Laman

Minggu, 03 Maret 2013

Be Yours?! DAMN! Part 11.




Sudah dua minggu dia disini. sebangku dengan Ando, dia selalu memperhatikan Lista. entah kenapa, melihat cewek itu berduaan dengan cowok taksirannya, membuatnya jengkel. Dan kejengkelannya semakin memuncak ketika melihat Ando berduaan dengan Lista. Ingin rasanya hati ini mendepak gadis itu jauh – jauh dan dia yang dilihat Ando, yang tangannya dgenggam erat oleh cowok itu. Hingga sebuah ide muncul dari kepala cantiknya dan tersenyum lalu menghampiri mereka.

            “Hai,” Sapanya riang dan tanpa tau malu duduk disamping Ando dan sengaja mepet hingga bersentuhan lengan seolah kursi kantin mendadak mengecil.
            “Hai juga,” Dia memutuskan tersenyum dan entah kenapa, kehadiran Karen diantara mereka yang sedang asyik membahas musik kesukaan masing – masing tanpa perdebatan mendadak garing seketika. Aura Karen mendominasi.
            Karen mengulurkan tangannya dan tersenyum. “Kita belum kenalan, kan? Gue Karenina. Teman sebangku Ando, pacar lo. kita satu kelas harus saling kenal.” Dia menekankan kata “teman sebangku” dilapis senyumnya agar tak ada yang curiga dengan nadanya itu.
            “Lista.”
            “Lo pakai lensa kontak yah? Warna hijau mata lo bagus. Hijau Toska. Gue suka,” Pujinya ketika melihat mata Lista secara utuh. Biasanya dia melihat dari kejauhan saja sehingga tak bisa memperhatikannya.  Ando pun langsung tersenyum miring mendengarnya seolah – olah cewek di depannya ini tau fashion apalagi lensa kontak warna – warni. Kalaupun tau, dia berani pasang taruhan Lista gak akan mengenakannya kecuali lensa bening.
            “Gak... ini asli warna mata gue. Gue anti pakai lensa kontak. Sensitif soalnya.”
            “Lo blasteran yah?” Karen semakin penasaran mengenai Lista. Setiap informasi dari gadis itu seperti harta karun yang muncul secara Cuma – Cuma di hadapannya.
            “Iya. Bokap gue blasteran Jerman, warna matanya sama kayak gue. Sedangkan nyokap blasteran Turki.” Jelasnya sambil meminum pesanannya. Dia melirik Karen yang mangut – mangut dan duduk bersebelahan dengan Ando. entah kenapa dia merasa tak rela sendiri.
            Seolah teringat sesuatu, Karen mencolek lengannya. “Ndo, kita sekelompok kan tugas Seni yang mengambil foto objek pemandangan alam itu?” Tanyanya mendadak di depan Lista yang mendadak hampir saja tersedak minum. Matanya melotot.
            Berdua dengan Karen? WAW!
            Ando gelagapan menjawabnya, “Berdua?”
            Karen mengangguk antusias, tak mempedulikan Lista yang kini menatap mereka bergantian. Ekspresi tak terbaca antara ingin menyiram wajah Karen dengan air minuman yang dia pegang sekarang atau meninggalkan tempat ini karna hatinya mendadak panas seketika. “Iya, Ando. kita berdua, kan tugasnya berkelompok dengan teman sebangku. Lupa yah?” Dia mencolek lengan Ando dengan suara digenit – genitkan.
            “Iyaa... gue lupa. Memangnya lo ada referensi?”
            “Ada kok. Gue tau Hutan Pinus disini. Pokoknya keren deh view disana. Biasanya cocok banget tuh ntuk prawedding saking kerennya. Dan disana ada danau kecil juga banyak Angsa – angsa di tepi danau.  Pokoknya lo kalau liat bakalan suka deh. Bagaimana kalo minggu ini kita kesana aja? Gue punya kamera khusus fotografi kok. gue tau bagaimana cara ngambil objek yang bagus. Gini – gini gue kursus fotografi loh...”
            Lista berdiri dari duduknya, membuat Ando tersadar bahwa sedari tadi Lista mendengar semuanya, “Mau kemana, Lis?”
            “Gue mau bahas tugas yang lo bahas sekarang itu sama Cindy. Duluan yah,” Dia berbalik meninggalkan kantin namun terhenti ketika Karen memanggilnya,
            Ando mengerutkan kening, dia tau Lista bohong karna tugas itu sudah dikerjakannya setelah dia sembuh dari sakit dan dialah yang menemani. Lista yang menyadari kebohongannya terbongkar, menoleh ke arah mana saja agar tak melihat Ando yang menatapnya tajam. Aura pertengkaran serasa memeluknya.
            “Lo ikut gak study tour ke Bali itu, Lis?” Tanyanya dan dia mengangguk, “Kenapa emangnya, Ren?”
            “Gak papa kok. gue mau nanya aja soalnya gue pengen ikut, lo juga kan, Ndo?” dia berbalik ke arah Ando yang fokus melirik Lista yang sengaja atau tidak, tak mau melihatnya, “Iya, gue ikut kok.”
            “Oke deh, nanti temanin gue ke tempat Ibu Mae buat daftar yah. Gue pengen ikut.” Dia menoleh ke arah Ando yang sekarang menatapnya. Kaget mendengar permintaannya. Lista sampai menoleh ke arahnya dan melotot.
            Gila nih cewek!

            “Sama gue? Gue ada kesibukan. Mau rapat sama anak – anak Judo setelah ini sama Lista. Iya, kan?”    
            “Iya kali. kan lo ketuanya, bukan gue.” Jawabnya acuh dan melambaikan tangan ke arah mereka. “Gue duluan yah, bye.” Ucapnya dan bergegas meninggalkannya.

            Ando ingin menyusul Lista, namun Karen tiba – tiba membahas tugas mereka dengan antusias dan argumen yang cerdas, membuatnya terlupa soal Lista dan meladeninya.

♥ ♥

          Lista duduk di kursinya. Pembicaran Karen dan Ando masih terngiang di telinganya seperti dia merekam lalu mendengarkannya kembali.
            “Tugas Seni kita kemana, Cind?” Tanyanya ketika sahabatnya itu asyik membaca novel dan Shabrina asyik mendengarkan musik di Iphone sambil menggerak – gerakkan kepalanya sendiri.
            “Yang foto pemandangan itu? Kan udah lo lakuin kemaren itu sama Ando di Villa rahasia dia, kenapa? Lo lupa?” Cindy kini menutup novelnya dan melirik Lista yang gelagapan sendiri. Dia sangat mengenal setiap perubahan sahabatnya itu seperti dia mengenal diri sendiri. Pasti ada yang gak beres, pikirnya.
            “Masa sih? Gak deh, tapi... serius?” Dia linglung sendiri dan mulai mengingat – ingat. Lalu tersenyum sendiri ketika mengingat hal itu. Berdua dengan Ando di pantai setelah dia sembuh dari sakit, saling berkejaran dan cowok itu membantunya bagaimana cara mengambil objek yang bagus. Termasuk sunset dan cowok itu mencium pipinya cepat saat dia terlalu terpesona dengan keindahan pantai yang membiusnya. Ketika dia marah, cowok itu langsung meminta maaf dan berkata bahwa dia terbawa suasana yang sangat romantis hingga otaknya mendadak tak beres. Dia mengiyakan dalam hati dan tak mau membahasnya lagi.

            “Kenapa Lis? Ada masalah?” Cindy mengguncang tubuh Lista pelan ketika cewek itu tersenyum sendiri, wajahnya merona sendiri.
            Dia tersadar dan gelagapan menjawabnya, “Gak, gak, gak papa kok.”
            “Shabrina yang juga memperhatikan perubahannya, melepas headset yang menyumpal telinganya, “Yakin?” Tanyanya dan Cindy membenarkannya.
            Melihat tatapan kedua sahabatnya begitu menekannya, dia mendesah, lalu meluncurlah cerita tentang kejadian di kantin tadi. Shabrina yang tipikal cewek mudah terbakar sendiri hampir saja ingin mendamprat Karen yang masuk kelas dengan Tata. Lista memperhatikannya dari masuk hingga sama – sama duduk. Tak ada yang dilewatkannya.
            “Dan lo diam saja?” Desis Shabrina tajam. Matanya melirik Karen yang asyik mengobrol dengan temannya tanpa menyadari salah satu dari teman sekelasnya hendak melempar pisau pemotong daging ke arahnya saking sebalnya.
            “Terus gue harus marah gitu? Kan lo tau sendiri, Shab hubungan gue sama Ando itu gak wajar.” Jawabnya lesu. Shabrina tau maksudnya. Walau dia tak sedekat Cindy, tapi dia tau masalah ini dari Lista. Pacar kontrak. Begitu istilahnya.
            “Iya sih, tapi... lo tetap pacar dia, Lista! Masa lo diam aja sih ditindas cewek songong macam Karen?! Seminggu dia begini, jangan kaget kalau minggu depan mereka pacaran dan lo didepak Ando!” Shabrina berteriak keras dan Lista buru – buru berdiri untuk mendekap mulutnya karna semua perhatian tertuju ke arah mereka. Termasuk Karen yang mendengar penuh antusias.
           
            Mereka terdiam ketika Karen keluar lagi dengan membawa botol air mineral dan handuk kecil. Lalu tatapan Shabrina berubah ganas ketika menatap Lista yang mengikuti perginya gadis itu, “Lo harus bertindak, Lista! Dia pacar lo, Oke?”
            “Gak, dia pacar kontrak gue. Ngapain gue pertahanin? Gue gak ada hati sama dia. Di mata gue selama lima bulan ini pacaran sama dia, dia Cuma cowok yang kadang merayu untuk mendapatkan hal  yang dia mau. Dan dia merayu orang yang salah, karna gue tak pernah terbujuk.” Jawabnya puas. “Kecuali dia main peluk, tatapan penuh mohon, baru gue meleleh, guys.” Lanjutnya dalam hati.
            “Yakin?” Cindy mulai bersuara dan menatap Lista penuh arti. “Kalau lo gak ada apa – apa, apa artinya lo nelpon dia tengah malam Cuma ntuk cerita ....” Mulutnya langsung dibungkam Lista dengan mata melotot. Tak mau rahasia terbongkar ketika dia tengah malam menelpon Ando karna ketakutan setengah mati oleh kak Bian yang mengerjainya habis – habisan dengan memutar film hantu Produksi Jepang yang terkenal sangat mengerikan, ditambah dengan cerita – cerita hantu saat kakaknya sedang praktek di Rumah Sakit. Mulai dari terdengar suara tangisan di mobil ambulans, sampai penampakan gadis dengan perut belum di jahit sempurna di ruang operasi. Dan dia baru bisa tidur setelah Ando memainkan piano dengan lagu yang sangat dikenalnya.
            “Lo naksir sama Ando, kan? iya, kan? pasti iya! Gue tau, Lista! Gue tauuu...” Shabrina berbisik menggoda di telinganya. Wajah Lista langsung memerah seketika.
            “Iya kan? kalau gak, wajah lo gak bakalan semerah tomat masak dari pohon, Lis.” Cindy menambahkan dan tertawa geli ketika Lista menutupi wajahnya dengan buku.
            “Gak! gue gak naksir dia! Sampai kapanpun! Naksir sama dia itu adalah hal paling bodoh dalam hidup gue.”
            “Yakin?? Kok gue ngerasa lo naksir tapi malu ngaku yah? Pokoknya, lo naksir apa gak, pertahanin tuh cowok, Lista! Jangan sampai jatuh dalam pesona Karen! Awas kalau sampai lo diputusin, gue sayat – sayat si Karen itu, baru gue sayat lo yang bodoh karna lepasin Ando!” Ancam Shabrina membuat Lista nyengir.
            “terserah lo deh, Shab. Yang jelas, gue gak naksir dia dan dia gak naksir gue. Kami pacaran bukan karna sama – sama suka, tapi karna gue kalah taruhan dan dia senang hati menerimanya. Itu aja.” Lista berdiri dari duduknya dan memutuskan untuk keluar kelas. Diikuti Cindy dan Shabrina yang berjalan di belakangnya.

♥ ♥

            Lista berjalan sendiri mengelilingi sekolahnya. Kedua temannya sudah berbelok menuju kantin karna belum sarapan dan dia males mengikutinya. Tiba di persimpangan, dia melihat Pamela yang juga melihatnya dan tersenyum sinis.
            “Kasian deh yang galau diputusin Ando,” Ucapnya penuh kesinisan ketika mereka saling berselisihan. Membuat Lista terhenti dan menatap Pamela.
            “Maksud lo apa?”
            “Ya ampun, saking galaunya telinga lo mendadak konslet yah? Lo putusan kan sama Ando?”
            Dasar Nenek Sihir!” Umpat Lista dalam hati.
            “Itu hanya terjadi dalam mimpi lo kalau gue putusan sama Ando! lo terlalu ngarep sih,”
            “Udahlah, ngaku aja deh lo putusan sama dia. Gue siap kok jadi teman curhat lo.” Pamela menjawab dengan penuh siasat.
            “Dan itu akan jadi pilihan gue paling terakhir diambil apabila Cuma kita berdua yang ada di muka Bumi ini, Mel. Udahlah, terima kenyataan aja kalau lo itu DIPUTUSIN ANDO karna terlalu gatel!” Lista hampir hilang sabar ketika melihat wajah Pamela penuh congkak dan meremehkannya. Seandainya membunuh itu legal, dia takkan segan – segan menyolok kedua matanya itu dengan tangannya ini.
            Pamela hampir saja ingin menarik rambut Lista itu jika dia tak teringat pemandangan super romantis dan jadi pembicaraan satu sekolah sekarang. “Gue tau lo gak bisa terima kenyataan diputusin Ando jadi ngomong gitu, Lista. Udahlah, terima aja napa lo putusan sama dia dan Ando jadian sama Karen? Kalau gak, mereka gak akan mesraan di lapangan Basket sekarang.” Penjelasan Pamela membuat otak Lista berhenti jalan seketika.
            WHAT?! MEREKA BERDUA?!” Tanpa sadar dia mengucapkannya dengan keras hingga beberapa orang yang lewat melirik ke arahnya. “Lo gak bohong kan?” Desisnya membuat Pamela tersinggung.
            “Ngapain gue bohong soal beginian? Lo liat aja sana! Ckckckck.. kasian deh yang diputusin Ando. tapi bagus deh, lo memang pantes diputusin sih.” Jawab Pamela sinis ketika Lista melewatinya sambil menabrak punggung. Membuatnya mundur.
            “seharusnya gue yang ngomong begitu, Pamela. Lo memang pantes diputusin Ando karna lo itu...” Dia melirik Pamela dari atas sampai bawah dengan tatapan mencela. “Gak pantes – pantesnya ntuk diliatin lebih lama! Bikin sakit mata!” Dia tersenyum miring, seperti Ando lakukan bila sedang geli atau meremehkan seseorang. Membuat Pamela terdiam.
            Kenapa senyum mereka mirip yah?
            “Lo...” Dia meradang dan hampir menamparnya kalau saja Lista tak menamparnya keras. Membuat gerakan tangannya terhenti di udara. Pipinya nyut – nyutan. “Seharusnya gue yang dari dulu menampar lo. bukan lo tampar gue!” Ucapnya puas dan meninggalkan Pamela yang menatapnya dengan dendam. Namun dia tak membalas.
            Lista langsung pergi meninggalkannya. moodnya langsung rusak untuk hari ini. Entah kenapa, ucapan Pamela membuatnya penasaran untuk melihatnya. Hatinya terasa terbakar.
            kenapa gue jadi cemburu begini?

 ♥ ♥

          Dia terdiam di pinggir lapangan Basket dan duduk di kursi paling pojok agar Ando tak tau bahwa dia mengawasinya. Dia melihat Karen duduk paling depan dengan air mineral dan handuk di tangannya. Ketika cowok itu selesai bermain, cewek itu langsung menghampirinya dan menyerahkan air mineral itu sambil mengelap wajah Ando yang penuh peluh dengan handuk kecil itu. Sesekali mereka saling bercanda dan Karen tak segan – segan mencubit lengan cowok itu dengan manja. Seperti seorang pacar yang merajuk.
            “Seharusnya gue yang ngelakuin hal itu,” Bisiknya pada diri sendiri ketika melihat semua itu. Terkadang, dia menemani Ando bermain basket dan duduk disampingnya. Itupun bukan karna dia sukarela, tapi karna cowok itu memaksanya. Tapi entah kenapa, dia menikmatinya. Dan ketika melihat Karen yang melakukannya, dia mendadak tak rela.
            Dia asyik memperhatikan sampai – sampai tak menyadari dari sisi lain, Jayden, Sahabat Ando memperhatikannya. Ketika Lista menoleh, dia menempelkan jari pada mulutnya tanda menyuruh cowok itu diam dan segera meninggalkan lapangan Basket sebelum Ando melihat.

            Entah kenapa, hatinya semakin tersayat – sayat. Dia ingin meluapkannya. Tapi dengan apa dia tak tau. Sampai dia melihat Dion yang asyik berjalan  ke arah lain dengan membawa bola di tangannya. Dengan semangat dia memanggil Dion dan berlari mendekati cowok itu yang tersenyum ke arahnya.
            Karen yang sadar dari awal kehadiran Lista dari duduk di pojok sampai pergi meninggalkan mereka, tersenyum sendiri dan sengaja menampakkan kemesraan terang – terangan pada Lista. Ketika gadis itu pergi, dia tersenyum puas.
            “Yes... yesss...” Bisiknya puas.

♥ ♥

            “Lo putus sama Lista, Ndo?” Tanya Jayden saat mereka bermain lagi. Karen mulai memberi teriakan ala cheerlader dan berkali – kali mengacungkan dua jempol ke arahnya ketika bola masuk ring.
            Ando terdiam. Keningnya berkerut mendengar pertanyaan Jayden, “Gak. kalaupun putus, gue udah curhat sama lo minta saran supaya kami balikan lagi. Kenapa emangnya?”
            Jayden langsung memberi tanda pada teman – temannya lain bahwa dia  berhenti main dan menarik Ando ke pinggir lapangan, “Gue tadi liat Lista duduk disitu,” Dia menunjuk kursi yang diduduki Lista, “Dan dia melihat lo berduaan sama Karen. Tatapan matanya itu lo, kayak sedih gitu. Pas dia lihat gue, tuh anak langsung kasih sinyal agar gue gak kasih tau lo dan dia pergi begitu saja.”
            “Serius lo? dia kesini?”
            “Ngapain juga gue bohong? Meskipun gue naksir berat sama pacar lo, gue lebih baik milih nyari aman ntuk rebut dia dari lo. bukan cara kampungan begini. Panas – panasin orang terus jadi pahlawan kesiangan buat si cewek.”
            Melihat Ando terdiam. Dia menghela napas, “Perasaan lo sama Lista gimana? Masih anggap pacar kontrak? Kalau iya, 5 bulan lagi kontrak lo pacaran sama dia habis dan gue bisa dekatin dia setelah itu,” Dan Jayden tertawa melihat Ando menatapnya garang
            “Gak tau gue, Jay. Di depan dia gue pengen selalu lihat senyumnya, tawanya, candanya, pokoknya yang baik – baik deh. kami jarang berantem sekarang, kalaupun iya, palingan ribut masalah siapa yang bayar dan pergi kemana. Dan dia akrab sama Lily. Bahkan tuh anak sampai nginap dirumah Lista karna pengen ngerasain gimana tidur sama cewek. Ckckckk...”

            “mereka ngomongin apa sih?” Batin Karen ketika melihat Jayden dan Ando saling berangkul lengan dan bicara. Dia memutuskan mendekat, namun tak jadi.
            Mata abu – abu Jayden bersinar seolah dia mendapatkan Mobil BMW terbaru dari sebuah sayembara. “Lo lebih jago dari gue soal pacaran, masa lo gak tau bahwa itu perasaan suka?! Parah! Lo suka sama Lista, Fernando!”
            Sebelum hendak menjawab, Ando melihat lapangan sepak bola terlihat ramai. Dia kemudian bertanya pada temannya yang berhenti main dan berlari ke arah lapangan bola, “Kenapa?”
            “Ada pemandangan indah di lapangan Bola,” Jelas temannya dan melanjutkan larinya.

            Mereka saling bertatapan, “Kita lihat yuk?” Ajaknya dan Jayden langsung berlari mengikuti kerumunan. Meninggalkannya.
            “Dasar Playboy!” Ando tertawa dan dia mengambil ponselnya. Mencoba menelpon Lista, namun cewek itu tidak merespon hingga 3 kali. membuatnya menghela napas.
            “Apa benar gue naksir dia? Tapi... masa iya? Ah... gak mungkin deh.” Tanyanya pada diri sendiri sambil memutar ponselnya.
            Tiba – tiba ada yang menepuk punggungnya pelan. Dia menoleh, ternyata Karen di sampingnya, “Yuk,” Dia menarik Ando mengikuti yang lain sebelum cowok itu mengiyakan.

♥ ♥

            “WAW! Rame banget lapangan, Dion!” Triak Lista dari ujung sana ketika cewek itu berhasil memasukkan bola ke gawang kesekian kalinya. Dia lompat – lompat kesenangan dan berlari ke arah cowok tambun itu.
            “Kan karna lo yang main, lis. Kalau lo gak ada mah, biar kami main pakai kostum badut juga gak bakalan lirik.” Canda Dion ketika melihat Lista memakai pakaian bola Juventus kesukaannya, baju seragamnya entah dia lempar kemana. Awalnya dia bingung ketika Lista menghampiri dan memohonnya untuk ikut main bola, dia tak tega untuk menolak dan menyetujuinya. Membuat gadis itu kegirangan bahkan hampir memeluknya kalau saja dia tak sadar mereka berada dimana sekarang. Membuat Lista tertawa dengan wajah memerah malu.
            Lista tertawa mendengarnya. Baju Juventus pemberian kak Bian saat dia ulang tahun sangat pas di badannya. Melihat Ando di lapangan basket tadi dan pertengkarannya dengan Pamela di lorong kelas membuatnya butuh pelampiasan untuk menendang sesuatu. Ketika melihat bola dipegang Dion, dia langsung ingin main. Bahkan selama main, dia selalu membayangkan bola yang dia tendang itu wajah Pamela atau wajah Karen. Hal tersebut sukses membuatnya plong
            Beberapa cowok dari timnya mengerubungi dirinya yang asyik ngobrol dengan Dion sambil bertos ria. Membuatnya mundur sangat perlahan hingga akhirnya menubruk seseorang. Dia menoleh ke belakang dan terpaku.
            “Ando?” Tanyanya ketika cowok itu memegang kedua belakang pundak dengan posesif.
             “Apa yang lo lakuin disini?” Desisnya.
           

♥ ♥

            Ando maju ke depan dengan susah payah. Dia dari awal merasa “pemandangan indah” yang dimaksud beberapa cowok itu adalah Lista karna dia tau cewek satu itu jago main bola. Bahkan Karen pun tak dia pedulikan yang jauh tertinggal di belakangnya.
            Dia melihat Lista loncat – loncat kesenangan dengan pakaian baju bola Juventus yang dia tau itu asli. Bukan merk abal – abal seperti dijual di pasar. dia sangat yakin itu Lista karna tak ada cowok yang kulitnya seputih itu, dan tatanan rambutnya walau seperti cowok dari belakang, namun tetap saja dia paling berbeda di antara lainnya.
            Ketika cewek itu mendekati Dion, entah kenapa dia merasa ada sepercik perasaan tak suka cewek itu berdekatan dan bertos ria, bahkan tertawa dengannya. Hingga dia melihat beberapa yang lain terang – terangan mendekati Lista, membuatnya langsung teringat apa yang ditakutkan gadis itu dan berjalan mendekatinya dan memegang pundak cewek itu. Membuatnya menoleh dan melotot. Wajahnya terlihat kaget namun ditutupinya.
            “Ngapain lo disini?” Cewek itu bertanya balik dan melirik ke belakang. Dia melihat Karen disitu.
            Perlahan, Lista memajukan tubuhnya, namun Ando menarik kuat pundaknya hingga dia seperti bersandar di dada cowok itu. “Gue mau main, Ando!”
            “Gak... lo pulang. Gue gak mau lo disini jadi tontonan cowok – cowok yang lapar liat lo kayak makanan!”
            “Tapi gue menikmati! Udah ah, entar kita kayak orang pacaran lagi dekat – dekat kayak gini!” Dia gak bohong. Beberapa cowok melirik mereka, apalagi Ando dengan senyum arti.
            Ando berbisik di telinganya, “Kita memang pacaran kan? masa lo lupa sih, sayang?”
            “Pacar Kontrak!” Desisnya dan menyingkirkan tangan Ando dengan tangannya dan berjalan ke arah lain.
            “Lo masih mau main, Lis?” Teriak Dion tak terima bintang lapangannya melarikan diri di saat dia di puncak kemenangan. Dia melirik Ando seolah menyalahkannya. Cowok itu hanya nyengir.
            “Gak, Dion. Gue mendadak gak mood.” Dia menekan kata “ gak mood” dengan sangat jelas dan matanya melirik Ando lalu berbalik pergi.

            Ando mengejarnya. Membiarkan Karen terdiam melihat mereka dan tangannya mengepal keras. “Apa bagusnya sih tuh cewek?! Gak ada anggun – anggunnya banget! liat aja ntar, Karen beraksi.”

♥ ♥

            Seharian Lista benar – benar menganggap Ando tak ada. Bahkan di saat cowok itu duduk terang – terangan di sampingnya, dia melihat seolah tak ada siapa – siapa disampingnya. Kedua temannya hanya angkat bahu melihat tingkah Lista yang satu ini.
            “Cind, gue pulang ikut lo yah.” Ucapnya ketika bel sudah berbunyi dan dia sengaja mengucapkan jelas – jelas ketika Ando lewat di depannya. Diikuti Karen yang berjalan di belakangnya.
            Ando langsung berhenti dan menatap Lista dengan kening berkerut. Lalu memutuskan menghampirinya, “Lo pulang sama gue, Elista.”
            “Gue ikut lo yah, Cind? Kita udah lama gak jalan bareng.” Lista pura – pura tuli dan terus mendesak Cindy lewat tatapan matanya. Memberi kode agar mengangguk.
            Cindy dibuat bingung oleh dua pasangan aneh di depannya ini. Yang satu melotot agar mengiyakan ajakannya, yang satunya lagi melotot agar menolak. Bahkan senyumnya pun dibuat menggoda agar dia terpengaruh, “Tuhan, kenapa gue harus berteman dengan dua manusia aneh ini?!” Jeritnya dalam hati.
            Dia memutuskan untuk membantu Ando. “Sorry, Lis, gue ada janji sama...” Dia terdiam, mencari korban agar bisa kabur dari situasi ini, “Sama nyokap gue untuk antar dia ke dokter gigi. Dadah...” Dia cipika – cipiki dengan Lista dan memutuskan keluar kelas secepat mungkin sebelum sahabatnya itu memohon – mohon hingga dia tak bisa nolak.
            Ando berterima kasih dalam hati karna Cindy memilihnya. Gadis itu manyun lalu memutuskan keluar kelas sendiri. Tanpa meliriknya yang berdiri tak jauh darinya.
            Tak ingin gadis itu menjauh, dia menarik lengannya. Memutuskan menyelesaikan masalah mereka. “Ikut gue!” dia langsung menarik lengan kanan Lista dan menyeret dirinya keluar kelas.
            “Lepasin!” Dia kaget karna diseret – seret seperti karung beras dan berusaha melepas. Namun Ando lebih erat memegangnya.
            “Silahkan mimpi, sayang.” Ucapnya pelan dan menariknya kuat hingga Lista sejajar dengannya lalu dia langsung merangkul pundak Lista agar gadis itu tak kabur.
            Karen melihat mereka dan diabaikan Ando membuatnya jengkel. Dia tak pernah diabaikan cowok dan perlakuan Ando membuatnya sakit hati. Dengan geram dia meninggalkan kelas dan berusaha menyusun rencana agar cewek itu menyingkir jauh – jauh dari cowok itu.

♥ ♥

            Dia duduk di kursi taman yang sepi. Ando berada di sampingnya, sibuk memotret untuk tugasnya. Membuat Lista gatal untuk bertanya setelah diam sepanjang perjalanan.
            “Katanya mau bareng si Karen itu pergi danau yang romantis. Kok jadi kesini bareng gue?” Suaranya terdengar ketus membuat Ando menghentikan kegiatannya dan mengarahkan lensa kamera ke arah gadis itu lalu memotretnya. Senyum jahil terpampang di wajahnya.
            “Senyum dong, Lis. Kan hasil foto gue jadi jelek begini.” Dia menampilkan hasil jepretannya. Membuat Lista semakin manyun.
            “Itu karna lo yang gak becus foto gue! Coba lo foto tuh si Pamela atau si Karen, siapa tau hasilnya langsung bersinar!”
            Dia menghentikan kegiatannya dan menoleh ke Lista yang terlihat salah ucap, “Pamela? Karen? Lo kenapa sih, Lis?!”
            Bodoh! Bodoh! Kenapa gue bahas mereka! Ishhh!!
            Lista melihat paman gulali lewat di depannya, “Gue mau itu...” Dia berdiri dari duduknya namun Ando menariknya untuk duduk kembali dan berdiri menghadap Lista dan meletakkan kedua tangan di sisi kiri dan kanan bangku sebagai penopang tubuhnya agar tak menimpanya yang sudah pucat pasi karna jarak mereka sangat berdekatan. Bahkan bersentuhan lutut. Dan cowok itu tak tanggung – tanggung menipiskan jarak dengan menunduk dan wajah berdekatan. Membuat kening mereka saling bersentuhan saking dekatnya.
            “Kenapa lo jadi marah – marah sama gue hari ini? Cemburu gue dekat sama Karen?” Tatapannya terlihat menggoda dan tersenyum miring. Lista gagap dibuatnya. Aroma mint dari tubuhnya membuat Lista mendadak blank seketika.
            “Ndooo... menjauh...” Dia mendorong cowok itu agar menjauh, namun tak bergeming. Membuat Lista putus asa, “An..Anu... tadi gue ketemu si Pamela, dia cerita lo sama dia berduaan terus meremehkan gue. Gue udah emosi dari pagi, ditambah dia, yaudah gue ejek balik, dia ngomel dan pengen nampar gue. Tapi keduluan gue. Ahhahaaa... puas gue liatnya!” Dia tertawa ketika melihat wajah Pamela seperti ingin membunuhnya.

            “Yakin Cuma itu yang bikin lo kesel? Bukan karna lo liat gue sama Karen berduaan? lo tadi nyamperin gue kan di lapangan Basket?” Lista menggeleng cepat. Cowok itu tersenyum, “Kalau bohong, gue cium loh disini.” Ketika Lista mendongkakkan wajahnya dengan ekspresi menantang. Seolah tak takut dengan ancamannya. Dia tertawa geli, “Yasudah.” Dia semakin mendongkakkan wajah Lista dengan jarinya dan menarik pelan agar semakin dekat, dekat, bahkan Ando bisa merasakan hela napas gadis itu gugup dan memilih menutup matanya.
            Ando terkekeh melihatnya. Wajah Lista yang semakin memucat membuatnya tak tega untuk mencium walaupun dalam hati dia sangat, sangat ingin melakukannya. Tapi dia menahan nafsunya. “Lo cemburu gue dekat dengan Karen?” Tanyanya blak – blakan dengan posisi tak berubah. Bahkan tangan Ando mulai merangkul pinggangnya. Membuat Lista seolah tersengat.
            Lista menatap ke arah lain. Dia memilih tak menjawab karna dia sendiripun tak tau apa jawabannya. Membuat Ando terkekeh lalu merubah posisinya dengan melepas rangkulan di pinggangnya dan berdiri tegak lalu duduk di samping Lista. “Apapun jawaban lo, gue sama Karen Cuma teman. Gak ada maksud lebih. Dia cantik dan dekatin gue, yaudah gue ladenin.” Jawabannya membuat Lista spontan berdiri. Membuat Ando buru – buru meralat. “Tapi, dia Cuma teman, Lista. Lo tetap pacar gue dan gue pacar lo. oke?”
            “Pacar kontrak.”

            “Tapi...” Dia berjalan sejajar dengan Lista dan merangkul pundaknya walau cewek itu menolak mati – matian, “ Gue merasa kita gak kontrak kok. gue menikmati setiap hari bersama lo, jemput lo dan antar lo pulang sekolah, liat lo sama Lily tertawa bareng dan saling mengerjai. Itu bikin gue  ...” Dia terdiam karna Lista berhenti melangkah dan menatap dirinya sekarang.
            “Gombalan lo gak berlaku untuk gue, Ndo.”
            Dia tertawa mendengarnya, “Lo pikir gue menggombal sekarang? Gue serius, tau!” Dia mengacak – acak rambut Lista yang menatapnya bingung.
           
            Serius? Lo jangan bikin gue geer dong!

           
“Jangan berantakin rambut gue!” Dia memukul tangan Ando yang masih di atas kepalanya ntuk membuat rambutnya semakin berantakan. Wajahnya merengut membuat cowok itu semakin tertawa dan menunduk lalu mendekatkan wajahnya hingga mereka saling bertatapan dengan jarak yang sangat dekat. Saking dekatnya Ando bisa melihat iris mata Lista yang hijau toska. Sangat cantik.
            Lista deg – degan ketika bola mata dengan iris hitam kelam itu sangat dekat dengannya. Dia tak pernah memperhatikan Ando sedekat dan seintens ini. Tatapan mata yang tajam ditambah dengan warna mata yang hitam kelam, membuatnya seperti disihir untuk menjadi patung. Diam tak bergerak.
           
            Tangan Ando terulur dan menarik hidungnya keras hingga dia berteriak kesakitan. Sebelum kakinya sempat menginjak kak Ando, cowok itu sudah berlari meninggalkannya dengan tertawa.
            “Andooo!! Awas lo!” Lista mengejarnya sambil mengusap ujung hidungnya yang memerah karna tarikan Ando yang tak tanggung – tanggung.
            Cowok itu berhenti berlari ketika menoleh ke belakang,  Lista berhenti mengejarnya dan menunduk sambil memegang dadanya. Seolah kesakitan. Membuat Ando langsung menghampirinya, “Kenapa Lis?” Tanyanya cemas ketika gadis itu menunjukkan ekspresi kesakitan dan seolah – olah susah menjawab pertanyaannya.
            Lista langsung menarik hidung Ando dengan sangat kuat hingga cowok itu kesakitan. Dia segera berlari dan berteriak, “Gotcha! Kita seri!” Teriaknya puas karna actingnya sukses membuat cowok itu tertipu dan segera berlari ketika dia dikejar dari belakang.
            Ando berhasil menangkap pinggangnya dan mengangkatnya lalu memutar tubuh Lista dari belakang. Cewek itu langsung berteriak minta diturunkan karna malu dilihat oleh pengunjung taman sekitar. Dan Ando menurut lalu menurunkannya.
            “Satu hal yang lo harus tau, Karen Cuma teman gue dan jangan lo selalu bilang kita “pacar kontrak” karna gue gak suka mendengarnya. Gue menikmati semua ini bersama lo, Lista. Jangan lo rusak.” Dia berbisik dan memeluk Lista dari belakang.
            Entah terpengaruh suasana atau karna ucapan Ando yang terdengar tulus, dia mempercayainya. Sangat mempercayainya hingga dia berharap, itu bukan ucapan pemanis belaka.
           
♥ ♥

            Lista mengacungkan jempolnya ketika melihat hasil – hasil jepretan Ando. setiap jepretannya seolah memberi suatu perasaan yang tenang, membuat siapapun yang melihat akan merasakan maksud dari fotografer dan ingin merasakannya juga. Seperti foto Ando yang berobjek kursi taman bewarna hijau dengan dinaungi pohon yang besar dan rindang. Beberapa daun kuning berserakan di tanah seolah memberi kesan bahwa jepretan ini diambil di Luar negeri saat musim gugur. Bukan di Indonesia.
            “Kok ada gue disini?” Dia menunjuk fotonya yang sedang makan gulali dan fotonya yang lain sedang melempar remah – remah roti di tanah dan burung – burung mengelilinginya. Membuatnya tanpa sadar tersenyum.
            “Gue suka sama ekspresi lo disini. Natural tanpa ada tipuan. Kayaknya foto ini yang gue jadikan buat tugas.” Dia menunjuk hasil foto Lista yang tertawa karna diserbu burung – burung kecil.
            “Jangan!” Lista langsung menolak dan Ando tertawa melihat ekspresinya, “Enggak kok. gue bercanda. Emang gue mau foto lo diliatin oleh orang lain selain gue? Cuma gue yang boleh melihat ini dan mengaguminya. Oke?”
            “Posesif amat sih.”
            “Soal lo gue entah kenapa harus posesif mulu sama lo. takut lo ilang.” Dia tertawa melihat Lista merengut.
            “Minggu depan kita study tour kan?” Tanyanya dan Lista mengangguk. “Gue jemput yah ntar. Kita ke bandara bareng.”
            “Terus mobil lo titipin disitu?” Dan Ando mengangguk.
            “Lily gimana? Gak mungkin kan dia lo tinggal berdua dengan Bik Ijah?” Dia sangat menyukai Lily. Apalagi gadis itu sudah beberapa kali menginap dirumahnya dan tidur dengannya, juga kak Erika. Membuat Ando keceplosan betapa beruntungnya Lily bisa satu kamar, satu tempat tidur dengannya. Wajahnya langsung merona seketika ketika mendengar itu.
            “Kenapa lo?” Dia bingung ketika melihat semburat merah di pipi Lista. Padahal dia tak ada menggodanya. “Mikirin gue yah? Awas loh mikirin yang mesum – mesum.” Godanya membuat Lista semakin merona malu dan memukul pundaknya.
            “Apaan sih lo! mesum banget omongannya.” Sungutnya dan dia tertawa.
             “Itu dia. Sedangkan Bik Ijah pernah bilang kangen sama cucunya. Gue pengen iyain, tapi Lily gimana? Entahlah, dekat lo bikin gue pengen mesum mulu.”
            “Nginap aja di rumah gue selama kita  study tour. Gak papa kok. kak Rika suka sama dia. Katanya ada cewek waras yang bisa dia dandan sesuka hati. Kak Bian juga suka, apalagi ortu gue.” Dan Lista langsung menginjak kakinya sebagai jawaban atas ucapannya yang terakhir itu. Membuat cowok itu berteriak kesakitan.
            Ando mangut – mangut. Dalam hati dia ingin menolak karna merasa terlalu merepotkan. Seolah tau, dia menepuk pundaknya pelan. “Jangan pernah mikir Lily repotin keluarga gue. Dia lucu, manis, polos, bikin kami geleng – geleng karna kritis banget pertanyaannya. Lo gak pernah liat dia berdebat dengan kak Bian. wajahnya langsung berubah keras kepala dan tak mau dibantah. Sampai – sampai dia disogok kakak gue coklat tetap aja gak mau. Hahahaaahahaa...” Lista tertawa ketika melihat Lily bermain catur dengan kakaknya,Bian dan Lily menuduhnya bermain curang karna merasa ada yang tak beres dengan letak bidak caturnya ketika dia pergi ke toilet sebentar. Kakaknya mengelak dan mengatakan dengan lembut kalau Lily salah lihat, tapi cewek kecil itu keras kepala dan yakin kak Bian mengubah letaknya. Sampai – sampai kakaknya menyogok coklat dan senyuman yang biasanya bikin cewek – cewek, apalagi gadis cilik, meleleh. Namun dia tak bergeming. Tak terpesona. Sukses membuat kak Bian mengakui perbuatannya dan membenarkan letak bidak caturnya dan berkata padanya kalau saja Lily seumuran dengannya, mungkin sudah dia jadikan pacar, kalau perlu dia nikahi karna dia menyukai sifat keras kepalanya. Membuat Erika, kakak perempuannya langsung menggetok kepalanya seketika agar kembali ke pikiran yang waras.

            Ando tertawa ketika mengingat kejadian itu. Dia tau Lily akan berubah sekeras batu kalau dia merasa benar. Sifatnya persis seperti mamanya, Seilla dan cukup membuat kakaknya dulu kelimpungan menghadapinya. “Iya... gue ingat kok. kita pulang yuk,” Ajaknya dan Lista mengangguk lalu berjalan meninggalkan taman dengan bergandengan tangan tanpa mereka sadari.

♥ ♥

          “Nelpon siapa sih lo?” Tanya Sinta, temannya waktu dia di SMA Jakarta, bingung melihat Karen tak berhenti menelpon seseorang dan berdecak kesal. Beberapa cowok yang menatapnya menggoda tak digubrisnya. Siapa yang tak tergoda melihatnya mengenakan baju you can see bewarna hitam, celana jins hot pants, rambutnya yang ikal terurai memberi kesan seksi, bibirnya yang penuh, dan wajahnya yang menggoda cukup membuat dia jadi pusat perhatian di mall sekarang. Namun dia tak menyadarinya karna fokus berusaha telponnya direspon.
            “Gue nelpon teman gak di angkat dari tadi! Bikin rempong!” dia mengambil rokok dan menyalakan sumbunya lalu membakar ujung rokok itu dan menghirupnya perlahan. Sinta yang sudah tau tingkah laku Karen, tak memperdulikannya.
            Tatapan mereka tiba – tiba tertuju ketika melihat sepasang kekasih masuk dalam cafe dan duduk bersama. Mereka terpesona dengan cowok yang duduk tak jauh dari Karen dan cewek itu membelakanginya sehingga dia tak melihat. Tapi wajah cowoknya itu sukses membuat Karen jadi membandingkannya dengan Ando.
            “Hot! Ganteng mampus!” Ucapnya dengan suara terpesona ketika cowok itu melepas kacamata coklat yang menutupi matanya dan dia bisa melihat jelas betapa sempurnanya Tuhan menciptakan sesosok manusia yang satu ini. Seolah tanpa sela. Kemeja biru dengan dua kancing atas terbuka, rambut acak – acakan dan wajahnya yang membuatnya tak bisa berpaling, semakin membuatnya terlihat penasaran.
            “Dekatin gih,” Ucapnya dan Karen menggeleng. Dia tak berani ambil resiko menggoda cowok sembarangan di cafe, apalagi ketika di depan pacar cowok itu sendiri.
            Sekilas, cewek itu menoleh ke belakang seolah mencari sesuatu dan tak sengaja mereka bertatapan. Cewek itu tersenyum lalu berbalik lagi. Membuatnya terpaku melihat betapa cantik cewek itu dengan rambut coklatnya dan warna bajunya yang peach semakin membuatnya terlihat sangat cantik. Lalu tatapannya berpindah ke arah cowok itu yang juga menatapnya dan tersenyum. Entah kenapa merasa familiar.

            Kenapa gue merasa pernah ketemu mereka yah?”

♥ ♥

          Ando mengangkat telponnya ketika sedang di jalan mengantar Lista pulang. Cewek itu awalnya cuek saja ketika mendengar ponsel Ando berbunyi, tapi dia mendadak fokus ketika tau siapa yang menelponnya.
            Karen.
            “Kenapa, Ren? Ke mall? Lo liat? serius? Lo di mall mana sekarang? Gue susul deh. oke deh. thanks Karen.” Dia menutup telponnya dan bersiul – siul senang.
            “Tadi Karen menelpon dia bilang menemukan buku tentang fotografi yang gue cari dari dulu. Dia sudah membelikannya dan ingin gue menyusul karna ada liat kamera bagus yang udah gue mau sejak dulu dan kebetulan dia juga kursus fotografi, jadi gue sekalian belajar sama dia. Hasil jepretan gue itu hasil belajar gue sama Karen.”
            “Dan lo belajarnya dimana, Ndo?”
            “Kemana aja. Kadang gue jemput dia dirumah. Gue baru tau kalau rumah lo satu kompleks dengannya dan dipisahkan beberapa rumah aja. Ckckckk...” penjelasan Ando yang datar membuat Lista melotot ke arahnya tanpa sadar.
           
            “Gue satu kompleks dengan Karen?! Waw!”

            “Bukannya lo pernah bilang sama gue gak pernah jemput cewek lain selain gue?” Tanpa sadar dia menyuarakan pemikirannya dengan cepat dan nadanya terdengar ketus. Membuat Ando menoleh ke arahnya.
            “Bukan jemput dalam artian dia duduk di mobil gue. Dia gue jemput, terus dia keluar dari rumahnya dengan mobilnya sendiri. Gue ngikutin dia dari belakang.  Kenapa? Lo cemburu yah dengarnya?” Dia mengerling dan Lista seketika sadar langsung menatap ke arah lain. Merutuki kebodohannya.
            “Bodoh! Bodoh!”
            “Ngapain gue cemburu? Gue lupa kalau lo itu playboy. Jadi wajar aja kalau seorang Karen gak bisa buat lo berpaling dan terima ajakannya.”
            “Gue ngomong apaan sih? Kok jadi kesannya gue cemburuan banget? dia bukan SIAPA – SIAPA lo!”
            Ando terdiam. Dia fokus menyetir mobilnya tanpa menjawab apapun. Sampai mereka tiba di depan rumah Lista dan gadis itu langsung turun. Namun Ando menahannya.
            “Lo mau apa Lista? Gue gak temuin Karen?”
            “Lo mau ketemu atau gak, itu bukan urusan gue. Kan, yang ketemuan itu lo, punya urusan lo, yaudah sana temuin si Karen. Ngapain nanya pendapat gue. Lagipula, kalaupun gue jawab, emang lo mau ikutin?”
            “Iya. Gue akan ikutin apa yang lo jawab.”
            Lista terdiam mendengarnya. Dia tak menyangka Ando, seorang cowok yang hobi mengatur hidup orang dan tak mau diatur itu mau menuruti pendapatnya, “Jawaban gue? Temuin si Karen. Oke? Gue gak papa. Bye.” Putusnya dan langsung keluar mobil Ando tanpa menoleh ke belakang.
            Ando melihat Lista masuk rumah. Terdiam dan menatap ponselnya yang berdering dan tertulis nama Karen disitu. Dengan mantap dia mengangkatnya, “sorry, Karen, gue mendadak gak bisa nih. Keponakan gue masuk RS jadi harus dijenguk? Apa? Mau ikutan jenguk? Gak usah, gue bareng Lista kesana, soalnya dia akrab sama pacar gue. Maaf banget yah.” Ando memberikan alasan dan langsung menutup ponsel ketika cewek itu memutuskan telponnya. Dan dia menatap jendela lantai dua yang dia tau itu adalah kamar Lista.
            “Lo memang cewek yang gak bisa bohong yah, Lista.” Dia tersenyum dan menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Lista.

♥ ♥

            “Kak Bian! ini kerjaan lo kan bawa Tom?! Bawa dia keluar!” Lista berteriak pada kakaknya yang baru saja datang bersama Erika. kedua kakaknya saling berpandangan. Tak pernah melihat Lista begitu emosi.
            Calm down, dek.” Erika naik ke atas dan menenangkan Lista yang menunjuk Tom, kucingnya yang menatap adeknya dengan tatapan mencela dan mengeong seolah mengomel. Membuat Lista melotot. “Apa lo liat – liat gue?!” Dia membalas ngeongan kucing itu dengan omelan dan tatapan yang garang.
            “Lo PMS dek?” Bian menyentuh pundak Lista. Namun adiknya itu menghentakkan dengan kasar. “Iya! Pengen makan seseorang!” Dia menjelaskan kepanjangannya dengan versi sendiri. Membuat Bian menatap Lista dengan kening berkerut.
            “Lo pengen makan siapa sih? Cerita dong. siapa tau gue boleh ikutan nyicip.” Jawab asal Bian membuat Erika menatapnya garang. Seolah berkata “Jangan asal ngomong kalau tak ingin disikat Lista!”
            “Argh! Gue jengkel!” Lista berteriak dan mengacak rambutnya lalu langsung masuk kamar dengan membanting pintu. Meninggalkan kedua kakaknya yang kebingungan.
            “Dia kenapa sih?” Tanya Bian dan Erika hanya mengangkat bahu.
           
            Lista duduk di sisi kanan tempat tidur, semua tingkah Ando dan Karen terbayang jelas di otaknya, bukan sekali – dua kali dia melihat mereka begitu, bahkan dia pernah memergoki Ando menunggu Karen saat pulang sekolah dna mereka berjalan bersama. Awalnya dia cuek saja, berusaha tak peduli, tapi lama – lama dia tak tahan. Pamela yang menatapnya penuh cela, Karen yang selalu mendekati Ando setiap mereka berduaan hingga akhirnya cowok itu melupakannya. Sungguh membuat hatinya kesal. Dan puncaknya, Karen menelponnya dan mengajak cowok itu ke mall bareng. Dia sangat yakin sekarang Ando pergi kesana, berduaan dengan gadis itu. Seperti orang pacaran. Entah kenapa, dia sangat, sangat tak rela.
            Gue kenapa sih?

♥ ♥   

          “Lo kenapa?” Sinta bingung ketika Karen berdecak sebal ketika memutuskan telpon. Lima menit yang lalu wajahnya terlihat ceria ketika telponnya di respon, kemudian terlihat kecewa, dan akhirnya saat menutup telpon setelah bermanis – manis ria, wajahnya penuh emosi.
            “Ando batalin janji gue gara – gara jenguk keponakannya! Gue pengen ikut malah dia ngajak pacarnya!”
            “Ando yang lo ceritain itu?” Tanya Sinta antusias dan cewek itu mengangguk sambil menghisap rokoknya yang ke empat. Temannya yang satu ini memang kecanduan rokok. Tapi tak pernah wajahnya menunjukkan bahwa dia pecandu.
            Sinta mangut – mangut. Dia terpesona dengan Ando ketika cewek itu menceritakan penuh antusias dan iri karna Karen sebangku dengannya. Tapi dia Cuma sebatas terpesona. Tidak seperti Karen, obsesi ingin merebut.
            “Gue ikut dia study tour ke bali. Dan gue gak akan lepas dari dia sejengkal pun! Gak akan gue biarkan dia dengan si Lista. Hmmm....” Dia menghembuskan asap rokok ke udara dan tersenyum sinis. Informasi Lista sudah di dapatnya. Dia tau alamat rumah gadis itu ternyata satu kompleks dengannya. Dan takkan susah mencarinya kalau begitu. Mengingat semua rencana itu. Wajahnya sumringah kembali.
            Bali, I’m coming, with him. Yeay!”

            Teaser part 12 – be yours?! DAMN! – Disaster holiday.

            Karen berusaha mengambil gelas yang letaknya sangat susah dia ambil. Dia berada di rumah Lista dengan alasan ingin bareng pergi ke bandara karna tak mau berangkat sendiri dan gadis itu menyambut kedatangannya dengan ramah. Saking ramahnya dia sampai disuruh mengambil air minum sendiri. Seperti di rumahnya sendiri.
            Tiba – tiba sesosok tubuh tinggi darinya, beraoroma maskulin, berada di belakangnya dan membantunya mengambil gelas dengan mudah. Dia berbalik untuk melihat siapa yang membantunya dan terperangah bahwa cowok itu adalah yang dia lihat di cafe itu. Sangat tampan dilihat dari dekat. Warna mata hijau toska seperti Lista ternyata juga dimiliki cowok itu. Senyum tipisnya manis, penuh jahil, namun entah kenapa dia mendadak waspada.
            “Makasih.” Ucapnya ketika cowok itu masih menatapnya dengan tatapan penuh tanya,
            “Lo Karen yah? Gue Bian, kakak Lista.” Dia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan dan tersenyum. Karen menatapnya penuh terpesona, “Gue godain ah...”
            “Iya, Gue Karenina. Teman Lista.”Dia membalas uluran tangan Bian dan tersenyum penuh goda. Membuat Bian tergelitik untuk menyambut senyumnya.
            “Nama yang cantik dan menggoda. Seperti orangnya. Gue suka.” Jawabnya dan Karen tersenyum puas. “Dan lo adalah kakak cowok teman gue yang paling ganteng pernah gue lihat.” Balasnya dan Bian hanya tertawa.
            Karen mendongkak ke atas karna Bian tinggi untuknya, dan jarak mereka sangat dekat, sangat mepet dengan Bian menopang kedua tangannya di lemari tempat meletakkan gelas – gelas.
            “Ehm...” Suara deheman lembut menyadarkan mereka berdua. Bian tersenyum ke arah suara itu. Erika bersandar di dinding. Menatap mereka yang posenya seperti hendak berciuman itu dengan tatapan tegas.
            “Ini kembaran dan kaka gue, Erika.”
            Kakaknya hanya tersenyum, “Mereka sudah ada di depan tuh. Lista sudah ribut nyari lo. salam kenal yah.”
            Karen membalas senyumnya, “Salam kenal kak.” Dan bergegas menyusul mereka yang menunggunya. Dan Erika menatap Bian dengan tatapan sinis. “Lo!” dia menunjuk wajah Bian yang tertawa melihatnya.

            Karen langsung berlari keluar dengan menyeret kopernya dan tanpa tau malu, dia duduk di depan ketika Lista hendak duduk disitu, “Sorry, lista. Gue gak biasa duduk di belakang. Biasanya gue langsung muntah – muntah begitu, gak tau kenapa. Gak papa kan gue duduk di depan, di samping pacar lo?” Tanyanya dengan ekspresi menyesal ketika Lista menatapnya tanpa ekspresi.
            “Silahkan. Toh lo udah duduk sebangku juga dengan dia selama 3 minggu. Santai aja.” Lista tersenyum dan duduk di belakang dengan kedua temannya, Shabrina dan Cindy yang menatapnya dengan eksrpresi terkejut. Tak menyangka Karen segitu frontalnya.
            “Dasar mak lampir!” desis Shabrina gemas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar