“Pagi, kak.” Sebuah kecupan ringan dan
lembut dari Lily sebagai ucapan selamat pagi untuk kakaknya, Ando yang masih
enak – enakan tidur karna masih ngantuk.
Sebal,
gadis berumur 7 tahun itu manyun dan turun dari ranjang. Melihat kedua kakinya
menyembul dari balik selimut, otak jahil gadis cilik itu muncul dan dengan
pelan dia menggelitikinya. Hingga kakaknya tertawa dengan mata terpejam.
Separuh sadar, separuh rohnya masih di alam mimpi.
“Aduh,
Lily! Udah dong. kakak masih ngantuk nih. Jangan digelitikin.” Pintanya
setengah memohon, setengah tertawa karna kegelian di gelitiki Lily dengan bulu
kemoceng entah nemu dimana.
“Kakak
bangun dong! Lily ada jadwal piket nih di sekolah!” Rajuknya sambil
menggelitiki kaki Ando bahkan mulai menarik – narik bulu kakinya. Membuat Ando
langsung terbangun karna kaget dengan mata merah dan melotot.
Melihat
ekspresi Lily berubah ketakutan melihatnya seperti zombie hidup, dia
tersenyum. Kejahilan harus dibalas kejahilan. Begitu pikirnya. “Aku Zombie,
ayooo... siapa yang mau kenalan? Akan aku gigit agar jadi zombie.” Ando
turun dari ranjang dan berjalan oleng seperti orang mabuk dengan kedua tangan
di depan. Seperti Vampir Cina. Membuat Lily yang parno dengan hal berdarah –
darah, berteriak histeris keluar kamar meminta pertolongan.
“Bik
Ijah... Bik Ijah... tolonggg!! Lily mau digigit kak Ando jadi zombie!”
Teriaknya histeris sambil berlari menuruni tangga menuju dapur. Mencari
penyelamat paginya. Sedangkan Ando, tertawa terbahak – bahak sambil terus
mengejarnya.
Bik
Ijah yang mendengar keributan itu hanya tersenyum karna kehadiran Lily, mampu
membuat Ando tertawa lagi. Karna sebelum kehadirannya, majikannya hampir mirip
mayat hidup. Melakukan apa yang dilakukan oleh manusia, namun emosinya mati dan
rohnya terbang entah kemana. Tiap malam,
dia sering bermain piano dengan lagu menyayat hati atau mengurung diri
di kamar kerja kakaknya dan paginya keluar dengan mata merah tanda tidak tidur.
Mendengar
majikan kecilnya semakin berteriak memanggil namanya, Bik Ijah menghentikan
lamunannya dan mematikan kompor gasnya lalu menghampiri mereka. “Harus ada yang
turun tangan,” Gumamnya sambil berjalan keluar. Siap mengomeli Ando untuk tidak
mengganggu Lily lagi yang dia yakin pasti menangis ketakutan dan Ando yang
sibuk membujukinya.
☺☺
“Ma,
bikin apa?” Tanya Lista ketika melihat mamanya dan kakaknya, Erika sedang
memasak di dapur.
“Bikin
nasi goreng. Kenapa sayang?” Erza mengerut kening heran karna tak biasanya
melihat Lista bangun sepagi ini dengan dandanan rapi dan yang mengejutkannya,
dia memakai jepit rambut kecil yang cantik sebagai penghias rambut pendeknya,
dan anting yang dulu dibelinya, dia pasang lagi. Dan bibirnya yang merah diberi
lipgloss warna pink. Membuatnya terlihat lebih feminin dan segar.
Erika
menoleh ke arah adiknya dan bingung dengan perubahan mendadak. Lalu dia
menghampirinya dan menempelkan telapak tangan di kening Lista. “Lo gak demam
kan?” Tanyanya sambil terus menekan ke keningnya Lista yang mengerut.
“Gue
waras kak. Kenapa sih?” Tanyanya manyun sambil menyingkirkan tangan kakaknya
yang mengganggu.
“Pake
anting, jepit rambut gue, lipgloss gue, dan baju lo rapi! Lo dikasih makan apa
kemaren ma Ando di rumahnya jadi kayak gini?” Erika geleng – geleng melihat
perubahan adiknya yang terlalu mendadak. Lista hanya tersenyum misterius lalu
mengambil roti.
“Dan
lo bikin sandwich! WAW!” Ucapnya takjub. Setau dia, Lista paling anti
bikin bekal buat sarapan pagi.
“Dikasih makan cinta kali kak sama
Ando. Makanya adik kita jadi tobat kembali ke kodratnya.” Jawaban jahil dari
kakaknya, Bian membuat wajahnya memerah. Namun dia cuek saja sambil terus
membuat bekal yang TERPAKSA untuk Ando. Dan bukan Bian namanya kalau tak buat
korbannya memerah malu. “Tuh liat di rotinya Lista ada gambar love gitu.
Ciieeee... adik gueee... dandan cewek demi Ando dan bawa sarapan! WAW!” Godanya
dan Lista tak menjawab. Malu...
“Ma...”
Dia selesai membuat sandwich terakhirnya dan dibuatnya di kotak makanan
lalu memeluk pinggang mamanya. Minta perlindungan. “Kak Bian ngejek mulu nih.
Lista malu...” Rajuknya sambil bermanja – manja ria. Membuat Erza tertawa.
“Udah,
Bian. Kasian adikmu nih. Kamu kayak gak pernah jatuh cinta aja. Apa perlu mama
ingatin hal konyol yang kamu lakuin dulu?”
Lista
dan Erika saling berpandangan lalu menatap mamanya. Senyum terukir di wajah
keduanya. “Bian dulu kenapa ma?” Tanya Erika sambil menatap Bian yang menatap
mamanya. Minta dirahasiakan kejadian memalukannya dari kakaknya yang bernafsu
membalas perlakuannya.
Erza
pura – pura tak melihat permohonan Bian yang mirip suaminya itu dan menatap
Erika yang tersenyum manis. “Waktu kelas 1 SMP, papah ada cerita sama mama kalo
Bian naksir sama cewek di kelasnya. Terus dia minta saran sama papah bagaimana
caranya agar cewek itu naksir sama dia. Terus dikasih papahmu saran.” Jelas
Erza membuat Erika melongo. Bian hanya cengengesan malu.
“Lo
masih kelas 1 SMP udah minta saran sama papah gimana caranya buat nembak
cewek?! Lo parah ternyata!” Sembur Erika dan Bian tertawa.
“Habisnya
di antara mereka, Cuma dia dan lo aja yang gak terpesona sama gue. Makanya gue
waktu itu penasaran dan cerita sama papah. Kalo sama lo, males. Sama Lista,
apalagi. Bukannya dikasih saran, yang ada dia minta dijawabin prnya.” Gerutu
Bian mengingat kejadian sintingnya waktu masih SMP dan tertawa.
“Terus
ma, papah kasih saran apa?” Tanya Lista penasaran dan mengabaikan ledekan
kakaknya.
“Papahmu
dengan gayanya bilang kalau cewek itu suka coklat. Apalagi buatan sendiri di
hari spesial. Jadi Bian minta diajarin sama sama mama bagaimana bikin coklat
gambar love untuk cewek itu. Dia rela begadang bikin coklat untuk cewek itu
sendiri. Mama gak diijinin bantuin. Cuma dibolehin kasih instruksi aja. Yang
mama dan papah gak tau sampai sekarang, cewek itu apakah nerima atau tidak.
Jadi papah waktu itu Cuma tertawa aja sarannya diikutin kamu, Bian.” Erza
melirik anaknya yang mulai memerah dan tertawa
Erika
geleng – geleng mendengarnya. Penasaran siapa cewek beruntung yang mampu buat
adiknya jungkir balik, “Nah Bian... ceweknya itu siapa? Dan dia gimana waktu lo
kasih coklat?” Tanya Erika sambil melirik Bian yang mulai salah tingkah.
“Lo
kenal Gina kan?” dan Erika mengangguk. Salah satu sahabatnya waktu SMP,paling
bawel dan ceroboh juga selengean yang dikenalnya. “Gue...” Bian mengacak
rambutnya dan tersenyum seperti papahnya kalau sudah kepergok. Malu – malu tapi
menggoda. “Kasih coklat itu sekalian nembak waktu dia ulang tahun. Dia mau dan
langsung kasih ciuman pertama! Ahhahahaaa.... saran papah ampuh banget ternyata
buat dapatin cewek. Wahhahaaa...” Bian tertawa terbahak – bahak melihat
mamanya, Erika, dan Lista melongo mendengar pengakuan blak – blakannya. Mereka
tau kedua orang tuanya berpikiran terbuka oleh zaman dan tidak akan menghakimi
mereka, tapi mengaku ciuman dengan cewek waktu SMP, astagaaa...
“Lo
pacaran sama sahabat gue dan gue, saudara kembar lo gak tau sama sekali?” Erika
tak habis pikir bagaimana sahabatnya menjadi korban pesona adiknya juga. Seorang
Gina, astagaaa...
Bian
mengangguk dan masih tertawa. “Habisnya, kalo gue kasih tau, lo akan godain gue
habis – habisan. Gue males. Hahahhaa... kami pacaran sekitar setahun. Terus
putus karna dia pindah ke tempat lain. Sayang banget kan?”
“Lo
masih sayang gak kak ma dia?” Tanya Lista membuat Bian terdiam. Lalu nyengir.
“Anak kecil kayak lo gak boleh tau. Urusin percintaan lo sana. Hahahaha...”
Jawabnya membuat Lista manyun dan Bian melirik kakaknya yang masih shock dengan
pengakuannya.
“Tapi
tetap aja sih,” Ucapnya sambil melirik kakaknya dengan penuh goda, “Gue takkan
berpaling dari kak Rika. Kan dia segala – galanya dari gue.” Lalu tertawa
melihat Erika mulai memerah wajahnya. Lalu dia melirik mamanya yang masih di
rangkul adiknya. “Dan mama juga segalanya kok buat Bian. Tenang aja ma, mama
punya tempat khusus kok buat Bian yang gak bisa diganggu gugat oleh cewek lain.
Tapi jangan dikasih tau sama papah yah ma, ntar jealous.” Bisiknya lalu
mencium pipi Erza yang tertawa dan mengacak rambut anaknya.
“Gue
gak nih, kak?” Lista manyun karna tak dianggap. Bian mengacak rambut pendeknya
dan mengedipkan matanya. “Emang masih ada tempat, dek buat gue? Kan hati lo
penuh dengan Ando semua.” Godanya membuat Lista semakin manyun dan wajahnya
memerah.
“Apa
– apaan sih lo.” Ucapnya pelan dan bingung ketika papahnya menghampiri mereka
dengan senyum jahil.
“Ada
Ando tuh di depan. Katanya mau berangkat bareng ke sekolah.” Kata Putra tenang
sambil merangkul pinggang Erza tanpa malu – malu di depan ketiga anaknya.
“HAH?!”
Lista melongo maksimal. “Benar – benar bikin malu nih anak!” gerutunya
dalam hati.
“Ciieeeeee...
yang dijemput yayangnya ke sekolah. Kayak pangeran jemput tuan putri aja.” Kata
Bian sambil menepuk pundak Lista yang wajahnya sudah memerah seperti kepiting
rebus.
“Kenapa
dia jemput gue?” Tanpa sadar dia bergumam dan membuat Bian semakin ngakak.
“Karna
dia pacar lo. udah sana! Lo berangkat sekolah deh sama yayang Ando tercinta,
terkasih, terpuja deh. apalah pokoknya.” Kata Bian sambil mendorong Lista
keluar dapur diikuti Erika yang membawa bekal bikinan Lista yang ketinggalan.
Meliat
ketiga anaknya meninggalkan dapur, Putra mengecup bibir Erza pelan dan
tersenyum. “Pagi, sayang. Sini, aku bantuin.” Kata Putra sambil membantu Erza
menyiapkan sarapan paginya.
♥
♥
“Hai...” Sapanya dan tercengang melihat Lista
keluar dengan dandanan yang berbeda dan tangan kananya yang membawa bekal.
Membuatnya tersenyum.
“Apa
lo senyum – senyum?!” Ketusnya dan risih ketika Ando meliriknya dari atas ke
bawah. Seolah mengujinya.
“Gak...
lo cantik.” Pujinya tulus membuatnya hanya mencibir. Berusaha untuk tidak
memerah kesekian kalinya.
“Yuk...”
Ando mengulurkan tangannya. Melihat Lista tak jua menyambutnya, dia menarik
tangan Lista dan keluar dengan bergandengan tangan. Tanpa menyadari kedua
kakaknya Lista cekikikan melihatnya dari jendela.
“Mereka romantis yah.” Ucap Erika namun Bian tak meresponnya. Dia terlihat sibuk berpikir. Membuatnya mengerutkan kening.
“Kenapa
lo, Bian?” Tegur Rika melihat adiknya diam. Biasanya cerewet luar biasa kalau
melihat ada yang bisa dia goda.
“Lo
ingat gak igauan Lista malam tadi?” Tanyanya dengan nada suram. Membuat Erika
terdiam. Mengingat rentetan kejadian ketika Lista mengigau sambil menangis dan
berteriak ketakutan memanggil nama seseorang yang dibencinya dan nama Ando
sempat disebutnya berkali - kali. Kalau saja Bian tidak mengusulkan padanya
ntuk tidur diam – diam di kamar adiknya. Mungkin mereka takkan tau. Mengingat
kamar Lista kedap suara.
“Lo
curiga Ando berhubungan dengan masa itu?!” Dan Bian mengangguk yakin tanpa
meliriknya. “ BIAN! Udah gue jelasin berkali – kali! lo juga dengar kan, Dia
berteriak minta tolong sama Ando! bukan menolak kehadirannya!” Erika menggeram
marah karna Bian tak jua mengerti walau sepanjang malam mereka bertengkar
membahas igauan adiknya.
“Gue
tau kak. Kayaknya, kita harus bilang sama mama dan papah kak soal ini.”
Putusnya tiba – tiba. Membuat Erika melongo.
“Dek!
Lo kan tau dia udah percaya dengan kita untuk menjaga rahasianya?! Dan lo mau
bilang sama mama dan papah?! Lo akan hancurin kepercayaan yang dia buat untuk
kita, dek! Lo tau kan berapa lama kita membuatnya cerita apa yang sebenarnya
terjadi?! SETAHUN! Setahun yang lewat, setelah bajingan itu pergi
meninggalkannya, baru dia cerita dengan kita!” Napasnya naik turun penuh emosi
menjelaskan secara rinci. Untung saja kedua orang tuanya sudah pergi sekarang.
Jadi dia bebas berteriak senyaring – nyaringnya.
“Dan
lo biarin dia mimpi ketakutan tiap malam?! Gue yang gak bisa melihatnya, kak!
Lo tega liat adik lo nangis tiap malam, ketakutan dan memeluk dirinya sendiri?!
Bahkan malam tadi dia tidak mengenali gue, Kak! Lo liat kan pas malam tadi gue
nyentuh punggung dia, dia langsung meloncat menjauh dengan tatapan ketakutan?!
Itu artinya, dia malam tadi melihat gue sebagai BERENGSEK itu! Bukan kakak yang
melindunginya!” Bian balas berteriak dan matanya melotot marah serta ekpresi
wajahnya berubah bengis. Membuat Erika terdiam. Sisi Bian yang lain keluar
lagi. Penuh emosi dan dendam yang menyala di matanya. Membuatnya ketakutan.
Karna dia tau apa akibatnya, Bian akan kalap dan kejadian beberapa tahun itu
akan terulang lagi.
“Kita
udah cerita dengan tante Adel soal ini, Bian.” Erika memelankan suaranya.
Supaya adiknya ikutan tenang. “Tak ada yang bisa kita lakuin kalo Lista tak
pernah mau menceritakan mimpinya ke kita, dek. Menceritakan ke mama dan papah
akan memperburuknya. Lo ingat saran tante Adel kan?” Tanyanya dan Bian
mengangguk.
“Biarkan
Lista yang memutuskan sendiri. Menghadapi, atau selalu ketakutan dengan
masalahnya lalu membungkusnya dengan keras kepalanya yang sudah mendarah
daging.” Bian mengulang ucapan tantenya ketika mereka diam –diam
menceritakannya dan memohon untuk tidak bercerita pada orang tuanya.
“Jadi
apa yang harus kita lakuin, kak? Lo mau kita diam dan melihat semuanya seolah
biasa aja?” Suara Bian terdengar putus asa.
“Adek
kita keras kepala, Bian. Gak ada yang bisa kita lakuin kalau dia masih begitu.
Gak ada....” Erika menjawab dengan tak kalah putus asanya. Dia menyerah untuk
bertanya kepada Lista. Karna semakin ditanya, adiknya semakin menutup diri.
Jadi yang hanya bisa dilakukan adalah menunggu waktu melumerkan keras kepala
adiknya untuk bercerita.
♥
♥
“Lis...”
Panggil Ando ketika gadis itu diam saja sepanjang perjalanan. Tidak bersuara.
“Besok
– besok lo gak usah jemput gue lagi.”
“Kenapa?”
“Gue bukan tipe cewek yang suka di antar – jemput sekolah oleh cowok. Gue serasa tergantung, tauk!”
“Kenapa?”
“Gue bukan tipe cewek yang suka di antar – jemput sekolah oleh cowok. Gue serasa tergantung, tauk!”
“Rumah
kita searah kan? lagipula, lo pacar gue. Wajar dong gue antar – jemput lo
sekolah. Gue melakukan apa yang gue mau dan lo harus bisa menurut. Suka atau
tidak.” Ando mengeluarkan aura bossynya. Membuat Lista muak.
“Berhenti
disitu.” Lista menunjuk tepian jalan. Dengan bingung Ando menurut untuk menepi
mobil Jeepnya. Padahal sekolah sudah dekat.
Tanpa
diduga, Lista melepas sabuk pengamannya dan melompat turun dari mobil Ando
sambil membanting pintunya dengan keras lalu berjalan kaki ke sekolah.
Sadar,
Ando turun dari mobilnya dan mengejar Lista. Tak menyangka responnya seperti
ini. Membuatnya langsung naik darah seketika. Tak pernah sekalipun cewek
menolak perlakuan istimewanya. Dan Lista menolaknya? Hmm...
Ando
menarik tangan Lista dari belakang hingga gadis itu mundur ke belakang. Dan
mereka berhadapan. “Masuk mobil.” Perintahnya tenang. Namun tatapan mata
mengancam. Cukup membuatnya ketakutan. Tapi tak ingin ditunjukkannya.
“Gak!
Gue mau jalan kaki!” Lista menolak mentah – mentah dan berusaha melepas cekalan
di lengannya yang mengerat. Membuatnya kesakitan.
“Gue
gak pernah ditolak oleh cewek lain, Lista. Semua perlakuan istimewa gue membuat
mereka seperti ratu sehari. Dan lo?” Ando tersenyum mengejek. “Lo menolak
perlakuan istimewa gue? Berani sekali, sayang.” Ucapnya tenang namun menebarkan
aura penuh ancaman di sekitarnya. Entah kenapa Lista merinding. Dia akan berani
melawan kalau perlu menendangnya kalau Ando berteriak memaksanya, bukan seperti
ini. Tenang namun membunuhnya perlahan.
“Sesekali lo harus ditolak biar gak besar kepala!” Sahutnya tajam sambil terus berusaha melepas cekalan Ando yang semakin erat. Bahkan membuat lengan disekitarnya memerah.
“Sesekali lo harus ditolak biar gak besar kepala!” Sahutnya tajam sambil terus berusaha melepas cekalan Ando yang semakin erat. Bahkan membuat lengan disekitarnya memerah.
“Kenapa?”
Tanya Ando sinis melihat Lista menggigit bibirnya. Menahan kesakitan karna
ulahnya.
“Sakit...”
Jawab Lista pelan. Dia tak bohong. Lengannya sakit luar biasa karna Ando erat
memegangnya. Bahkan dia yakin lengannya akan membiru.
“Gue
akan lepasin kalo lo mau masuk mobil dan bareng ke sekolah, kalau gak, jangan
harap gue lepasin!”
“Mimpi
aja lo sana kalau begitu! Gue gak tahan semobil dengan cowok yang bisa
memerintah gue seenak dengkul! Sudah cukup lo nyuruh gue dandan kayak cewek
tulen, bawa bekal buat lo, dan sekarang gue harus ikutin kemauan lo?! cari
cewek sana yang bisa lo suruh sesuka hati! Yang bisa lo suruh untuk telanjang
kalau perlu!”
Habis
kesabaran Ando menghadapinya, dengan sekali gerak, dia menarik Lista masuk
mobil. Tanpa mempedulikan gadis itu menjerit kesakitan karna lengannya ditarik
paksa.
“Lo
gak bisa giniin gue, Ndo!” Lista ketakutan sekarang. Dia berada di mobil Ando
dengan sabuk pengaman melingkar di tubuhnya, tangannya diikat di belakang dan
pinggangnya dibuat menyatu dengan jok kursi dengan tali putih yang
melingkarinya. Supaya dia tak kabur.
“Oh... gue bisa, sayang. Melakukan apapun agar
lo nurut. Dan lo tak punya kuasa untuk membantahnya.” Ando menjalankan mobilnya
dan cuek ketika Lista terang – terangan menggerakkan tubuhnya untuk melepas
ikatan di tangannya.
“Gue
ikat mati tuh talinya. Jadi lo gerak kayak gimanapun gak ada ngaruhnya. Kecuali
kuku lo bisa berubah jadi pisau untuk motong. Baru bakal terlepas.” Ucapnya
tenang. Membuat gerakannya terhenti.
Lista
menghentakkan kakinya di mobil. Saking kesalnya dia sampai ingin menangis.
Namun dia tak mau Ando menang karna tangisnya. “Kuat, Lista.” Dia
mengucapkannya berkali – kali dalam hati.
--
Sesampai
di parkiran sekolah, Ando menatap Lista yang membuang muka dan tangannya mmemegang
pipinya untuk mengubah posisi agar menatap ke arahnya dan menangkupnya.
Menunjukkan siapa yang berkuasa di antara mereka. “Lo cantik, Lista.” Pujinya
sekali lagi.
“Dan
lo sangat jelek sekali! Kayak iblis!” Lista menjawabnya tanpa ragu dan Ando
hanya tertawa.
“Iya.
Gue iblis, yang terluka, Lis.” Ucapnya membuat Lista terdiam. Bayangan Ando
yang menangis dipelukannya hadir lagi. Tanpa menyadari Ando menatapnya intens
dan mengelus bibirnya yang lembut karna lipgloss yang dia minta dari
kakaknya.
“Gue
penasaran, lipgloss yang lo gunain rasanya gimana yah? Hmm...” Ucapnya dengan nada menggoda membuat
Lista merah padam.
“Lo...”
Ucapnya dengan nada marah. Namun terlambat, Ando mencium bibirnya dengan lembut
bahkan setengah memaksa untuk membuka mulutnya, menjilat kedua bibirnya dengan
lembut. Menghapus lipgloss yang dia pakai tanpa tersisa.
Dia
menggigit bibir bawahnya dengan agak keras dan paksaan, bahkan, Entah sejak
kapan Ando sekarang duduk di pangkuannya. Dengan tangan mengurung di kiri
kanannya. Dia tak bisa bergerak kemana – mana. Dan dengan kuasanya, Ando
bermain di dalam mulutnya dengan lihai. Seolah sering dia lakukan. Membuatnya
mengerang.
Ando
melepas ciuman panasnya dan memberikan kecupan serta gigitan keras di lehernya
berkali – kali dan menjalar ke tengkuk hingga gadis itu mengernyit kesakitan.
Dia semakin menghentak – hentakkan kakinya agar Ando menghentikan perbuatannya. Namun dia tak
bergeming. Dia hanya ingin gadis tau, dia takkan pernah main – main dengan
ancamannya.
Puas,
dia mengubah posisinya menjadi di samping Lista dan menggunting tali yang
melingkar di tangan dan pinggangnya lalu melepas sabuk pengamannya. Tanpa
mempedulikan Lista mati – matian menahan tangis atas pelecehannya.
PLAK!
Lista langsung menampar Ando sangat keras hingga pipi cowok itu memerah. dengan
tatapan marahnya, Ando langsung mencekal lengannya. “Lo...” Bisiknya penuh
emosi yang ditahan. “Jangan buat gue emosi disini dan melakukan hal yang lebih
parah dari ini, sayang. Lo udah buat gue melanggar janji yang gue buat
sendiri!”
“Lo
Iblis! Nyesal gue kemarin sempat simpati sama penderitaan lo!” Lista berteriak
histeris dan dengan kasar menghapus air
mata yang turun dengan derasnya lalu menunduk untuk menggigit tangan Ando yang
menyakiti tangannya. Dengan cepat dia membuka pintu mobil dan turun dari mobil
Ando dengan emosi dan berlari menuju kelas. Meninggalkan Ando yang langsung
mengejarnya.
♥
♥
“Kenapa gue menciumnya? Bodoh! Seharusnya gue
gak lakuin kayak gitu! Prinsip lo kan JANGAN mencium cewek kalau gak cinta! Dan
lo melakukannya?! Padahal lo gak ada rasa sama Lista! Great, Ando!” Rutuknya dalam hati. Emosinya hilang sudah.
Yang ada penyesalan mendalam ketika melihat sorot mata Lista yang sangat
ketakutan ketika dia menciumnya tanpa ada kelembutan sama sekali. Dan tamparan
Lista masih nyut – nyutan di pipinya. Meninggalkan bekas memerah disana.
“Semoga
dia maafin gue. Gue benar – benar seperti pemerkosa jadinya...” Keluhnya sambil
berlari ke kelas.
“Lis...”Ando
memanggilnya ketika Lista duduk dengan melipat kedua tangannya di meja dan
wajahnya menunduk. Ketika menoleh, ekspresi ketakutan itu hadir dan Lista
langsung berdiri sambil mundur ketika dia berjalan maju dan dia melipat tangan
ke dadanya, seolah melindungi dirinya. “Jangan
dekatin gue... jangan... jangan...” Ucapnya penuh ketakutan. Bibir digigitnya
keras.
“Gue
minta maaf. Gue tau tadi salah besar mencium lo. tapi, gue gak suka lo
membantah keinginan gue, Lis. Gue kehilangan kendali. Lis... please...
jangan menjauh.”
“Jangan
dekatin gue! Jangannnn...” Lista berteriak histeris hingga terhenti karna dia
menabrak tembok dan terduduk sambil memeluk lututnya. Ketika Ando menyentuh
lengannya, dia langsung bereaksi dengan tatapan penuh ketakutan, bibir yang
bergetar, dan tubuhnya dingin seketika.
“Jangan
dekatin gue... pergi! Pergi!” Lista mendorong Ando menjauh. Namun kekuatannya
kalah dan akhirnya dia membiarkan dirinya dipeluk Ando.
“Maafin
gue. Gue janji gak akan bertingkah konyol kayak tadi.”
Lista
semakin berontak di pelukannya. Namun Ando semakin erat memeluknya hingga
tubuhnya hampir remuk.
Tiba
– tiba ada yang menarik kerah bajunya pelan. Dengan geram dia menoleh dan
bingung ketika Cindy berdiri di belakang dengan wajah cemas.
“Menjauh
dari sahabat gue, Ndo. Please... lo gak tau dia. Dia bukan Lista yang lo
kenal sekarang.” Bujuknya dan dengan patuh dia menjauh lalu membiarkan Cindy
membantu Lista berdiri.
“Lis...”
Panggilnya namun dia hanya menatapnya kosong. Tak ada reaksi. Dan dia hanya
memeluk Cindy dengan erat. Seolah tak ingin terpisah.
“Nanti...”
Kata Cindy sebelum mengantarkan Lista ke UKS melihat sahabatnya pucat luar
biasa. “Kita akan ngomong. Dan gue yang antar dia pulang.” Lanjutnya dia
memapah Lista yang lemas keluar kelas. Ketika Ando hendak membantunya. Cindy
menggeleng. Menolaknya.
♥
♥
“Kau tak tau diriku. Dan aku
takkan pernah memberitahumu siapa aku.”
“Sorry.
Gue gak akan pernah maksain kehendak lagi, Lis.” Ucapnya tulus ketika melihat
Lista sekarang tertidur di UKS. Ando merasa sangat bersalah sehingga tak bisa
konsentrasi dengan pelajarannya. Ketika bel istirahat berbunyi, dia langsung
lari ke UKS untuk melihat Lista dan lega karna wajahnya sudah tak pucat lagi. Dia
mencoba mengelus kepala Lista pelan. Takut gadis itu terbangun lalu berteriak
ketakutan melihatnya. Tapi, dia melihat Lista tersenyum samar dan napasnya
terdengar santai. Tanpa sadar dia tersenyum.
“Nanti,
kita ke pasar buat cariin suaminya Hannah Montana, yah.” Bisiknya dan menoleh
ke belakang ketika pintu UKS terbuka dan dia melihat Cindy masuk lalu
tersenyum.
“Lista
masih tidur?” Tanyanya dan menyodorkan air mineral ke arahnya.
“Iyaa...
Gue sempat mikir lo akan menghajar gue karna nyakitin dia.”
Cindy
tertawa mendengarnya, “Sedetik yang lalu gue memang sempat ingin menghajar lo
karna buat sahabat gue nangis. Tapi, gue sadar, lo gak tau apa – apa soal
Lista. Dia rumit, Ndo. Lo gak akan bisa menyentuhnya seperti lo lakukan kayak
tadi. Gue gak tau dan gak peduli gaya pacaran lo dengan cewek – cewek lain.
Tapi... gaya pacaran lo itu jangan di terapin ke Lista. Dia luarnya aja kuat,
dalamnya rapuh banget.” Cindy memandang sendu sahabatnya yang pulas tertidur.
“Sejak kapan lo sahabatan sama dia?”
“Gue satu SMP dan sekelas sama dia selama 3 tahun. Cukup membuat gue tau seperti apa Lista sekarang.”
Ando
tersenyum. “Bisa kita ngobrol di tempat lain? Ada yang ingin gue ketahui soal
sahabat lo.”
♥
♥
“Apa
yang lo tau soal Lista, Ndo?” Tanyanya sambil menatap Ando santai saja walau
banyak cewek yang dari tadi melihatnya di kantin sekolah. Ando bukannya tak
sadar. Tapi dia tak peduli. Entahlah, sejak memutuskan untuk pacaran dengan
Lista, dia tak ada niat untuk flirting cewek yang meliriknya terang –
terangan atau sembunyi. Dulu, dia bawa pacarpun tetap memberi sinyal pada cewek
lain lalu menjadikannya target selanjutnya. Sekarang, meliriknya saja malas.
Apalagi menjadikannya target.
“Santai
aja Cind. Gak usah gelisah gitu.” Ando geli melihat Cindy merasa aneh sendiri
karna berduaan dengannya. Dia merasa cewek – cewek di kantin seperti ingin
menerkamnya saja ketika dia berduaan dengan Ando. mungkin kalau dia adalah
Lista, takkan ada yang berani. Mengingat pesonanya membuat mereka mundur dan
para cowok ingin mendekatinya.
“Gue
seperti ingin dimakan oleh para mantan lo tuh! Lo sih kebanyakan mantan! Kalau
pengen banyak mantan, cari aja sana di sekolah lain! Jangan disini!” Gerutunya
ketika melihat Pamela, cewek seksi dan cantik namun seperti tante – tante karna
make – up terlalu tua, cewek terakhir yang dipacari Ando selama tiga
hari meliriknya dengan tatapan merendahkan ketika lewat di hadapannya.
Ando
tertawa terbahak – bahak dan menatap cewek yang meliriknya di sebelahnya lalu
mengedipkan matanya. Kemudian dia berpaling menatap menatap Cindy intens sambil
tersenyum menggoda. Tanpa mempedulikan kedipan matanya membuat para cewek semakin
ingin mendepak Cindy jauh – jauh. “ Yaaa... maklumin aja deh. pesona gue memang
tak tertahankan.” Ucapnya narsis membuat Cindy tertawa.
“Hahahaa..
balik ke pertanyaan tadi, sejauh apa lo kenal Lista?” Cindy mengubah topik
pembicaraan dan membuat Ando terdiam.
“Gue...
Cuma tau dia punya kakak kembar yang over – protective dan dia pernah
dilecehkan oleh segerombolan cowok waktu dia kelas 1 SMP dan itu yang
merubahnya menjadi tomboy. Itu aja.”
Cindy
mengaduk – aduk minumannya. Dia tau semuanya dari Lista yang setiap hari
menelponnya. Memberi laporan bagaimana sifat Ando padanya dan keraguan gadis
itu pada perasaannya sendiri. Tak ada yang tak dia ketahuinya.
“Berarti
lo tau banyak, Ndo. Kan bagus.”
“Tetap
aja sifat Lista yang takut sama sentuhan bikin gue bingung. Kenapa? Ada apa?
Dua hal itu menari – nari di otak gue. Gue tau seharusnya gak usah peduliin dia
mengingat kami pacaran karna dia kalah taruhan, tapi... entahlah, gue seperti
ingin menjaganya, melindungi dan tak ingin ada seorang pun yang mendekatinya
kecuali gue. Perasaan ini yang gak pernah gue rasain sama mantan – mantan gue
sebelumnya. Biasanya mau mereka jatuh kek, jungkir balik kek, mau gue gak
peduli. Tapi Lista, gue gak bisa menutup mata dan menganggapnya baik – baik
aja.”
Cindy
terdiam. Dia tau seperti apa rasanya menjadi Ando ketika frustasi dengan
perasaannya sendiri. “Lo jatuh cinta sama Lista tanpa lo sadari, Ndo.” Batinnya.
“Gue
gak tau, Ndo. Tapi, kalaupun tau, gue juga gak yakin. Jadi, saran gue, rubah
sifat bossy lo ke dia. Lo akan buat dia merana. Gue tau maksud lo baik
untuk mengubah dia menjadi cewek, anggun, dan apalah namanya. Tapi dia berubah
ada alasannya, Ndo. Dan lo gak mungkin menyuruhnya berubah seenaknya tanpa
memikirkan perasaannya. Biarkan dia berubah perlahan – lahan, bukan tertekan
karna sifat lo. Kalo Lista mulai keras kepala, lo berusaha turunin ego. Kalau
tidak, ini akibatnya. Dia akan melakukan hal sinting, Ndo. Kedua kakaknya aja
akan mundur perlahan kalau Lista mulai keras. Padahal gue tau sifat kakaknya
itu lebih keras dari Lista, apalagi kak Bian. Wih... puyeng lo kalau liat
mereka berantem. Kayak bukan kakak dan adik lagi. Tapi kayak musuh bebuyutan!”
Cindy menjelaskan panjang lebar dan Ando hanya mengangguk.
“Satu
hal lagi, Ndo...” Cindy terdiam lalu menatapnya lama.
“Jauhin
Lista sampai dia siap menerima lo kembali. dia butuh waktu untuk pulihin
mentalnya yang ambruk karna arogansi lo.”
Ando
mengacak – acak rambutnya. Entah kenapa, keputusan Cindy menjauh dari Lista
bukan hal yang bagus. “Bagaimana gue bisa tau hal itu terjadi?”
Cindy
terdiam. Dia bisa melihat frustasi Ando di matanya. “Lo akan tau hal itu, Ndo.
Tapi kalau itu terjadi, bersumpahlah untuk tidak melakukan hal seperti ini lagi
atau lo akan kehilangannya.”
“You
can keep my words, Cind.” Ucapnya yakin baik dalam mulutnya, dan hatinya.
Membuat Cindy tersenyum.
“Apa
Lista itu tomboy sejak SMP atau gimana?”
Dia
menggeleng. “Lista itu feminin luar biasa waktu SMP, Ndo. Dia cewek paling
cantik yang pernah gue liat. kayak barbie. Kemana – mana selalu memakai dress
atau rok. Sepatu flat atau wedges itu wajib dipakai kalau jalan
sama kami. Lo gak akan pernah liat dia pakai celana jins atau baju belel
kayak sekarang dan sepatu kets bahkan sandal jepit setiap keluar rumah. Gue
punya fotonya waktu photobox di mall. Ini dia.” Cindy mengeluarkan
ponselnya dan menunjukkan foto mereka waktu SMP dan Ando tercengang dibuatnya.
Lista yang di foto lebih cantik. Bahkan lebih cantik daripada kakaknya. Dengan rambut
hitam yang panjang terurai, senyum yang menawan. Dengan dress motif
bunga – bunga bewarna cerah, dia lebih cantik di antara teman – temannya yang
lain di foto itu. Berbeda dengan sekarang, Lista yang urakan, terkesan tak
peduli penampilan dan tatapan matanya yang selalu waspada bila di dekati cowok.
“Kenapa
dia berubah setelah SMA? Apa dia bohongin gue waktu cerita kalau dia tomboy
setelah kejadian itu? Kalo iya, kenapa?” Tanpa sadar Ando mengatakan pemikirannya.
Membuat Cindy terdiam dan langsung merebut ponselnya dengan gugup.
“Gue
terlalu banyak omong ternyata,” Tawanya gugup ketika Ando memegang tangannya
dan tersenyum. Membuatnya terpaku. “Kenapa harus gue yang duduk disini dan
terpesona dengan senyum lo, Ndo?!” jeritnya dalam hati.
“Cind...”
Ando menatapnya dalam. Dia tau soal Lista lebih dari siapapun dan dia ingin
mengetahuinya juga.
“Gue
gak akan kasih tau siapa – siapa, Cind. Lo boleh gorok leher gue sampai putus
kalau rahasia dia bocor.” Ando mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Cindy
yang mengetuk meja dengan jarinya.
Cindy
menatapnya. Mencari keseriusan dalam setiap ucapannya. Kemudian menggeleng kuat
– kuat.
“Gue
gak ada hak untuk bocorin rahasia dia, Ndo. Walaupun gue sangat ingin, tapi gue
gak bisa. Lo lebih baik tau dari Lista sendiri daripada gue. Gue gak ingin
persahabatan kami hancur karna itu,”
“Please,
Cind. Gue pengen tau soal dia. Biar gue gak selalu mengukur – ukur
bagaimana perasaannya setiap perlakuan dia ke gue. Gue bingung, kenapa dia
menolak kehadiran gue sejak pertama kali ketemu? Gue gak pernah ketemu dia dan
mencari masalah, tapi dia lari setiap liat gue. Itu yang aneh.”
“Karna
lo mirip dia, Ndo.” Jawab Cindy akhirnya.
“Dia?
Siapa?”
“Sorry,
Lis. Lo boleh bunuh dia setelah ini. Tapi Ando memang harus tau. Dia gak tau
apa – apa soal lo.” Gumam Cindy dalam hati.
“Dulu...”
Cindy menatap Ando sekali lagi. Meyakinkan diri bahwa inilah keputusannya.
“Lista punya cowok. Namanya Dylan. Dia satu sekolah dengan kedua kakaknya
Lista. Dia mengejar – ngejar Lista sejak
kelas 1 SMP dan dia juga naksir tapi jual mahal. Takut kalau dia mengejarnya
hanya karna apa yang dia punya. Sampai Lista kelas 3 SMP dan Dylan kelas 3 SMA,
mereka pacaran dan gue gak pernah liat Lista sebahagia itu. Walau kedua
kakaknya melarang, apalagi Bian yang tau reputasi Dylan yang playboy dan
beberapa kali sebelum mendekatinya, menggoda Erika. dia gak peduli. Karna baginya,
ini hidupnya, urusannya dan Dylan berubah karna dia. Mereka ngalah dengan keras
kepalanya Lista. Sampai akhirnya...”
Cindy
terdiam dan menghela napas. Tak sanggup menceritakannya betapa hancurnya Lista
ketika tau cowok yang dicintainya, yang dibelanya di depan kedua kakaknya,
menghancurkannya tanpa ampun. “Mereka putus karna Lista tau dia dijadikan
taruhan oleh teman – temannya Dylan dengan harga tinggi. Padahal Lista sangat,
sangat sayang sama Dylan. Tapi kenyataan begitu membuatnya hancur total. Sejak
saat itu, dia merubah total penampilannya agar dia tak dipermainkan cowok lagi.
Pertama kali liat lo, dia menemukan satu yang di diri Dylan ada sama lo,
Playboy. Makanya dia menolak habis – habisan perlakuan lo. dia menutup hatinya
untuk cowok yang memacari cewek kemudian membuangnya, Ndo.” Tutupnya membuat
Ando tertegun. Satu rahasia terkuak lagi. Membuatnya diam. Tak tau apa yang
harus diucapkan.
Cindy
melihat ekspresi Ando, termenung. “Makanya gue bingung waktu Lista cerita kalau kak Erika sampai nantang lo bertanding
dan sempat menggodanya. Mengingat kak Erika adalah tipe cewek paling ideal buat
lo pacari. Gue mikirin banget dan akhirnya gue tau maksudnya apa. Tapi... ada
untungnya lo sama kak Erika, kalau lo sama kak Bian, gue gak jamin lo bisa
duduk enak di depan gue tanpa bagian tubuh lo yang patah. Mengingat dia,
atlet Judo yang sudah beberapa kali menang di
Luar negeri dan sudah beberapa kali bikin cowok patah tulang hidung,
patah kaki, encok, dsb karna berani macam – macam sama Lista. Dia luarnya doang
yang suka melucu, menggoda, bahkan jahil. Tapi kalau sudah ada yang bikin Lista
nangis atau kak Erika marah, jangan pernah lo selamat. He had two face who
you can’t imagine it.” Cindy menutupnya dengan meminum pesanannya. Lalu
mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
“Oh
iya, tadi pas di UKS Lista ada nitip ini untuk lo.” Cindy memberikan kotak
makanan Lista ke arah Ando. ketika dibukanya, Sandwich buatan Lista
untuknya. Membuatnya semakin menyesal karna menyakiti gadis itu.
“Gue
sempat bingung mengingat dia gak suka bawa bekal. Tapi pas dia bilang ini untuk
lo, gue langsung ngerti. Gue pergi dulu yah, mau nyamperin Lista.” Ucapnya lalu
berdiri dan meninggalkan Ando yang terdiam. Bertanya pada hatinya. Kemudian
tersenyum.
“Gue
akan buktiin kalau gue beda dengan mantan lo, Lis.” Ucapnya yakin.
♥
♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar