“Somplak! Somplak! Somplak!” Gerutu
Lista sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Tak habis pikir seorang Ando, cowok
sengak yang paling dibencinya sejagat angkasa raya berani – beraninya menyuruh MENGUBAH
kepribadiannya seenak dengkul! Dia kira merubah semua usahanya dalam waktu dua
tahun segampang membalik telapak tangan?! Minta dibunuh kayaknya, batin Lista.
Sampai didepan rumahnya, dia melihat
mobil papahnya teparkir rapi di garasi. Menandakan papah gantengnya sudah tiba.
Dengan perasaan dongkol yang masih menggebu, dia memarkir sepedanya di samping
mobil papahnya dan berputar disekitar mobil papahnya. “Gue harus normalin wajah
gue. Biar gak ada yang tau gue lagi bad mood,” Ucapnya pada diri sendiri sambil
tersenyum di kaca mobil. Berusaha normal walau hatinya sedang menggelora ingin
membanting apa saja di hadapannya. Setelah dirasa normal, dia masuk dalam
rumah.
“Papah...” Panggil Lista dan ketika
melihat papahnya asyik bermain piano dengan mengenakan jas dokter. Tanda baru
pulang. Dia langsung berlari dan memeluk belakang papahnya. “Gendong dong pah,”
Pintanya dengan suara manja. Membuat papahnya berbalik badan dan mengacak
rambut pendek anak paling bungsu dan manja ini. “Badan kamu berat Lista. Kamu
mau papah patah tulang karna gendong kamu?”
“Tapi... Lista sering liat papah
sering gendong mama tuh. Kan mama lebih berat dari Lista,” Gerutunya dan
membuat Putra tertawa.
“Kalo mama beda lagi sayang
gendongnya,” Bisiknya membuat Lista yang baru beranjak puber dan tau maksud
papahnya, tertawa ngakak.
Erza yang baru datang dari rumah
sakit, melihat suaminya bercanda dengan Lista, tersenyum sendiri. Lalu menghampirinya.
“Aku berangkat lagi yah pah,” Pamitnya.
“Mama mau kemana?”Tanya Lista
bingung melihat mamanya pergi lagi dengan setumpuk dokumen di tangannya.
“Tadi mama ngambil file yang ketinggalan. Untung rumah dekat dengan Rumah Sakit. Coba kalau gak, bisa stres mama gak bisa pulang jam segini,”
“Tadi mama ngambil file yang ketinggalan. Untung rumah dekat dengan Rumah Sakit. Coba kalau gak, bisa stres mama gak bisa pulang jam segini,”
Lista mangut – mangut dan menoleh ke
papahnya “Pah, Lista ke kamar dulu yah, capek.”
Putra mengangguk dan tatapannya
beralih ke arah istrinya yang dari SMA hingga sekarang, membuatnya tak bisa
berpaling ke wanita lain saking cintanya. Kalaupun berpaling, itu karna khilaf.
“Sayang, mau aku antar?” Tawarnya yang membuat Erza, berkerut kening penuh
curiga.
“Ada
udang di balik panci nih,” batinnya.
“Gak usah. Aku pulang mungkin
sekitar jam 12 malam deh. soalnya lembur nih,”
Mendengar alasan istrinya, Putra
pasang wajah kecewa “Yah... terus papah sendirian nih ceritanya malam ini?”
Bisiknya dengan nada menggoda sambil merangkul pinggang istrinya. Membuat Erza,
yang sudah puluhan tahun menikah, mendadak panas dingin dengan perlakuan
suaminya.
“Yah... mau gimana lagi, Pah,” Erza
pasang wajah seolah – olah hal itu biasa saja.
“Kamu dibutuhin banget yah Di rumah
sakit?”
“Iya. Dibutuhin banget malah.
Makanya aku pulang kerumah ambil file yang ketinggalan.”
Putra melirik jam dinding dan
tersenyum sendiri. Satu permainan cukuplah, begitu pikirnya. “Kita main yuk?”
Ajaknya seolah – olah seperti mengajak main dengan anak kecil.
“Main apa?”
Tanpa menjawab, Putra langsung
menggendong istrinya ke kamar. Erza pun langsung protes selama digendongan
Putra. Dan dokumen di tangannya berjatuhan. “Pah! Aku telat nanti ke rumah
sakit! Nanti aja deh,” tolaknya sambil berusaha turun. Namun gagal karna suami
mesumnya lebih erat memegangnya.
“Sebentar aja kok sayang. Mumpung
anak – anak lagi ngilang. Toh,” sambil berkata begitu, dia mencium istrinya
kilat agar diam. “Aku lebih butuh kamu sayang. Always need you,” dan selesai
berkata begitu, Putra masuk ke kamar dan membanting pintu dengan kakinya
diikuti dengan jeritan manja Erza.
Lista, Rika, yang sedang berkumpul
di kamar Bian main catur, mendengar jeritan manja mamanya dan suara pintu terbanting,
saling bertatapan dan tersenyum sendiri. “Bakalan nambah adek nih,” Celetuk
Bian sambil menjalankan bidak caturnya. Membuat mereka tertawa.
“Kalo beneran, gue mau punya adek
cewek. Biar gue dandanin secantik mungkin.” Balas Rika yang langsung dipelototi
Bian. Lista langsung pasang wajah ngeri. Tak bisa membayangkan bila nanti dia
punya adik kecil yang akan jadi kelinci percobaan kakaknya yang ambisius ingin
mempercantik siapapun.
“Gak! Gue mau adek cowok kak. Kan
enak bisa melakukan hal – hal cowok berdua.”
“Kan selalu ada gue yang nemanin lo
kak,” Protes Lista yang selama ini ternyata tak dianggap kakaknya.
“Lo kan beda dek walau tingkah lo
cowok, tetap aja kodratnya cewek.” Bian memberi alasan dan Lista hanya manyun.
ÞÞÞÞ
Selesai asyik ngumpul di kamar
kakaknya selama dua jam lebih, dia memutuskan untuk keluar kamar duluan karna
sudah mengantuk. Sedangkan Rika, betah di kamar Bian untuk curhat. Walaupun
mereka sering berantem, tetap saja mereka saudara kembar yang saling mengetahui
kepribadian masing – masing.
Lista masuk ke kamarnya dan melirik
ponselnya yang bergetar tanda ada pesan masuk. Dia membacanya dan mencibir
ketika mengetahui Ando menerornya dengan mengirim bekal makanan yang harus dia
bawa besok untuknya dan mengingatkan untuk dandan secewek mungkin.
“Emang gue mau ikutin keinginan lo?
cuih! Ampe kiamat pun gue ogah!” Rutuknya sambil mematikan ponsel dan
memutuskan untuk mandi sebelum tidur.
Selesai mandi, dengan pakaian
kelonggaran dan celana pendek Bian yang sudah lusuh, dia pergi tidur sambil
berharap, agar di dalam mimpinya dia takkan melihat Ando.
³³³³
“Pagi ma, pah, kak Bian, Kak Rika,”
Lista buru – buru mengambil roti yang dimeja dan bersiap lari ke sekolah karna
takut telat.
“Lis, Lo mau gue antar?” Tawar Bian
ketika melihat adiknya mengambil sepeda dengan mulut masih mengunyah.
“Gak usah kak,” Jawab Lista dengan
mulut kepenuhan roti. Membuat Bian hanya geleng – geleng dan melanjutkan
pekerjaannya memperbaiki motor.
“Tumben tuh anak cepat bangun ma,
perasaan ini kan masih jam 6 pagi.” Rika takjub melihat kepergian adiknya yang
cepat bagai jin.
Erza hanya angkat bahu tanda tak
tahu sambil menyiapkan sarapan untuk suaminya. Membuat Rika melanjutkan
makannya dengan pertanyaan – pertanyaan di kepalanya.
éééé
“Huft,,, akhirnya sampai juga.
Bebas.. tidak ketemu si songong,” Ucap Lista penuh syukur yang datang sekolah
lebih cepat dari biasanya karna ingin menghindari Ando yang biasanya dia tau
datang di menit – menit terakhir sebelum bel masuk berbunyi. Jadi dia bisa
menyiapkan mental lebih dulu.
“Kata siapa lo bebas sayang?” Suara cowok di belakangnya serasa membuat
aliran darah Lista stop seketika. Semua ide yang dia susun di dalam mimpinya,
buyar seketika. Namun, harga dirinya yang tinggi membuatnya tak ingin menoleh
ke belakang.
“Mana bekal yang gue suruh bawa itu? Kenapa dandanan lo masih kayak cowok?
Bukannya perjanjiannya lo harus anggun selama pacaran sama gue?” sambil
bertanya, dia berjalan ke depan dan menatap Lista dengan tatapan penuh rencana.
Sungguh, menaklukan gadis di hadapannya dan merubah seperti kriterianya sangat
tidak mudah. Membuatnya harus menjalankan rencana yang paling disukainya.
“Gue kan udah bilang, gue dari awal
gak mau melakukan apa yang lo mau! Gue suka dengan gaya gue sekarang, dan gue
gak mau merubahnya, apalagi demi lo! males!” sambil berkata begitu, dia turun
dari sepedanya dan berjalan menjauhi Ando yang mengeluarkan sesuatu dari
kantong celananya.
“I got you,” Bisiknya sambil menarik
tangan Lista dan diikatnya menjadi satu di belakangnya. Sedangkan mulutnya yang
sudah ingin mengeluarkan sejuta umpatan, terhalang oleh lakban hitam yang
ditempel Ando, begitu juga dengan matanya. Sepinya sekolah membuat Ando
melakukan apapun yang dia inginkan. Penjaga sekolah sudah dia suap untuk
mendukung rencananya.
Kemudian Ando memanggul Lista
seperti membawa karung beras. Lista berontak walau usahanya gagal total. Namun
Ando tak bergeming. Rencananya satu, ingin membuat gadis itu tau bahwa tidak
menuruti keinginannya, berarti mencari mati!
Ando membuka pintu gudang peralatan
olahraga dengan kunci yang dia pinjam dari penjaga sekolah yang dia suap.
Dengan sekali klik, pintu terbuka dan Ando menutupnya dengan menendang dan
melemparkan tubuh Lista di matras yang penuh debu dan tersenyum sinis melihat
untuk pertama kalinya, Lista tak berdaya didepannya.
SRET! Lakban di mulut Lista
dibukanya. Membiarkan gadis itu menarik napas. “SIALAN LO! LEPASIN IKATAN
TANGAN GUE, GILA! GUE TERIAK NIH! Gue gak bisa liat! Lo mau apain gue?!” Lista
berteriak sekuat tenaganya.
“Mau hukum lo sayang. Habis lo nakal
sih,” sambil berkata begitu, dia membuka kancing bajunya satu persatu hingga
bertelanjang dada. Lalu dia melempar baju seragamnya ke arah Lista dan menindihnya
dengan kedua tangannya sebagai penopangnya.
Lista yang tak bisa melihat, merasa
ada sesuatu seperti baju dilempar kearahnya hingga wajahnya tertutup. Mulai
gugup dan dia bisa merasakan helaan napas lembut di tengkuknya dan gigitan
kecil di telinganya. “Lo mau apain gue Ndo?” Tanyanya dengan suara gemetar.
“Kenapa lo giniin gue?” Lista
bertanya lagi dengan napas tertahan karna merasakan lehernya digigit agak keras
dan bekasnya dihisap oleh Ando.
“Karna lo nakal sih. Gue kan udah
bilang akan lakuin apapun yang gue mau kalo lo melanggarnya. Dan lo baru aja
lakuin itu. Jadi... inilah hukuman lo.” sambil berkata begitu, dia mengambil
baju seragam yang menutupi wajah Lista agar bisa melihat bagaimana wajah
cantiknya itu panik karna tingkahnya.
“Lepasin gue Ndo, Please,” Sambil
berkata begitu, kakinya berusaha menendang ke arah mana saja yang dia rasa Ando
ada disitu. Namun, gagal karna Ando memegang kedua pahanya.
“Gak mau,”
“Gue janji akan lakuin apa yang lo
mau,” Lanjutnya ketika tangan Ando mulai menyusuri paha mulusnya berulang –
ulang dan mulutnya tak henti – hentinya “menjajah” leher dan tengkuknya.
Membuatnya sedikit tersengat.
“Yakin?” Ando menghentikan
tingkahnya dan dengan hati – hati membuka lakban yang menutupi mata Lista dan
menatapnya dalam.
Ketika Lista membuka matanya, dia
melihat tubuh Ando berada diatas tubuhnya dengan kedua tangan sebagai
penopangnya agar tak jatuh menindihinya. Dan harum tubuhnya membuat Lista
sempat melayang dan tatapannya... entahlah, membuatnya blank. Namun segera
disingkirkannya ketika masa lalu itu, sekilas terlihat. “Iya,” jawabnya
spontan.
Mendengar itu, Ando mendekatkan
wajahnya ke arah Lista yang menutup matanya hingga bersentuhan ujung hidung. Sempat
tebersit keinginan untuk mencium Lista yang sangat menggoda itu. Namun
ditahannya karna prinsipnya yang akan mencium seorang gadis apabila dia
mencintainya, jadi selama dia tak cinta, dia takkan mencium bibir gadis
manapun. Tapi... kalo bagian lain, bolehlah...
Lista hanya bisa menutup matanya,
tak ingin melihat apa yang ingin dilakukan Ando padanya. Semua perlakuan Ando
padanya membuat semua sifat cowoknya pada ngilang semua. Lenyap tak tersisa.
Jadilah dia pasrah sekarang dengan tangan terikat dan posisi tubuh di bawah
Ando.
Lista merasa Ando mulai menjauh
darinya dan dia di dudukkan Ando untuk melepas ikatannya. Perlahan, dia membuka
mata ketika ikatan itu melonggar dan melihat Ando berdiri di depannya sambil
memasang seragamnya sendiri. “Kenapa?” Tanyanya ketika Lista selalu
memperhatikannya.
“Apa semua cewek lo perlakuin kayak
gini? Lo ikat bila dia gak nurutin keinginan lo?”
“Sayangnya... Cuma lo yang gak
nurutin mau gue. Sedangkan cewek lain yang pernah jadi pacar gue, tanpa gue
suruh pun dia ngelakuin. Bikin bosan. Gue mau nyari yang menantang. Dan lo
adalah orang yang tepat ntuk itu.” Sambil menjelaskan, dia mendekati Lista
hingga berdiri di depannya “Lo harus ikutin mau gue, kalo enggak, jangan
salahin gue akan perlakuin lebih buruk dari ini, sayang.”
Dia hanya terdiam mendengar jawaban
Ando sambil mengumpulkan sisa keberaniannya yang lenyap karna perlakuan sinting
cowok di hadapannya ini. Lista berjalan ke samping Ando dan menyikut perutnya
keras. Cukup membuat cowok itu jatuh tersungkur. “Sinting! Gue benci sama lo!”
Umpatnya dan langsung lari keluar gudang.
“Misi pertama, siap dijalankan,”
Bisik Ando dengan suara puas sambil memegang perutnya yang disikut Lista.
ÝÝÝÝ
“SHIT! Kenapa gue diam saja?!
Seharusnya gue berontak! Gue teriak! Gue ngamuk atau apa kek! Bukan kayak gini!
SHIT!” Umpatnya di depan kaca di toilet
cewek. Lista memukul westafel dan menatap garang ke arah cermin. “Leher gue ada
bekasnya lagi! Aduh... gimana ngilanginnya yah?” Ucapnya sambil mengusap - usap
bekas – bekas gigitan di lehernya yang cukup memerah. Tanda kerasnya gigitan
Ando padanya.
Mendengar bel masuk berbunyi, dia
melirik jam tangannya dan langsung berlari ke kelas. Persoalan soal lehernya
dan ancaman Ando dilupakan untuk sementara.
Selama
pelajaran berlangsung, Lista tak konsen dengan semua pelajaran. Pikirannya
sibuk melayang pada kejadian pagi tadi di gudang olahraga. Sesekali dia melirik
Ando yang tampaknya biasa saja. Bahkan menganggap seolah – olah dia tidak
meninggalkan jejak di tubuh mulusnya.
“Lo kenapa Lis?” Tanya Cindy heran
yang tak biasanya Lista diam sepanjang pelajaran. Biasanya ngoceh mulu.
“Gak papa,” Jawabnya sambil
tersenyum. Dia tak ingin sahabatnya tau untuk saat ini bagaimana perasaannya.
Cindy hanya bisa menghela napas dan
melirik Ando yang rupanya entah sejak kapan, juga melirik Lista. “Ah... biarin
aja deh,” Gumamnya sambil terus mencatat pelajaran terakhir mereka sebelum
pulang.
åååå
“Lo langsung pulang Lis?” Tanya
Cindy ketika melihat Lista asyik membereskan buku setelah pelajaran berakhir sambil
memasang headset di telinga.
“Iya nih. Soalnya gue lapar berat.
Duluan yah,” Lista semakin cepat – cepat membereskan buku dan bergegas lari
keluar ketika Ando hendak menghampirinya.
“Ikut gue,” Ando menarik Lista
ketika gadis itu menghindarinya dan membawanya ke sebuah tempat sepi. Tanpa
mempedulikan tatapan yang lain dan Lista yang berontak disampingnya.
“Lo mau apa sih?!” Gerutunya sambil
memijat pergelangan tangannya yang dicekal Ando ketika mereka tiba di depan
gudang sekolah. Tempat paling sepi dan angker di antara tempat yang lain. Ando
hanya tersenyum dan berjalan maju hingga Lista mundur dan akhirnya mentok di
pintu gudang. Dan kedua tangannya langsung mengurung gadis itu ketika
dilihatnya Lista ingin melarikan diri.
“Lo...” Ucapnya sambil mendongkakkan
wajahnya ketika Lista menunduk dengan mengangkat dagunya. Sungguh permainan
mengasyikkan ketika melihat gadis itu agak ketakutan. “Besok harus ikutin mau
gue kalo tak ingin kejadian pagi tadi terulang lagi. Kecuali kalo lo ketagihan,
baru langgar aja sepuasnya.” Sambil berkata begitu, tangannya beralih ke leher
Lista yang terlihat bekas memerah karna ulahnya. “Gigitan gue bagus juga yah di
leher lo. jadi pengen lagi deh,” ucapnya sambil menundukkan wajahnya ingin
menyentuh leher putih mulus itu sekali lagi dan menghirup aroma tubuhnya yang
menjadi candu dalam dirinya.
Lista yang sadar apa yang akan
terjadi padanya, langsung memegang pundak Ando dan mendekatkan ke arahnya lalu
kakinya menendang perut Ando hingga cowok itu terjatuh di hadapannya. “Mampus
lo!” Ucapnya puas dan langsung berlari meninggalkan lokasi sebelum Ando
mengejarnya dan melakukan hal yang tak wajar.
“Bakalan bonyok perut gue kalo
begini ceritanya,” Gerutu Ando karna perutnya dijadikan sasaran tinju mendadak.
Namun dia tersenyum dengan sejuta ide yang akan dilakukannya untuk membalas
perlakuan Lista.
Lista berlari sambil menoleh ke
belakang, takut Ando mengejarnya. Ketika tiba di parkiran sepedanya, Lista
langsung tancap gas mengayuh sepedanya secepat dia inginkan menuju rumah.
Pokoknya dia harus lari dari Ando.
çççç
Sesampai
didepan rumah, dia langsung membuka pagar dan memasukkan sepedanya dan terduduk
disampingnya. Sungguh mengayuh sepeda seperti dikejar hansip kompleks sangat
menguras tenaganya. Bahkan belakang bajunya basah kuyup oleh keringatnya.
“Astaga Non Lista!” Teriak Mpok Surti
ketika melihat majikan kecilnya duduk di lantai garasi.
“Capek Mpok. Ada kak Rika gak?”
Tanyanya sambil dibantu berdiri oleh mpok Surti yang geleng – geleng melihat
tingkahnya.
“Ada kok. kan Non Rika gak kuliah
hari ini. Kenapa Non?”
“Kak Bian?”
“Tadi pamit mau lomba basket di
kampusnya Non.”
Lista hanya mangut – mangut.
Syukurlah tak ada kak Bian. Coba kalo ada, ntah apa yang terjadi melihatnya
seperti ini. “Ok deh Mpok. Lista ke atas dulu yah,” Pamitnya sambil masuk rumah
dan berlari menuju kamarnya. memikirkan bagaimana caranya agar bisa menuruti
keinginan Ando yang sangat menyiksa lahir bathin ini.
øøøø
Hampir
setengah hari dari pulang sekolah, Lista hanya mengurung diri di kamar. Males
kemana – mana. Yang dia lakukan adalah browsing bagaimana caranya anggun tanpa
menghilangkan gaya pakaiannya yang tomboy. Pusing melihat para model memakai
pakaian yang aneh di matanya, dia mematikan komputernya dan tiduran di kasur.
“Gue tanya siapa yah? Mama? Atau kak
Rika? Kenapa sih Ando nyuruh gue kayak gini! Dasar setan!” Umpatnya dan kaget
melihat pintu kamarnya terbuka dan Kak Bian masuk ke kamarnya dengan pakaian
basketnya.
“Lo ngapain disini kak?! Keluar!”
usirnya sambil mendorong kakaknya yang hendak duduk disampingnya. Bukannya tak
apa – apa, dia tak tahan mencium bau keringat kakaknya yang ingin membuatnya
muntah.
“Gue baru datang masa lo usir sih?
Gak sayang sama gue?” Goda Bian yang tau kenapa adiknya mengusirnya dan semakin
mendekatkan diri ke arah Lista.
“Lo mandi dulu baru kesini lagi!
Pusing gue cium keringat lo!” Lista berdiri dan menarik Bian yang duduk agar
berdiri.
“bau keringat gue bikin cewek –
cewek semakin tergila – gila sama gue Lis.”
“Iya! Tergila – gila karna mabuk
cium keringat lo yang baunya gak ketolongan!” sungutnya dan membuat Bian
tertawa.
“Hahahahaa.. Liat kak Rika gak?”
“Gak lihat. Mungkin di ruang baca
sama Tom,” jawab Lista yang tahu kakaknya hobi membaca dan sering berdiam diri
di perpustakaan mungil di lantai dua sebelah kamarnya dengan Tom, kucingnya.
Bian tersenyum. Sebersit ide jahil
hadir di otaknya. “Gue godain kak Rika dulu yah. Dia kan ngefans sama keringat
gue. Bye adekku sayang,” Bian mencium pipi adiknya kilat dan berlari keluar
kamar sebelum bantal sebesar tubuhnya melayang ke arahnya.
“Semoga lo dihajar kak Rika. Amien.”
Ucapnya dan menutup pintu.
Tak sampai beberapa menit, terdengar
teriakan dan omelan dari kamar seberang. Lista yang mendengar, bergegas keluar
dan tertawa ngakak ketika melihat kakaknya mengusir Bian dengan wajah merona
malu. Tanda kak Bian sukses sekali lagi menggoda kak Rika.
“Kayaknya, rumah bakalan kayak
kuburan deh kalo mereka gak ada,” Gumamnya ketika melihat di seberang, Bian
masih menggoda Rika yang teriak tak keruan mengusirnya dengan wajah yang merona
bagai kepiting rebus.
Gombalan Bian terhenti ketika
mendengar mobil masuk garasi. Tanda kedua orang tuanya sudah datang. Sambil
melirik Rika yang merengut dan Lista yang diseberang masih tertawa ngakak. Bian
memutuskan menghentikan aksinya dan bergegas masuk kamar. Takutnya kalau kedua
orang tuanya melihat apa yang dia lakukan, dia akan dijadikan bulan – bulanan
oleh mereka. Apalagi papahnya.
Lista pun langsung masuk kamar.
Ingin mandi.
îîî
Selesai mandi, dia bergegas
berpakaian dan keluar kamar. Dari luar kamarnya, dia melihat Mama, Papah, Kak
Bian dan Kak Rika berkumpul di ruang keluarga. Saling bercerita dan mengejek.
Lista pun bergegas ke bawah. Menyampaikan apa yang menjadi beban pikirannya.
“Ma... Kak Rika...” Panggilnya
sambil duduk di samping Bian yang asyik smsan entah dengan siapa. Merasa
dipanggil, Erza menatap anak bungsunya dengan penuh sayang.
“Ada apa sayang?” Tanya Erza diikuti
tatapan heran Rika yang tak biasanya Lista memanggilnya di saat seperti ini.
“Eum...” Lista garuk – garuk
kepalanya. Bingung hendak ngomong apa. Sedangkan Bian sudah menghentikan
aktifitasnya merayu cewek di ponsel dan Putra, berhenti membaca koran dan
menatap Lista.
“Lo mau ngaku dosa, Lis? Dosa
apalagi yang lo buat? Lo hajar kucing lagi?” Tanya Bian asal melihat Lista tak
kunjung bicara.
Kesal, Rika melotot kearah Bian.
“Yang ada lo gue suruh ngaku dosa karna sudah berapa cewek yang nangis gejer
dan ngadu ke gue karna lo PHP-in mereka!”
Erza mengelus rambut Lista yang
pendek dan menatapnya. “Mau ngomong apa sayang?” Dan melotot ke arah Bian yang hendak membalas
ucapan Rika.
“Ma... ajarin Lista jadi cewek
anggun dong, sama ajarin masak. Please,” Ucapnya dengan wajah semakin menunduk.
Malu...
Putra dan Erza saling berpandangan
bingung. Senyum mulai merekah di wajah Rika, dan Bian, yang paling shock
mendengarnya, berkata “Lo gak salah ngomong dek?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar