Fatimah.
Elise yang mendengar kabar itu, shock, kaget, tak percaya dan sejuta perasaan yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata. Dengan mata berkaca-kaca, dia berusaha menahan tangis sampai bel pulang sekolah berbunyi.

sesampai dirumah, dia langsung melempar tasnya di lantai dan menangis di kamar sambil berkata “kita teman kan ris? Kalau kita teman, kenapa kamu gak cerita sama aku? Aku teman kamu eris, aku gak mau duduk sebangku dengan yang lain, aku Cuma mau duduk sama kamu eris.” Sambil terisak dan akhirnya tertidur.

flashback off.

tanpa sadar, matanya yang coklat besar terlihat berkaca-kaca dan akhirnya keluarlah sekerlingan permata turun dari matanya yang entah sudah berapa kali dia keluarkan setiap mengenang nama cowok itu.
kemudian dia menghapus air matanya yang turun di pipi, lalu mengambil secarik kertas dan menulis namanya dengan nama cowok itu. Dengan tatapan kosong dia berkata “lo dimana Eris? Gue kangen sama elo. Sampai kapan gue harus nunggu lo? 14 tahun lo pergi ninggalin gue tanpa penjelasan, ninggalin pertemanan kita, dan selama itu juga gue harus ikhlas ngebiarkan tempat duduk lo ditempatin sama yang lain. Setiap gue reunian sama alumni SD, gue selalu tanya sama mereka tentang elo, tapi apa jawaban mereka? “eris, siapa tuh? Gue lupa. Lo punya fotonya gak?.” “eris, gue gak kenal tuh, emang kita pernah satu sekolah sama dia?.” gue bingung ris, lo itu nyata gak sebenernya buat gue?  kalo lo nyata, kenapa gue selalu ingat sama elo? Sedangkan mereka gak ingat sama elo. setiap gue ulang tahun, hanya ada satu pinta gue buat Tuhan, yaitu gue pengen ketemu sama lo. gue pengen lihat bagaimana elo sekarang, apakah rambut lo masih keriting atau enggak. Sifat lo masih jahil atau enggak. Selama 14 tahun, yang gue tau soal elo adalah, lo anak kepala polisi, dan nama elo eris. Itu aja. *kasian bener lo lis* ”

setelah mengeluarkan uneg-uneg hatinya, dia menyalakan radio dan terdengarlah lagu yang sukses membuat dia meneteskan airmatanya lagi.

saat aku tertawa di atas semua
saat aku menangisi kesedihanku
aku ingin engkau selalu ada
aku ingin engkau aku kenang

reff:
selama aku masih bernafas
masih sanggup berjalan
ku kan slalu memujamu

meski ku tak tahu lagi
engkau ada di mana
dengarkan aku ku merindukanmu
saat aku mencoba merubah segalanya
saat aku meratapi kekalahanku
aku ingin engkau selalu ada
aku ingin engkau aku kenang


*d’massiv : ku merindukanmu.*

bait demi bait dia hayati sambil meneteskan air mata. Langit pun berduka cita sehingga turunlah hujan deras yang semakin melengkapi kesedihan elise.  Elise tertegun melihat hujan, mau tak mau, dia teringat masa lalunya yang semakin membuatnya jatuh ke dalam jurang penantian.

“eris! Hujan! Kita mandi hujan yuk!.” Kata elise riang ketika pulang sekolah.
“jangan nanti kamu sakit. Terus gak masuk sekolah deh.” Kata Eris menolak permintaan elise mentah-mentah.
“kamu gak asyik!.” Rajuk elise dan dia meletakkan tasnya di lantai kemudian lari ke halaman sekolah sambil berhujan ria dengan anak-anak lain.
eris yang melihat keasyikan teman-temannya bermain hujan, dia mengambil payung dan berhujan ria.

ketika hujan berhenti, mereka saling berpandangan dan tertawa melihat pakaian mereka sama-sama kotor dan pikiran mereka melayang kepada ibu mereka masing-masing akan memarahi kenakalan mereka. Tersenyum simpul. Eris berkata “lis, coba kamu liat awan deh. Tuhan sedang melukis sesuatu yang indah ntuk kita yang suka hujan.” Sambil menunjuk langit.
“wah….. pelangi yang indah.” Kata elise terpesona sambil menatap langit.
“aku bisa kok gambarin pelangi untukmu. Kamu mau?.” Tanya eris yang memang jago menggambar.
“boleh, besok bawain ya? eh udah dulu ris. Aku udah dijemput mamaku tuh. Bye.” Kata elise setengah berlari menuju mamanya yang berkerut kening melihat baju anaknya seperti kecebur di got.

“oh eris… apapun yang gue lakuin, apapun yang gue liat, selalu teringat sama elo. Elo pernah gak inget gue?.” kata elise putus asa.


So, I lay my head back down.
And I lift my hands and pray
To be only yours, I pray, to be only yours
I know now you're my only hope.


suara handphonenya berdering, sukses menyadarkan  elise dari galaunya. Kemudian dia melihat layar handphone dan tersenyum “hai sayang.. ada apa?.” Kata elise lewat telpon.
“hai juga sayang. kamu gak kuliah hari ini?.” Kata arie, cowok yang menjadi tunangannya setahun yang lalu dan satu kuliah dengannya.
“aku mau kuliah, tapi harinya hujan. Kamu jemput aku mau gak?.” Kata elise dengan suara manja
“apa sih yang enggak buat kamu? Aku jemput ya.” kata arie yang sukses membuat elise tersipu malu.
“oke deh sayang. bye.” Kata elise
“bye juga.” Kata arie memutuskan telponnya.

Setelah menutup telpon, elise termenung menatap hujan seperti mencari serpihan masa lalu yang hilang. Merasa lelah mengingat, dia mencuci muka dan bergegas berganti pakaian sebelum diomelin tunangannya.

Tiit…Tit.. suara klakson mobil BMW arie di halaman sukses membuat elise buru-buru mengambil tas dan hampir menabrak Elisa, saudara kembarnya yang keluar lebih dulu dari dia 5 menit.
“mata lo kenapa sembab ngok? Kangen dia lagi?.” Kata elisa ketika melihat saudara kembarnya yang matanya sembab.
“enggak kok ngek. Gue gak apa-apa.” Kata elise mencoba tersenyum.
“gue saudara kembar elo. Dan gue tau elo mulai dari orok. Elo nangis kan? Sampai kapan lo berhenti ingat dia? cowok masa lalu elo? Elo punya kehidupan elise, elo punya arie. Cowok yang setia sama cewek teledor macam elo. Yang mengikat lo dalam hubungan pertunangan dengan cewek sableng macam elo.” Kata elisa panjang lebar.
“gue tau lisa, Cuma gue gak bisa lupain dia. gue merasa, apa yang gue liat, apa yang gue rasain, selalu berhubungan dengan dia. dia berarti buat gue lis. Walau gue bentar aja kenal sama dia. lo ngibur atau ngejek gue ngek?  udah gue buru-buru. Entar gue curhat sama elo.  Bye.” Kata elise mencium pipi kiri elisa dan lari menuruni tangga.
melihat adeknya buru-buru, elisa Cuma menggelengkan kepalanya sambil memandang hujan, hal yang dulu disenangi elise.
“sampai kapan lo menanti sesuatu yang elo gak tau kapan kembali lise?.” Katanya sambil masuk dalam kamar.


elise melihat hujan turun semakin deras, lalu dia berlari menuju mobil arie dan mengetuk kaca mobil.

“dingin sayang.” kata elise menggigil ketika masuk dalam mobil arie.
“ini. Pake jaketku sayang. entar kamu sakit lagi.” kata arie sambil melepas jaketnya dan menyampirkannya di pundak cewek yang dia sayangi.
“makasih arie.” Kata elise tersenyum menatap arie.
arie membalasnya dengan tersenyum manis sambil berkosentrasi menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Setelah sampai di kampus UI, hujan telah berhenti dan elise menengadahkan kepalanya untuk melihat pelangi. Tersenyum pedih, dia melihat Rani, sahabatnya dari Kalimantan, sama seperti dirinya melambaikan tangan seperti anak hilang.
“arie. Aku ke tempat rani dulu ya. entar kita ketemu lagi di kantin. Makasih atas jaketnya.” Kata elise sambil melepas jaket arie dan memberikan padanya.
“Sama-sama sayang. hati hati ya.” kata arie sambil mengecup kening gadis itu di hadapan orang banyak diikuti tatapan patah hati oleh para cewek yang dari dulu memuja arie karna dia berkulit sawo matang, berwajah tampan, berotak encer dan mempunyai isi dompet yang tebal.

elise hanya bisa tersenyum, dan tersenyum. Untuk menutupi luka hatinya, menutupi masa lalunya. Dan penantian tak berujung.

Elise berlari menghampiri Rani dan tak melihat dari arah lain ada seorang cowok juga ikut berlari hingga akhirnya mereka tabrakan dan buku saling berjatuhan.
“sorry..sorry gue gak sengaja. Sakit gak?.” Kata cowok itu berdiri lebih dulu sambil membereskan buku elise dan memberikannya kepada cewek itu.
“enggak apa-apa kok.” Kata elise dan terpana dengan apa yang dilihatnya.
Seorang cowok berkulit putih bersih, hidung mancung, berbibir kecil berwarna kemerahan, berbulu mata lentik dan berambut keriting, berahang tegas dan berwajah tampan.
“ini buku elo. Maaf ya gue nabrak lo duluan.” Kata cowok itu kemudian pergi meninggalkan elise dalam keterpanaannya.

rani yang melihat insiden itu, langsung menepuk pundak elise yang sukses membuat gadis itu kaget. “kenapa lo? terpesona?.” Kata rani ceplas-ceplos.
“enggak. gue kok baru liat dia ya? wajah dia mirip sama teman gue waktu sd.” Kata elise sambil memeriksa bukunya.

ketika elise memeriksa bukunya, sadarlah bahwa bukunya tertukar dengan cowok tadi. dan sampul bukunya bergambar kupu-kupu bersayap pelangi sedang mengisap sebuah taman yang disertai dengan sungai yang mengalir jernih, membuat gadis itu teringat masa lalunya..

“anak-anak, mulai hari ini kita mempunyai teman baru, namanya eris. Nah eris. Silahkan perkenalkan dirimu.” Kata bu Fatimah menyuruh eris memperkenalkan diri.
elise melihat itu, langsung tersenyum ke arah cowok itu yang balas memandangnya dengan tatapan lembut. “perkenalkan, saya eris. Asli dari bandung. Senang berkenalan dengan kalian.” Kata eris kemudian melirik elise lagi.
“nah eris. Silahkan kamu duduk dengan elise di depan ya.” perintah ibu Fatimah.
“makasih bu.” Kata eris patuh dan duduk di samping elise.

“hai.. aku elise.” Kata elise sambil mengulurkan tangannya.
“aku eris. Salam kenal.” Kata eris membalas uluran tangan elise.

ketika pelajaran dimulai, eris mengeluarkan buku tulis yang bersampul kupu-kupu bersayap pelangi sedang menghisap bunga di taman dengan sungai mengalir jernih. Elise terpesona dengan sampul itu. Eris yang mengetahui itu, langsung mengeluarkan sampul dari tasnya “ini, buat kamu.” Kata eris sambil mengulurkan sampul di hadapan elise.
elise yang tersipu malu karna ketahuan melirik sampul teman sebangkunya, “beneran?.” Kata elise ragu-ragu.
“beneran kok. Aku masih punya banyak.” Kata eris sambil tersenyum.
“makasih.” kata elise kemudian mengganti sampul bukunya dengan sampul dikasih eris.”

“sampul ini. Kenapa mirip dengan punya eris? Apa jangan-jangan…” kata elise penasaran kemudian dia membuka buku itu dan terkejut melihat nama yang tertulis di buku itu.


Eris.

“Eris? Apakah jangan-jangan dia..” kata elise berlari mencari pemilik buku itu.

Past Time of The Story. Part 3


            “Hoam… sekarang jam berapa yah? WHAT! JAM 6? MAMPUS! Gue telat! Gue telat! Mama!.” dengan tergopoh-gopoh Eva turun dari ranjang lalu masuk kamar mandi.

selesai mandi, dia langsung memakai seragam dengan kilat dan lari ke meja belajar sambil komat-kamit mengingat buku pelajaran dia bawa. Selesai, dia lari ke bawah.

“apa yang lupa yah? alamak! Gue lupa make rok!.” Dengan suara histeris karna ketika melirik ke bawah dia Cuma make celana pendek dan baju seragam serta tas sekolah. Lalu dia naik kekamarnya lagi untuk memakai rok.

setelah tak ada kelupaan lagi, dia turun kebawah dan langsung menghampiri ayahnya yang asyik makan roti, sebagai sarapan pagi hari ini.

“pagi ayah,” Sapa Eva lalu mencium kedua pipi ayahnya dan duduk disampingnya.
“pagi sayang,”

selesai sarapan, Eva langsung menyalami tangan ayahnya. “yah. Eva ke sekolah dulu yah. udah telat banget yah. bye ayah.” Sambil mencium pipi ayahnya lagi dan kabur keluar untuk mengambil sepeda menuju sekolah.

dengan kekuatan super, akhirnya Eva sampai kesekolah dengan selamat walau ngos-ngosan kayak dikejar Harimau Sumatra lepas dari kandang. Dia memarkir sepedanya lalu menguncinya agar tak ada yang mengambil.


“Sekarang beres. Gue tinggal ke kelas dan….. ADUH! Siapa sih jitak kepala gue?!,” teriak Eva ketika kepalanya merasa dijitak oleh tangan tak bertanggung jawab dan menoleh ke belakang.
“oh….. jadi lo setan jitak kepala gue yah.” sambil mangut-mangut sambil menatap sinis cowok yang di belakangnya.

yang ditatap, Satya Nugroho Syahreza. Cuma cengengesan lalu mengelus kepala Eva yang dia jitak tadi. “Sorry deh Va, gue gak tau kenapa kalo liat lo selalu pengen jitak kepala lo.”
“sompret lo bakpau!.” Kata Eva gemas lalu mencubit pipi Satya yang chubby dan mempunyai dua lesung di pipinya.
“lo ngeledek gue bakpau, lo gak nyadar kalo lo lebih bakpau dari gue?.” ledek Satya balik lalu dia lari ketika melihat Eva ancang-ancang siap mengejarnya.

“Satya! Awas lo!.” teriak Eva mengejar satya

Sepanjang koridor, para Siswi dan Siswa jalannya pada kesamping semua karna melihat Eva bernapsu mengejar Satya yang jauh di depannya sambil meledek. Dan sesekali mereka tertawa karna menyadari betapa konyolnya apa yang mereka lakukan sekarang dilihat oleh anak-anak lain yang menatap mereka dengan tatapan susah diartikan oleh bahasa manusia. Cuma mereka cuek saja

Reva Maharani Syahreza, gadis cantik berumur 17tahun, sekolah di SMAN 1 Bali ini, Anak dari Radith Syahreza yang sekarang pensiun sebagai artis dan hidup tenang dengan mendirikan 3 buah hotel bintang 5 di Bali dan menetap disana.
dengan wajahnya yang putih bersih, bermata almond, kalau tersenyum selalu mengeluarkan lesung dikedua pipinya , pintar bermain piano dan biola serta juara lomba nyanyi dan baca Puisi. Sukses jadi primadona sekolah.

Satya Nugroho Syahreza, Sahabat sekaligus sepupu Eva, dengan wajahnya yang ganteng khas indonesia, berkulit sawo matang, tubuh atletis karna sering olahraga dan hobi main basket serta genius dalam pelajaran walau sering jadi sasaran lempar spidol gratis oleh para guru karna sering ketiduran dikelas. Menjabat sebagai ketua Basket, Ketua debat Bahasa Inggris dan Ketua Osis mau pensiun ini sukses bikin para cewek ingin jadi pacarnya. Namun dijamin bakal makan hati karna bila jadi pacar Satya, harus bisa tahan hati, tahan emosi bila liat dia berdua dengan Eva mesra layaknya orang pacaran dan cuek sama budegnya gak nanggung-nangggung!

ketika sampai di depan kelas, Satya berhenti lari lalu menoleh sambil ngos-ngosan ke belakang dan melihat Eva ikutan ngos-ngosan.


“Udah Va, gue capek dikejar sama lo, kayak gue ketahuan nyabung ayam gitu sama warga sekampung.”
“gue juga capek ngejar lo, gue lari kayak ketahuan Satpol PP lagi ngamen dipinggir jalan bareng lo.”
“kalo lo ditangkap Satpol PP mah gak bakal masuk penjara Va, tapi bakal masuk kantor KUA, Lo bakal dinikahin sama mereka satu-satu. Hahaha.”
“lo aja sono nikah ama Satpol PP, gue mah O.G.A.H! eh….. gue masuk dulu yah. udah bel, Dah.” Eva mencubit pipi Satya sekali lagi lalu masuk kelas karna bel masuk sudah bunyi.

Satya pun ikut masuk kelas yang bersebelahan dengan Eva sambil mengelus pipinya yang sukses dicubit Eva.


“Ratna! lo kemana aja?, kok gue gak liat yah?.”  dengan wajah santai dia duduk di samping Ratna, sahabatnya dan mencomot makanan yang ditangan sahabatnya yang hanya menghela napas pasrah.
“dosa apa gue jadi sahabatan sama cewek macam Eva ini?,”
“lo yang gak liat gue! jelas-jelas gue ada waktu lo ngejar Satya seolah-olah baru ketahuan guru main adu ayam! Hahaha… by the way, tadi waktu lo kejar-kejaran gitu, gue gak sengaja lirik Veni, wah… wajahnya jealous banget liat kalian berdua! Apalagi liat lo! waduh! Kayak pengen nelen gitu Va!.” dengan wajah berapi-api Ratna menjelaskan kepada Eva.
“terus?,”
“kenapa lo gak bikin konferensi pers kayak ayah lo sering lakuin di infotainment itu kalo lo gak ada hubungan apa-apa dengan Satya? Kan yang tau kalian saudara Cuma gue aja.”
“hahaha… lo kebanyakan nonton gossip Ratna! ogah bener gue bikin kayak gituan, gak ada guna, emang penting gitu satu sekolah tau gue sepupuan sama dia? enggak kan? ya sudah.” Dengan mimic cuek dia mencomot tahu temannya tanpa seijin yang beli dan memakannya.
“lo itu emang maling yah! nyomot seenak jidat! Udah pergi lo sana!.” Dengan mimic mengusir yang sangat tak cocok ditampakkan diwajahnya yang melankolis itu.
“duileh…. Ya deh gue pergi, bye.” Dengan mimic tanpa dosa dia mengambil minuman Ratna yang nganggur di depannya dan membawa buku diary mamanya.

“lo mau kemana kunyuk? Gantiin makanan gue!.” dengan suara yang sudah maksimal nyaringnya, namun tetap aja tak kedengaran dia memanggil Eva yang melenggang kangkung menuju pintu.
“ke perpustakaan. Entar kalo udah datang gurunya, sms gue yah.” dan menghilang dari pandangan Ratna yang hanya bisa pasrah dengan suratan takdir yang harus berteman dengannya.


Eva menuju perpustakaan sambil bersinandung kecil menemani langkahnya yang santai. Saking asyiknya, dia tak menyadari ada seseorang yang buru-buru berlari kearahnya seolah baru saja dikejar mafia kelas Komodo hingga…

“ADUH! Lo bisa ngerem gak sih?! Lo gak liat gue apa?!.” Dengan wajah antara sebal, kesakitan, pengen jitak dsb terpampang jelas di wajah Eva karna bertubrukan dengan Satya hingga sukses mencium lantai sekolah.
“aduh… sorry Va, gue buru-buru,” Dengan wajah tak ada prihatin sedikitpun sukses membuat Eva naik darah.
“lo itu yah! emang mau kemana sih?,” tanya Eva setelah dibantu berdiri lalu melayangkan jitakan sadis yang berpotensi bikin botak di kepala Satya.
“buset dah! Mau buang hajat. Udah ah, gue keburu nih! bubye.” dengan cubitan ringan di pipi yang dijamin bikin melar seketika sukses membuat Eva mengeluh kesakitan sambil mengelus pipinya yang malang.

“dasar sableng! Awas lo pulang entar! Gue gorok!.” Dengan semangat berapi-api Eva melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan.


Hembusan udara AC yang membuat pengunjung serasa di Kutub Utara dirasakan oleh Eva ketika membuka pintu perpustakaan. Sambil melirik buku-buku yang berbaris rapi dan saling berhimpitan, dia mencari posisi enak untuk membaca dan akhirnya menemukan di pojokan dan langsung mendudukinya sebelum ada yang melirik.

ditemani music-musik lembut di speaker perpustakaan, suasana sepi karna sebagian murid belajar, dan tempat yang strategis tersembunyi dari pelototan pengawas Perpustakaan menjadi surga tersendiri bagi Eva yang menyukai  keheningan. Dia membuka buku ibunya penuh rasa penasaran dan membacanya.



10 januari
yakinkah itu yang kau pilih itu
benar memilihmu?
tanpa mlihat cacat kaki kehidupanmu?

sedangkan dia baru saja
kau temui kemarin,
dan masih baru dalam duniamu.

kau mestinya memilih aku
yang lebih mampu
memberi kejelasan dalam hidupmu

kau harusnya memilihku
bukan dia, tapi aku
meski kau terlanjur memilih dia,
ku akan selalu menunggu kau ntuk memilihku.”

Oh Dear, apa salah kalau aku suka sama dia? sahabatku sendiri? Kalau menurutmu itu salah, give me a possible reason. Ok, he just MY BESTFRIEND. But, ada sesuatu di dalam dirinya yang aku suka, dan aku tak tau apa itu Dear. yang jelas itu membuatku selalu ingin dekat dengannya, selalu ingin membuatnya  tersenyum dan tak ada mendung diwajahnya, dan aku ingin mengisi hatinya yang kosong sejak ditinggal Fira, sahabatku. Tapi nyatanya apa? It just a bulshit dream. L 
Dear,tadi pagi dia nyamperin aku kesekolah. Dia bilang bahwa dia sangat khawatir dengan keadaanku yang kemaren mendadak drop. Aku Cuma tersenyum untuk mengurangi kekawatiran yang bisa terlihat jelas di sorot matanya yang tajam itu.  

Rupanya aku salah tersenyum dengannya dear, karna dia langsung bercerita bahwa PDKT dengan Ayu,cewek yang buatku nangis darah itu sukses besar dan dia berencana untuk menyatakan perasaannya dear!

Apa gak cukup dia bikin aku nangis?!
Apa dia gak sadar bahwa aku menyukainya selama 3 TAHUN INI?!
Perlukah aku menyadarkannya dengan berteriak di lapangan sekolah bahwa AKU MENYUKAINYA lebih dari dia suka sama tuh cewek entah siapa nama ortunya!


Sakit dear…

Mungkin, aku harus tidur untuk menangkan jiwa labilku ini. Good bye dear.

#NF : sorry dear kalo beberapa minggu ini aku gak ada nulis, aku mau pergi, mau tenangin diri. But, I’ll be okay. So, don’t worry about me. J 



24 january
Hai dear… don’t you know I miss you so much?! Really miss you! Hahaha… kayaknya ini rekor terlama aku menyepi yah. kamu tau dear selama beberapa minggu ini aku kemana? Aku ijin pergi ke Villa punya mama di sebuah pantai yang sepi… banget! Saking sepinya, aku tak melihat sebatang hidung manusia pun, dan juga kucing! Hahaha…
disana aku menangisi perasaanku yang semu dimatanya,  merenung apakah aku salah menyukainya dan menetralkan perasaanku yang terombang-ambing bagai samudra yang dilanda Badai emosi.

Aku bebas disana Dear, tak ada yang meneriaki aku untuk makan, mandi, dan sebagainya juga tak ada bunyi handphone yang bernyanyi disini. like in isolated village. Dan kamu tau apa yang aku bawa?Cuma koper ukuran sedang! Hp aku tinggal, kamu aku tinggal dan no one I brought. :D

pada saat aku kembali ke peradaban manusia normal, aku mencheck ponsel dan… WAW! 50 unread message and missed call by Evan Saputra! Hahaha… aku serasa orang penting di matanya, penting untuk disakitin perlahan-lahan sih *glek*

Aku tidur dulu yah dear, soalnya aku besok sekolah. Dan kamu tau apa keterangan aku disekolah? Pasti kamu mikir aku Alpa dan besok langsung dikeluarkan dari sekolah kan? salah! Karna mamaku yang baik hatinya ini ijinkan aku untuk pergi menjenguk nenek entah keluarga siapa sakit di kampung sana. Yang jadi pertanyaanku, nenekku yang mana yah? :D



 “Ada kabar terabaikan
kala ku menyepi
di kegelapan bumi.

Aku pergi
ntuk mencari keadaan
yang ku inginkan,
untuk ringankan bebanku.

maaf ku butuh waktu
untuk berjalan dan pahami,
jalan hidupku.
ku ingin kepastian
yang ku susuri itu,
tak akan menyakiti ku.

tak ingin kau salah
atau menyalahi apa
yang ku lakukan disini.”





26 Januari

*flashback on*

“ WOY RE! kamu kemana aja selama 2 minggu ini? Sejak kapan seorang Rere Maharani, sahabat aku yang paling cuek sedunia ini mau menjenguk neneknya di kampung? Kamu gak kesambet setan tobat kan?.” pertanyaan bertubi-tubi dari Evan pada saat istirahat dikantin dan membuat aku yang asyik ngobrol dengan Fira,  gelagapan menjawabnya.

“Kamu  nanya apa interogasi Van? Nanya satu-satu dong! Atau… kamu kangen sama aku yah jadi kamu ribut begini?.” dengan senyum penuh goda aku mencubit pinggangnya dan membuat Fira tertawa melihat kami.
sejenak, dia menatap Fira dengan tatapan yang aku tak tau artinya apa, lalu menatapku balik “ Aku? kangen? Sama kamu? Hahaha… mimpi! Re… aku tau kamu, Fira tau kamu, dan Vivi apalagi.  kamu tak mungkin hilang bagai di telan Bumi kalau tak ada apa-apanya. So, tell with us, where’d you went in 2 weeks ago? Did you had problem and you can’t solve it?.” Dengan tatapan tajam andalannya sukses membuatku mematung.

“kayaknya aku harus pergi dulu deh, baru ingat baru saja disuruh ke Kantor sama Pak Nanda.  bye semuanya.” Fira langsung berdiri dan meninggalkan kami, seolah-olah ada rahasia antara kami dan dia tak ingin ikut campur.

“3 tahun kita berbagi rahasia, ternyata itu tak cukup untuk mengetahui perasaanku.”


“aku gak ada apa-apa kok Van. Suer deh. Kalaupun aku ada masalah, aku pasti akan cerita sama kamu dan Fira juga  Vivi.” Sambil menatap Evan yang masih tak percaya dengan omonganku yang dirasa gagap karna gugup.

“bener Re?,” kata Evan tak percaya.

Aku hanya tersenyum penuh keyakinan agar dia percaya, dan tersenyum untuk menutup luka karna disakiti perlahan dan perasaan yang semakin menggebu.

“Ok. kalau kamu ada masalah, kamu harus cerita sama aku dan Fira! Kalau tidak, jangan pernah kau menganggap aku sahabatmu lagi!.” dengan wajah sengaja dibikin marah dan membuatku tertawa.

“aku janji Van, I’ll promise it.”

Demi Langit yang sedang menjadi saksi pembicaraan kami,  kantin sekolah yang berjubel yang menyediakan tempat untuk kami dan Angin yang sedang membimbing segumpal awan putih untuk menutupi Matahari yang sedang bersinar garang di Bumi yang sudah tua umurnya, aku melihat dia tersenyum dan aku, sekali lagi terpesona dengan senyumnya. Dan spontan memasang senyum terbaik yang aku miliki dan jarang digunakan.

“Re, kamu tau kan aku suka sama Ayu? Aku ingin bilang padanya bahwa aku menyukainya. Tapi bagaimana caranya? Aku kan pemalu Re. nembak Fira kemarin saja aku getar-getir! Apalagi nembak Ayu, bisa mati berdiri aku!.” sambil tertawa dia berkata, namun tidak bagiku yang sekali lagi hancur berkeping-keping tanpa bisa dia lihat kepingannya.

“Ya ngomong saja Van! Apa susahnya sih? Bagaimana kalau kamu ajak dia ketemuan di Taman yang sering kita datangin itu terus kamu bilang di depan dia sambil bermain gitar dan berkata “ will you be my princess in my heart? I’m in love with you in first sight.” Aku jamin deh, cewek kayak Ayu bakal kelepek-kelepek mendengarnya dan akan menganggukkan kepalanya. Kamu pemalu? Cowok tak tau malu iya!.” Dengan susah payah aku mengungkapkan ide yang muncul di kepalaku, tertawa untuk menyembunyikan air mata yang hendak keluar sebagai tanda bahwa aku tak rela.
“bagus banget ide kamu Re! tak sia-sia aku punya sahabat cuek namun romantic ini. Thanks ya Rere sayang, aku janji deh, kalau kamu akan jadi orang pertama yang tau aku pacaran dan kamu aku traktir es krim deh!.” Dengan suara penuh semangat dia pindah dari duduk di hadapanku lalu duduk disamping dan memelukku erat, membuatku semakin ingin meneteskan air mata, namun ku tahan agar dia tak curiga.

“Sama-sama Van. Itulah gunanya Sahabat bukan? Eh, aku mau ke toilet dulu. Bye.” Secepat kilat aku melepas pelukannya dan berlari meninggalkannya sambil menghapus air mata yang sekarang mengucur deras.

“aku rela melepas yang aku punya, rela memendam sakit ini, agar bisa selalu melihat senyum diwajahmu, walau konsekuensinya, aku terluka.” Sambil bergumam aku berlari menuju taman  belakang Sekolah, sebagai tempat untuk menumpahkan rasa sakit yang sekali lagi, dia torehkan padaku tanpa sadar.


*flashback off*

                                    *******************************


See Dear? Evan mau nembak Ayu dan dia cerita padaku! Aku gak tau harus bagaimana lagi, aku capek Dear. dia bilang bahwa dia tau aku, tapi kenapa dia tak bisa melihat dalam lubuk hatiku paling dalam bahwa aku suka dengannya?! Apakah perasaan ini terlalu semu atau tak terlihat sama sekali sehingga dia tak menyadari dan merasakannya? Apa semua yang kulakukan selama ini padanya, dianggapnya sebagai perhatian seorang sahabat? 



“raga ini bergeming hancur
ketika menerima hati lain
dari hatimu
cinta lain dalam hidupmu3

tak pernah terlihat olehmu
aku dan cintaku
yang tak pernah berubah
dingin pada egomu

kini ku mengerti
bahwa getar hatiku
tak akan bisa menghidupkan
sedikitpun hasratmu

kau lakukan apa yang ku inginkan
tuk buat ku menjadi yang pertama
tapi hatiku inginkan yang tak mungkin. “

Ah sudahlah dear, mungkin ini sudah suratan takdirku untuk bersahabat dengannya, bukan menjadi cewek yang special dihatinya. L.

getaran ponsel tanda sms masuk disaku Eva sukses mengembalikan gadis itu kedunia nyata, sambil menggerutu dia mengeluarkan ponselnya dan membuka pesan.

From : Ratna, my BF, my comel.
eh curut! Lo dimana? Gue dikantin nih. Ibu Sam gak masuk hari ini. Dalam waktu 5 menit lo harus nongol dikantin kalau tak ingin melihat teman sebangku lo angkat kaki di samping lo! hahaha…

“Ini anak maksudnya apaan coba? Ngajak berantem?.” Dengan mulut komat-kamit ala baca mantra, tangannya menari menari di ponselnya yang touch screen itu.

Reply to : Ratna, My BF, my comel.

wah…sableng lo yah! iya deh, daripada gue duduk sendirian terus dianggap ama anak lain kita pisah ranjang, eh… pisah kursi maksudnya, gue samperin lo deh. By the way, ada Satya gak? gue ada “urusan” sama dia. biasa…

setelah sms itu terkirim, dia menutup buku diary ibunya penuh hati-hati lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar perpustakaan.

“gue gak mungkin bawa buku diary ini ke kantin, entar lecek, rusak, atau ketinggalan! Gue kan pelupa akut. Mending ke kelas dulu deh. Bodo amat dah kalo Ratna lumutan nunggunya.” Sambil bergumam dia memebelokkan langkahnya memasuki kelas untuk meletakkan buku diary ibunya di dalam tasnya lalu keluar lagi.


belum beberapa langkah dia ambil, tiba-tiba ada tangan yang menutup mulutnya dengan saputangan dan entah kenapa, membuatnya dunianya serasa gelap dan perlahan namun pasti, Eva pingsan.