Laman

Minggu, 03 Maret 2013

Be Yours?! DAMN! PART 7





“Pagi, kak.” Sebuah kecupan ringan dan lembut dari Lily sebagai ucapan selamat pagi untuk kakaknya, Ando yang masih enak – enakan tidur karna masih ngantuk.
            Sebal, gadis berumur 7 tahun itu manyun dan turun dari ranjang. Melihat kedua kakinya menyembul dari balik selimut, otak jahil gadis cilik itu muncul dan dengan pelan dia menggelitikinya. Hingga kakaknya tertawa dengan mata terpejam. Separuh sadar, separuh rohnya masih di alam mimpi.
            “Aduh, Lily! Udah dong. kakak masih ngantuk nih. Jangan digelitikin.” Pintanya setengah memohon, setengah tertawa karna kegelian di gelitiki Lily dengan bulu kemoceng entah nemu dimana.
           
            “Kakak bangun dong! Lily ada jadwal piket nih di sekolah!” Rajuknya sambil menggelitiki kaki Ando bahkan mulai menarik – narik bulu kakinya. Membuat Ando langsung terbangun karna kaget dengan mata merah dan melotot.
            Melihat ekspresi Lily berubah ketakutan melihatnya seperti zombie hidup, dia tersenyum. Kejahilan harus dibalas kejahilan. Begitu pikirnya. “Aku Zombie, ayooo... siapa yang mau kenalan? Akan aku gigit agar jadi zombie.” Ando turun dari ranjang dan berjalan oleng seperti orang mabuk dengan kedua tangan di depan. Seperti Vampir Cina. Membuat Lily yang parno dengan hal berdarah – darah, berteriak histeris keluar kamar meminta pertolongan.

            “Bik Ijah... Bik Ijah... tolonggg!! Lily mau digigit kak Ando jadi zombie!” Teriaknya histeris sambil berlari menuruni tangga menuju dapur. Mencari penyelamat paginya. Sedangkan Ando, tertawa terbahak – bahak sambil terus mengejarnya.

            Bik Ijah yang mendengar keributan itu hanya tersenyum karna kehadiran Lily, mampu membuat Ando tertawa lagi. Karna sebelum kehadirannya, majikannya hampir mirip mayat hidup. Melakukan apa yang dilakukan oleh manusia, namun emosinya mati dan rohnya terbang entah kemana. Tiap malam,  dia sering bermain piano dengan lagu menyayat hati atau mengurung diri di kamar kerja kakaknya dan paginya keluar dengan mata merah tanda tidak tidur.

            Mendengar majikan kecilnya semakin berteriak memanggil namanya, Bik Ijah menghentikan lamunannya dan mematikan kompor gasnya lalu menghampiri mereka. “Harus ada yang turun tangan,” Gumamnya sambil berjalan keluar. Siap mengomeli Ando untuk tidak mengganggu Lily lagi yang dia yakin pasti menangis ketakutan dan Ando yang sibuk membujukinya.

☺☺

            “Ma, bikin apa?” Tanya Lista ketika melihat mamanya dan kakaknya, Erika sedang memasak di dapur.
            “Bikin nasi goreng. Kenapa sayang?” Erza mengerut kening heran karna tak biasanya melihat Lista bangun sepagi ini dengan dandanan rapi dan yang mengejutkannya, dia memakai jepit rambut kecil yang cantik sebagai penghias rambut pendeknya, dan anting yang dulu dibelinya, dia pasang lagi. Dan bibirnya yang merah diberi lipgloss warna pink. Membuatnya terlihat lebih feminin dan segar.
            Erika menoleh ke arah adiknya dan bingung dengan perubahan mendadak. Lalu dia menghampirinya dan menempelkan telapak tangan di kening Lista. “Lo gak demam kan?” Tanyanya sambil terus menekan ke keningnya Lista yang mengerut.
            “Gue waras kak. Kenapa sih?” Tanyanya manyun sambil menyingkirkan tangan kakaknya yang mengganggu.
            “Pake anting, jepit rambut gue, lipgloss  gue, dan baju lo rapi! Lo dikasih makan apa kemaren ma Ando di rumahnya jadi kayak gini?” Erika geleng – geleng melihat perubahan adiknya yang terlalu mendadak. Lista hanya tersenyum misterius lalu mengambil roti.
            “Dan lo bikin sandwich! WAW!” Ucapnya takjub. Setau dia, Lista paling anti bikin bekal buat sarapan pagi.
            “Dikasih makan cinta kali kak sama Ando. Makanya adik kita jadi tobat kembali ke kodratnya.” Jawaban jahil dari kakaknya, Bian membuat wajahnya memerah. Namun dia cuek saja sambil terus membuat bekal yang TERPAKSA untuk Ando. Dan bukan Bian namanya kalau tak buat korbannya memerah malu. “Tuh liat di rotinya Lista ada gambar love gitu. Ciieeee... adik gueee... dandan cewek demi Ando dan bawa sarapan! WAW!” Godanya dan Lista tak menjawab. Malu...
            “Ma...” Dia selesai membuat sandwich terakhirnya dan dibuatnya di kotak makanan lalu memeluk pinggang mamanya. Minta perlindungan. “Kak Bian ngejek mulu nih. Lista malu...” Rajuknya sambil bermanja – manja ria. Membuat Erza tertawa.
            “Udah, Bian. Kasian adikmu nih. Kamu kayak gak pernah jatuh cinta aja. Apa perlu mama ingatin hal konyol yang kamu lakuin dulu?”
            Lista dan Erika saling berpandangan lalu menatap mamanya. Senyum terukir di wajah keduanya. “Bian dulu kenapa ma?” Tanya Erika sambil menatap Bian yang menatap mamanya. Minta dirahasiakan kejadian memalukannya dari kakaknya yang bernafsu membalas perlakuannya.
            Erza pura – pura tak melihat permohonan Bian yang mirip suaminya itu dan menatap Erika yang tersenyum manis. “Waktu kelas 1 SMP, papah ada cerita sama mama kalo Bian naksir sama cewek di kelasnya. Terus dia minta saran sama papah bagaimana caranya agar cewek itu naksir sama dia. Terus dikasih papahmu saran.” Jelas Erza membuat Erika melongo. Bian hanya cengengesan malu.
            “Lo masih kelas 1 SMP udah minta saran sama papah gimana caranya buat nembak cewek?! Lo parah ternyata!” Sembur Erika dan Bian tertawa.
            “Habisnya di antara mereka, Cuma dia dan lo aja yang gak terpesona sama gue. Makanya gue waktu itu penasaran dan cerita sama papah. Kalo sama lo, males. Sama Lista, apalagi. Bukannya dikasih saran, yang ada dia minta dijawabin prnya.” Gerutu Bian mengingat kejadian sintingnya waktu masih SMP dan tertawa.
            “Terus ma, papah kasih saran apa?” Tanya Lista penasaran dan mengabaikan ledekan kakaknya.
            “Papahmu dengan gayanya bilang kalau cewek itu suka coklat. Apalagi buatan sendiri di hari spesial. Jadi Bian minta diajarin sama sama mama bagaimana bikin coklat gambar love untuk cewek itu. Dia rela begadang bikin coklat untuk cewek itu sendiri. Mama gak diijinin bantuin. Cuma dibolehin kasih instruksi aja. Yang mama dan papah gak tau sampai sekarang, cewek itu apakah nerima atau tidak. Jadi papah waktu itu Cuma tertawa aja sarannya diikutin kamu, Bian.” Erza melirik anaknya yang mulai memerah dan tertawa
            Erika geleng – geleng mendengarnya. Penasaran siapa cewek beruntung yang mampu buat adiknya jungkir balik, “Nah Bian... ceweknya itu siapa? Dan dia gimana waktu lo kasih coklat?” Tanya Erika sambil melirik Bian yang mulai salah tingkah.
            “Lo kenal Gina kan?” dan Erika mengangguk. Salah satu sahabatnya waktu SMP,paling bawel dan ceroboh juga selengean yang dikenalnya. “Gue...” Bian mengacak rambutnya dan tersenyum seperti papahnya kalau sudah kepergok. Malu – malu tapi menggoda. “Kasih coklat itu sekalian nembak waktu dia ulang tahun. Dia mau dan langsung kasih ciuman pertama! Ahhahahaaa.... saran papah ampuh banget ternyata buat dapatin cewek. Wahhahaaa...” Bian tertawa terbahak – bahak melihat mamanya, Erika, dan Lista melongo mendengar pengakuan blak – blakannya. Mereka tau kedua orang tuanya berpikiran terbuka oleh zaman dan tidak akan menghakimi mereka, tapi mengaku ciuman dengan cewek waktu SMP, astagaaa...

            “Lo pacaran sama sahabat gue dan gue, saudara kembar lo gak tau sama sekali?” Erika tak habis pikir bagaimana sahabatnya menjadi korban pesona adiknya juga. Seorang Gina, astagaaa...
            Bian mengangguk dan masih tertawa. “Habisnya, kalo gue kasih tau, lo akan godain gue habis – habisan. Gue males. Hahahhaa... kami pacaran sekitar setahun. Terus putus karna dia pindah ke tempat lain. Sayang banget kan?”
           
            “Lo masih sayang gak kak ma dia?” Tanya Lista membuat Bian terdiam. Lalu nyengir. “Anak kecil kayak lo gak boleh tau. Urusin percintaan lo sana. Hahahaha...” Jawabnya membuat Lista manyun dan Bian melirik kakaknya yang masih shock dengan pengakuannya.
           
            “Tapi tetap aja sih,” Ucapnya sambil melirik kakaknya dengan penuh goda, “Gue takkan berpaling dari kak Rika. Kan dia segala – galanya dari gue.” Lalu tertawa melihat Erika mulai memerah wajahnya. Lalu dia melirik mamanya yang masih di rangkul adiknya. “Dan mama juga segalanya kok buat Bian. Tenang aja ma, mama punya tempat khusus kok buat Bian yang gak bisa diganggu gugat oleh cewek lain. Tapi jangan dikasih tau sama papah yah ma, ntar jealous.” Bisiknya lalu mencium pipi Erza yang tertawa dan mengacak rambut anaknya.

            “Gue gak nih, kak?” Lista manyun karna tak dianggap. Bian mengacak rambut pendeknya dan mengedipkan matanya. “Emang masih ada tempat, dek buat gue? Kan hati lo penuh dengan Ando semua.” Godanya membuat Lista semakin manyun dan wajahnya memerah.
            “Apa – apaan sih lo.” Ucapnya pelan dan bingung ketika papahnya menghampiri mereka dengan senyum jahil.
            “Ada Ando tuh di depan. Katanya mau berangkat bareng ke sekolah.” Kata Putra tenang sambil merangkul pinggang Erza tanpa malu – malu di depan ketiga anaknya.
            “HAH?!” Lista melongo maksimal. “Benar – benar bikin malu nih anak!” gerutunya dalam hati.
            “Ciieeeeee... yang dijemput yayangnya ke sekolah. Kayak pangeran jemput tuan putri aja.” Kata Bian sambil menepuk pundak Lista yang wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.
            “Kenapa dia jemput gue?” Tanpa sadar dia bergumam dan membuat Bian semakin ngakak.
            “Karna dia pacar lo. udah sana! Lo berangkat sekolah deh sama yayang Ando tercinta, terkasih, terpuja deh. apalah pokoknya.” Kata Bian sambil mendorong Lista keluar dapur diikuti Erika yang membawa bekal bikinan Lista yang ketinggalan.

            Meliat ketiga anaknya meninggalkan dapur, Putra mengecup bibir Erza pelan dan tersenyum. “Pagi, sayang. Sini, aku bantuin.” Kata Putra sambil membantu Erza menyiapkan sarapan paginya.

♥ ♥

          “Hai...” Sapanya dan tercengang melihat Lista keluar dengan dandanan yang berbeda dan tangan kananya yang membawa bekal. Membuatnya tersenyum.
            “Apa lo senyum – senyum?!” Ketusnya dan risih ketika Ando meliriknya dari atas ke bawah. Seolah mengujinya.
            “Gak... lo cantik.” Pujinya tulus membuatnya hanya mencibir. Berusaha untuk tidak memerah kesekian kalinya.
            “Yuk...” Ando mengulurkan tangannya. Melihat Lista tak jua menyambutnya, dia menarik tangan Lista dan keluar dengan bergandengan tangan. Tanpa menyadari kedua kakaknya Lista cekikikan melihatnya dari jendela.
           
            “Mereka romantis yah.” Ucap Erika namun Bian tak meresponnya. Dia terlihat sibuk berpikir. Membuatnya mengerutkan kening.
            “Kenapa lo, Bian?” Tegur Rika melihat adiknya diam. Biasanya cerewet luar biasa kalau melihat ada yang bisa dia goda.
            “Lo ingat gak igauan Lista malam tadi?” Tanyanya dengan nada suram. Membuat Erika terdiam. Mengingat rentetan kejadian ketika Lista mengigau sambil menangis dan berteriak ketakutan memanggil nama seseorang yang dibencinya dan nama Ando sempat disebutnya berkali - kali. Kalau saja Bian tidak mengusulkan padanya ntuk tidur diam – diam di kamar adiknya. Mungkin mereka takkan tau. Mengingat kamar Lista kedap suara.

            “Lo curiga Ando berhubungan dengan masa itu?!” Dan Bian mengangguk yakin tanpa meliriknya. “ BIAN! Udah gue jelasin berkali – kali! lo juga dengar kan, Dia berteriak minta tolong sama Ando! bukan menolak kehadirannya!” Erika menggeram marah karna Bian tak jua mengerti walau sepanjang malam mereka bertengkar membahas igauan adiknya.
            “Gue tau kak. Kayaknya, kita harus bilang sama mama dan papah kak soal ini.” Putusnya tiba – tiba. Membuat Erika melongo.
            “Dek! Lo kan tau dia udah percaya dengan kita untuk menjaga rahasianya?! Dan lo mau bilang sama mama dan papah?! Lo akan hancurin kepercayaan yang dia buat untuk kita, dek! Lo tau kan berapa lama kita membuatnya cerita apa yang sebenarnya terjadi?! SETAHUN! Setahun yang lewat, setelah bajingan itu pergi meninggalkannya, baru dia cerita dengan kita!” Napasnya naik turun penuh emosi menjelaskan secara rinci. Untung saja kedua orang tuanya sudah pergi sekarang. Jadi dia bebas berteriak senyaring – nyaringnya.

            “Dan lo biarin dia mimpi ketakutan tiap malam?! Gue yang gak bisa melihatnya, kak! Lo tega liat adik lo nangis tiap malam, ketakutan dan memeluk dirinya sendiri?! Bahkan malam tadi dia tidak mengenali gue, Kak! Lo liat kan pas malam tadi gue nyentuh punggung dia, dia langsung meloncat menjauh dengan tatapan ketakutan?! Itu artinya, dia malam tadi melihat gue sebagai BERENGSEK itu! Bukan kakak yang melindunginya!” Bian balas berteriak dan matanya melotot marah serta ekpresi wajahnya berubah bengis. Membuat Erika terdiam. Sisi Bian yang lain keluar lagi. Penuh emosi dan dendam yang menyala di matanya. Membuatnya ketakutan. Karna dia tau apa akibatnya, Bian akan kalap dan kejadian beberapa tahun itu akan terulang lagi.

            “Kita udah cerita dengan tante Adel soal ini, Bian.” Erika memelankan suaranya. Supaya adiknya ikutan tenang. “Tak ada yang bisa kita lakuin kalo Lista tak pernah mau menceritakan mimpinya ke kita, dek. Menceritakan ke mama dan papah akan memperburuknya. Lo ingat saran tante Adel kan?” Tanyanya dan Bian mengangguk.
            “Biarkan Lista yang memutuskan sendiri. Menghadapi, atau selalu ketakutan dengan masalahnya lalu membungkusnya dengan keras kepalanya yang sudah mendarah daging.” Bian mengulang ucapan tantenya ketika mereka diam –diam menceritakannya dan memohon untuk tidak bercerita pada orang tuanya.
           
            “Jadi apa yang harus kita lakuin, kak? Lo mau kita diam dan melihat semuanya seolah biasa aja?” Suara Bian terdengar putus asa.
            “Adek kita keras kepala, Bian. Gak ada yang bisa kita lakuin kalau dia masih begitu. Gak ada....” Erika menjawab dengan tak kalah putus asanya. Dia menyerah untuk bertanya kepada Lista. Karna semakin ditanya, adiknya semakin menutup diri. Jadi yang hanya bisa dilakukan adalah menunggu waktu melumerkan keras kepala adiknya untuk bercerita.

♥ ♥

         
            “Lis...” Panggil Ando ketika gadis itu diam saja sepanjang perjalanan. Tidak bersuara.
            “Besok – besok lo gak usah jemput gue lagi.”
            “Kenapa?”
            “Gue bukan tipe cewek yang suka di antar – jemput sekolah oleh cowok. Gue serasa tergantung, tauk!”
            “Rumah kita searah kan? lagipula, lo pacar gue. Wajar dong gue antar – jemput lo sekolah. Gue melakukan apa yang gue mau dan lo harus bisa menurut. Suka atau tidak.” Ando mengeluarkan aura bossynya. Membuat Lista muak.

            “Berhenti disitu.” Lista menunjuk tepian jalan. Dengan bingung Ando menurut untuk menepi mobil Jeepnya. Padahal sekolah sudah dekat.
            Tanpa diduga, Lista melepas sabuk pengamannya dan melompat turun dari mobil Ando sambil membanting pintunya dengan keras lalu berjalan kaki ke sekolah.

            Sadar, Ando turun dari mobilnya dan mengejar Lista. Tak menyangka responnya seperti ini. Membuatnya langsung naik darah seketika. Tak pernah sekalipun cewek menolak perlakuan istimewanya. Dan Lista menolaknya? Hmm...

            Ando menarik tangan Lista dari belakang hingga gadis itu mundur ke belakang. Dan mereka berhadapan. “Masuk mobil.” Perintahnya tenang. Namun tatapan mata mengancam. Cukup membuatnya ketakutan. Tapi tak ingin ditunjukkannya.
            “Gak! Gue mau jalan kaki!” Lista menolak mentah – mentah dan berusaha melepas cekalan di lengannya yang mengerat. Membuatnya kesakitan.
            “Gue gak pernah ditolak oleh cewek lain, Lista. Semua perlakuan istimewa gue membuat mereka seperti ratu sehari. Dan lo?” Ando tersenyum mengejek. “Lo menolak perlakuan istimewa gue? Berani sekali, sayang.” Ucapnya tenang namun menebarkan aura penuh ancaman di sekitarnya. Entah kenapa Lista merinding. Dia akan berani melawan kalau perlu menendangnya kalau Ando berteriak memaksanya, bukan seperti ini. Tenang namun membunuhnya perlahan.
            “Sesekali lo harus ditolak biar gak besar kepala!” Sahutnya tajam sambil terus berusaha melepas cekalan Ando yang semakin erat. Bahkan membuat lengan disekitarnya memerah.
            “Kenapa?” Tanya Ando sinis melihat Lista menggigit bibirnya. Menahan kesakitan karna ulahnya.
            “Sakit...” Jawab Lista pelan. Dia tak bohong. Lengannya sakit luar biasa karna Ando erat memegangnya. Bahkan dia yakin lengannya akan membiru.
            “Gue akan lepasin kalo lo mau masuk mobil dan bareng ke sekolah, kalau gak, jangan harap gue lepasin!”
            “Mimpi aja lo sana kalau begitu! Gue gak tahan semobil dengan cowok yang bisa memerintah gue seenak dengkul! Sudah cukup lo nyuruh gue dandan kayak cewek tulen, bawa bekal buat lo, dan sekarang gue harus ikutin kemauan lo?! cari cewek sana yang bisa lo suruh sesuka hati! Yang bisa lo suruh untuk telanjang kalau perlu!”

            Habis kesabaran Ando menghadapinya, dengan sekali gerak, dia menarik Lista masuk mobil. Tanpa mempedulikan gadis itu menjerit kesakitan karna lengannya ditarik paksa.

            “Lo gak bisa giniin gue, Ndo!” Lista ketakutan sekarang. Dia berada di mobil Ando dengan sabuk pengaman melingkar di tubuhnya, tangannya diikat di belakang dan pinggangnya dibuat menyatu dengan jok kursi dengan tali putih yang melingkarinya. Supaya dia tak kabur.
          “Oh... gue bisa, sayang. Melakukan apapun agar lo nurut. Dan lo tak punya kuasa untuk membantahnya.” Ando menjalankan mobilnya dan cuek ketika Lista terang – terangan menggerakkan tubuhnya untuk melepas ikatan di tangannya.
            “Gue ikat mati tuh talinya. Jadi lo gerak kayak gimanapun gak ada ngaruhnya. Kecuali kuku lo bisa berubah jadi pisau untuk motong. Baru bakal terlepas.” Ucapnya tenang. Membuat gerakannya terhenti.

            Lista menghentakkan kakinya di mobil. Saking kesalnya dia sampai ingin menangis. Namun dia tak mau Ando menang karna tangisnya. “Kuat, Lista.” Dia mengucapkannya berkali – kali dalam hati.

--

            Sesampai di parkiran sekolah, Ando menatap Lista yang membuang muka dan tangannya mmemegang pipinya untuk mengubah posisi agar menatap ke arahnya dan menangkupnya. Menunjukkan siapa yang berkuasa di antara mereka. “Lo cantik, Lista.” Pujinya sekali lagi.
            “Dan lo sangat jelek sekali! Kayak iblis!” Lista menjawabnya tanpa ragu dan Ando hanya tertawa.
            “Iya. Gue iblis, yang terluka, Lis.” Ucapnya membuat Lista terdiam. Bayangan Ando yang menangis dipelukannya hadir lagi. Tanpa menyadari Ando menatapnya intens dan mengelus bibirnya yang lembut karna lipgloss yang dia minta dari kakaknya.
            “Gue penasaran, lipgloss yang lo gunain rasanya gimana yah?  Hmm...” Ucapnya dengan nada menggoda membuat Lista merah padam.
            “Lo...” Ucapnya dengan nada marah. Namun terlambat, Ando mencium bibirnya dengan lembut bahkan setengah memaksa untuk membuka mulutnya, menjilat kedua bibirnya dengan lembut. Menghapus lipgloss yang dia pakai tanpa tersisa.
            Dia menggigit bibir bawahnya dengan agak keras dan paksaan, bahkan, Entah sejak kapan Ando sekarang duduk di pangkuannya. Dengan tangan mengurung di kiri kanannya. Dia tak bisa bergerak kemana – mana. Dan dengan kuasanya, Ando bermain di dalam mulutnya dengan lihai. Seolah sering dia lakukan. Membuatnya mengerang.
            Ando melepas ciuman panasnya dan memberikan kecupan serta gigitan keras di lehernya berkali – kali dan menjalar ke tengkuk hingga gadis itu mengernyit kesakitan. Dia semakin menghentak – hentakkan kakinya agar  Ando menghentikan perbuatannya. Namun dia tak bergeming. Dia hanya ingin gadis tau, dia takkan pernah main – main dengan ancamannya.
            Puas, dia mengubah posisinya menjadi di samping Lista dan menggunting tali yang melingkar di tangan dan pinggangnya lalu melepas sabuk pengamannya. Tanpa mempedulikan Lista mati – matian menahan tangis atas pelecehannya.

            PLAK! Lista langsung menampar Ando sangat keras hingga pipi cowok itu memerah. dengan tatapan marahnya, Ando langsung mencekal lengannya. “Lo...” Bisiknya penuh emosi yang ditahan. “Jangan buat gue emosi disini dan melakukan hal yang lebih parah dari ini, sayang. Lo udah buat gue melanggar janji yang gue buat sendiri!”
            “Lo Iblis! Nyesal gue kemarin sempat simpati sama penderitaan lo!” Lista berteriak histeris dan  dengan kasar menghapus air mata yang turun dengan derasnya lalu menunduk untuk menggigit tangan Ando yang menyakiti tangannya. Dengan cepat dia membuka pintu mobil dan turun dari mobil Ando dengan emosi dan berlari menuju kelas. Meninggalkan Ando yang langsung mengejarnya.

♥ ♥

          “Kenapa gue menciumnya? Bodoh! Seharusnya gue gak lakuin kayak gitu! Prinsip lo kan JANGAN mencium cewek kalau gak cinta! Dan lo melakukannya?! Padahal lo gak ada rasa sama Lista! Great, Ando!” Rutuknya dalam hati. Emosinya hilang sudah. Yang ada penyesalan mendalam ketika melihat sorot mata Lista yang sangat ketakutan ketika dia menciumnya tanpa ada kelembutan sama sekali. Dan tamparan Lista masih nyut – nyutan di pipinya. Meninggalkan bekas memerah disana.
            “Semoga dia maafin gue. Gue benar – benar seperti pemerkosa jadinya...” Keluhnya sambil berlari ke kelas.

            “Lis...”Ando memanggilnya ketika Lista duduk dengan melipat kedua tangannya di meja dan wajahnya menunduk. Ketika menoleh, ekspresi ketakutan itu hadir dan Lista langsung berdiri sambil mundur ketika dia berjalan maju dan dia melipat tangan ke dadanya, seolah melindungi dirinya.          “Jangan dekatin gue... jangan... jangan...” Ucapnya penuh ketakutan. Bibir digigitnya keras.
           
            “Gue minta maaf. Gue tau tadi salah besar mencium lo. tapi, gue gak suka lo membantah keinginan gue, Lis. Gue kehilangan kendali. Lis... please... jangan menjauh.”

            “Jangan dekatin gue! Jangannnn...” Lista berteriak histeris hingga terhenti karna dia menabrak tembok dan terduduk sambil memeluk lututnya. Ketika Ando menyentuh lengannya, dia langsung bereaksi dengan tatapan penuh ketakutan, bibir yang bergetar, dan tubuhnya dingin seketika.
            “Jangan dekatin gue... pergi! Pergi!” Lista mendorong Ando menjauh. Namun kekuatannya kalah dan akhirnya dia membiarkan dirinya dipeluk Ando.
            “Maafin gue. Gue janji gak akan bertingkah konyol kayak tadi.”
            Lista semakin berontak di pelukannya. Namun Ando semakin erat memeluknya hingga tubuhnya hampir remuk.
           
            Tiba – tiba ada yang menarik kerah bajunya pelan. Dengan geram dia menoleh dan bingung ketika Cindy berdiri di belakang dengan wajah cemas.
            “Menjauh dari sahabat gue, Ndo. Please... lo gak tau dia. Dia bukan Lista yang lo kenal sekarang.” Bujuknya dan dengan patuh dia menjauh lalu membiarkan Cindy membantu Lista berdiri.
            “Lis...” Panggilnya namun dia hanya menatapnya kosong. Tak ada reaksi. Dan dia hanya memeluk Cindy dengan erat. Seolah tak ingin terpisah.
            “Nanti...” Kata Cindy sebelum mengantarkan Lista ke UKS melihat sahabatnya pucat luar biasa. “Kita akan ngomong. Dan gue yang antar dia pulang.” Lanjutnya dia memapah Lista yang lemas keluar kelas. Ketika Ando hendak membantunya. Cindy menggeleng. Menolaknya.
♥ ♥

            “Kau tak tau diriku. Dan aku takkan pernah memberitahumu siapa aku.”

           
            Sorry. Gue gak akan pernah maksain kehendak lagi, Lis.” Ucapnya tulus ketika melihat Lista sekarang tertidur di UKS. Ando merasa sangat bersalah sehingga tak bisa konsentrasi dengan pelajarannya. Ketika bel istirahat berbunyi, dia langsung lari ke UKS untuk melihat Lista dan lega karna wajahnya sudah tak pucat lagi. Dia mencoba mengelus kepala Lista pelan. Takut gadis itu terbangun lalu berteriak ketakutan melihatnya. Tapi, dia melihat Lista tersenyum samar dan napasnya terdengar santai. Tanpa sadar dia tersenyum.
            “Nanti, kita ke pasar buat cariin suaminya Hannah Montana, yah.” Bisiknya dan menoleh ke belakang ketika pintu UKS terbuka dan dia melihat Cindy masuk lalu tersenyum.
            “Lista masih tidur?” Tanyanya dan menyodorkan air mineral ke arahnya.
            “Iyaa... Gue sempat mikir lo akan menghajar gue karna nyakitin dia.”
            Cindy tertawa mendengarnya, “Sedetik yang lalu gue memang sempat ingin menghajar lo karna buat sahabat gue nangis. Tapi, gue sadar, lo gak tau apa – apa soal Lista. Dia rumit, Ndo. Lo gak akan bisa menyentuhnya seperti lo lakukan kayak tadi. Gue gak tau dan gak peduli gaya pacaran lo dengan cewek – cewek lain. Tapi... gaya pacaran lo itu jangan di terapin ke Lista. Dia luarnya aja kuat, dalamnya rapuh banget.” Cindy memandang sendu sahabatnya yang pulas tertidur.
           
            “Sejak kapan lo sahabatan sama dia?”
            “Gue satu SMP dan sekelas sama dia selama 3 tahun. Cukup membuat gue tau seperti apa Lista sekarang.”
           
            Ando tersenyum. “Bisa kita ngobrol di tempat lain? Ada yang ingin gue ketahui soal sahabat lo.”

♥ ♥

          “Apa yang lo tau soal Lista, Ndo?” Tanyanya sambil menatap Ando santai saja walau banyak cewek yang dari tadi melihatnya di kantin sekolah. Ando bukannya tak sadar. Tapi dia tak peduli. Entahlah, sejak memutuskan untuk pacaran dengan Lista, dia tak ada niat untuk flirting cewek yang meliriknya terang – terangan atau sembunyi. Dulu, dia bawa pacarpun tetap memberi sinyal pada cewek lain lalu menjadikannya target selanjutnya. Sekarang, meliriknya saja malas. Apalagi menjadikannya target.

            “Santai aja Cind. Gak usah gelisah gitu.” Ando geli melihat Cindy merasa aneh sendiri karna berduaan dengannya. Dia merasa cewek – cewek di kantin seperti ingin menerkamnya saja ketika dia berduaan dengan Ando. mungkin kalau dia adalah Lista, takkan ada yang berani. Mengingat pesonanya membuat mereka mundur dan para cowok ingin mendekatinya.

            “Gue seperti ingin dimakan oleh para mantan lo tuh! Lo sih kebanyakan mantan! Kalau pengen banyak mantan, cari aja sana di sekolah lain! Jangan disini!” Gerutunya ketika melihat Pamela, cewek seksi dan cantik namun seperti tante – tante karna make – up terlalu tua, cewek terakhir yang dipacari Ando selama tiga hari meliriknya dengan tatapan merendahkan ketika lewat di hadapannya.
            Ando tertawa terbahak – bahak dan menatap cewek yang meliriknya di sebelahnya lalu mengedipkan matanya. Kemudian dia berpaling menatap menatap Cindy intens sambil tersenyum menggoda. Tanpa mempedulikan kedipan matanya membuat para cewek semakin ingin mendepak Cindy jauh – jauh. “ Yaaa... maklumin aja deh. pesona gue memang tak tertahankan.” Ucapnya narsis membuat Cindy tertawa.
            “Hahahaa.. balik ke pertanyaan tadi, sejauh apa lo kenal Lista?” Cindy mengubah topik pembicaraan dan membuat Ando terdiam.
            “Gue... Cuma tau dia punya kakak kembar yang over – protective dan dia pernah dilecehkan oleh segerombolan cowok waktu dia kelas 1 SMP dan itu yang merubahnya menjadi tomboy. Itu aja.”

            Cindy mengaduk – aduk minumannya. Dia tau semuanya dari Lista yang setiap hari menelponnya. Memberi laporan bagaimana sifat Ando padanya dan keraguan gadis itu pada perasaannya sendiri. Tak ada yang tak dia ketahuinya.
            “Berarti lo tau banyak, Ndo. Kan bagus.”
            “Tetap aja sifat Lista yang takut sama sentuhan bikin gue bingung. Kenapa? Ada apa? Dua hal itu menari – nari di otak gue. Gue tau seharusnya gak usah peduliin dia mengingat kami pacaran karna dia kalah taruhan, tapi... entahlah, gue seperti ingin menjaganya, melindungi dan tak ingin ada seorang pun yang mendekatinya kecuali gue. Perasaan ini yang gak pernah gue rasain sama mantan – mantan gue sebelumnya. Biasanya mau mereka jatuh kek, jungkir balik kek, mau gue gak peduli. Tapi Lista, gue gak bisa menutup mata dan menganggapnya baik – baik aja.”
            Cindy terdiam. Dia tau seperti apa rasanya menjadi Ando ketika frustasi dengan perasaannya sendiri. “Lo jatuh cinta sama Lista tanpa lo sadari, Ndo.” Batinnya.
           
            “Gue gak tau, Ndo. Tapi, kalaupun tau, gue juga gak yakin. Jadi, saran gue, rubah sifat bossy lo ke dia. Lo akan buat dia merana. Gue tau maksud lo baik untuk mengubah dia menjadi cewek, anggun, dan apalah namanya. Tapi dia berubah ada alasannya, Ndo. Dan lo gak mungkin menyuruhnya berubah seenaknya tanpa memikirkan perasaannya. Biarkan dia berubah perlahan – lahan, bukan tertekan karna sifat lo. Kalo Lista mulai keras kepala, lo berusaha turunin ego. Kalau tidak, ini akibatnya. Dia akan melakukan hal sinting, Ndo. Kedua kakaknya aja akan mundur perlahan kalau Lista mulai keras. Padahal gue tau sifat kakaknya itu lebih keras dari Lista, apalagi kak Bian. Wih... puyeng lo kalau liat mereka berantem. Kayak bukan kakak dan adik lagi. Tapi kayak musuh bebuyutan!” Cindy menjelaskan panjang lebar dan Ando hanya mengangguk.
            “Satu hal lagi, Ndo...” Cindy terdiam lalu menatapnya lama.
            “Jauhin Lista sampai dia siap menerima lo kembali. dia butuh waktu untuk pulihin mentalnya yang ambruk karna arogansi lo.”
            Ando mengacak – acak rambutnya. Entah kenapa, keputusan Cindy menjauh dari Lista bukan hal yang bagus. “Bagaimana gue bisa tau hal itu terjadi?”
            Cindy terdiam. Dia bisa melihat frustasi Ando di matanya. “Lo akan tau hal itu, Ndo. Tapi kalau itu terjadi, bersumpahlah untuk tidak melakukan hal seperti ini lagi atau lo akan kehilangannya.”
            “You can keep my words, Cind.” Ucapnya yakin baik dalam mulutnya, dan hatinya. Membuat Cindy tersenyum.

            “Apa Lista itu tomboy sejak SMP atau gimana?”
            Dia menggeleng. “Lista itu feminin luar biasa waktu SMP, Ndo. Dia cewek paling cantik yang pernah gue liat. kayak barbie. Kemana – mana selalu memakai dress atau rok. Sepatu flat atau wedges itu wajib dipakai kalau jalan sama kami. Lo gak akan pernah liat dia pakai celana jins atau baju belel kayak sekarang dan sepatu kets bahkan sandal jepit setiap keluar rumah. Gue punya fotonya waktu photobox di mall. Ini dia.” Cindy mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto mereka waktu SMP dan Ando tercengang dibuatnya. Lista yang di foto lebih cantik. Bahkan lebih cantik daripada kakaknya. Dengan rambut hitam yang panjang terurai, senyum yang menawan. Dengan dress motif bunga – bunga bewarna cerah, dia lebih cantik di antara teman – temannya yang lain di foto itu. Berbeda dengan sekarang, Lista yang urakan, terkesan tak peduli penampilan dan tatapan matanya yang selalu waspada bila di dekati cowok.
           
            “Kenapa dia berubah setelah SMA? Apa dia bohongin gue waktu cerita kalau dia tomboy setelah kejadian itu? Kalo iya, kenapa?”  Tanpa sadar Ando mengatakan pemikirannya. Membuat Cindy terdiam dan langsung merebut ponselnya dengan gugup.
            “Gue terlalu banyak omong ternyata,” Tawanya gugup ketika Ando memegang tangannya dan tersenyum. Membuatnya terpaku. “Kenapa harus gue yang duduk disini dan terpesona dengan senyum lo, Ndo?!” jeritnya dalam hati.
            “Cind...” Ando menatapnya dalam. Dia tau soal Lista lebih dari siapapun dan dia ingin mengetahuinya juga.
            “Gue gak akan kasih tau siapa – siapa, Cind. Lo boleh gorok leher gue sampai putus kalau rahasia dia bocor.” Ando mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Cindy yang mengetuk meja dengan jarinya.
            Cindy menatapnya. Mencari keseriusan dalam setiap ucapannya. Kemudian menggeleng kuat – kuat.
            “Gue gak ada hak untuk bocorin rahasia dia, Ndo. Walaupun gue sangat ingin, tapi gue gak bisa. Lo lebih baik tau dari Lista sendiri daripada gue. Gue gak ingin persahabatan kami hancur karna itu,”
            Please, Cind. Gue pengen tau soal dia. Biar gue gak selalu mengukur – ukur bagaimana perasaannya setiap perlakuan dia ke gue. Gue bingung, kenapa dia menolak kehadiran gue sejak pertama kali ketemu? Gue gak pernah ketemu dia dan mencari masalah, tapi dia lari setiap liat gue. Itu yang aneh.”
            “Karna lo mirip dia, Ndo.” Jawab Cindy akhirnya.
            “Dia? Siapa?”

            “Sorry, Lis. Lo boleh bunuh dia setelah ini. Tapi Ando memang harus tau. Dia gak tau apa – apa soal lo.” Gumam Cindy dalam hati.

            “Dulu...” Cindy menatap Ando sekali lagi. Meyakinkan diri bahwa inilah keputusannya. “Lista punya cowok. Namanya Dylan. Dia satu sekolah dengan kedua kakaknya Lista.  Dia mengejar – ngejar Lista sejak kelas 1 SMP dan dia juga naksir tapi jual mahal. Takut kalau dia mengejarnya hanya karna apa yang dia punya. Sampai Lista kelas 3 SMP dan Dylan kelas 3 SMA, mereka pacaran dan gue gak pernah liat Lista sebahagia itu. Walau kedua kakaknya melarang, apalagi Bian yang tau reputasi Dylan yang playboy dan beberapa kali sebelum mendekatinya, menggoda Erika. dia gak peduli. Karna baginya, ini hidupnya, urusannya dan Dylan berubah karna dia. Mereka ngalah dengan keras kepalanya Lista. Sampai akhirnya...”

            Cindy terdiam dan menghela napas. Tak sanggup menceritakannya betapa hancurnya Lista ketika tau cowok yang dicintainya, yang dibelanya di depan kedua kakaknya, menghancurkannya tanpa ampun. “Mereka putus karna Lista tau dia dijadikan taruhan oleh teman – temannya Dylan dengan harga tinggi. Padahal Lista sangat, sangat sayang sama Dylan. Tapi kenyataan begitu membuatnya hancur total. Sejak saat itu, dia merubah total penampilannya agar dia tak dipermainkan cowok lagi. Pertama kali liat lo, dia menemukan satu yang di diri Dylan ada sama lo, Playboy. Makanya dia menolak habis – habisan perlakuan lo. dia menutup hatinya untuk cowok yang memacari cewek kemudian membuangnya, Ndo.” Tutupnya membuat Ando tertegun. Satu rahasia terkuak lagi. Membuatnya diam. Tak tau apa yang harus diucapkan.
           
            Cindy melihat ekspresi Ando, termenung. “Makanya gue bingung waktu Lista cerita  kalau kak Erika sampai nantang lo bertanding dan sempat menggodanya. Mengingat kak Erika adalah tipe cewek paling ideal buat lo pacari. Gue mikirin banget dan akhirnya gue tau maksudnya apa. Tapi... ada untungnya lo sama kak Erika, kalau lo sama kak Bian, gue gak jamin lo bisa duduk enak di depan gue  tanpa  bagian tubuh lo yang patah. Mengingat dia, atlet Judo yang sudah beberapa kali menang di  Luar negeri dan sudah beberapa kali bikin cowok patah tulang hidung, patah kaki, encok, dsb karna berani macam – macam sama Lista. Dia luarnya doang yang suka melucu, menggoda, bahkan jahil. Tapi kalau sudah ada yang bikin Lista nangis atau kak Erika marah, jangan pernah lo selamat. He had two face who you can’t imagine it.” Cindy menutupnya dengan meminum pesanannya. Lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

            “Oh iya, tadi pas di UKS Lista ada nitip ini untuk lo.” Cindy memberikan kotak makanan Lista ke arah Ando. ketika dibukanya, Sandwich buatan Lista untuknya. Membuatnya semakin menyesal karna menyakiti gadis itu.
            “Gue sempat bingung mengingat dia gak suka bawa bekal. Tapi pas dia bilang ini untuk lo, gue langsung ngerti. Gue pergi dulu yah, mau nyamperin Lista.” Ucapnya lalu berdiri dan meninggalkan Ando yang terdiam. Bertanya pada hatinya. Kemudian tersenyum.
            “Gue akan buktiin kalau gue beda dengan mantan lo, Lis.” Ucapnya yakin.
           

♥ ♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar