Laman

Minggu, 03 Maret 2013

Be Yours?! DAMN! PART 5


“Tidak!” Teriaknya dan Lista langsung terbangun dengan mata melotot ketakutan dan bergerak – gerak liar. Mencari sosok yang menghantuinya. Mimpi buruk itu, yang seharusnya tak pernah dia impikan lagi, hadir menemaninya, di saat dia bisa melupakannya. Tanpa sadar, Lista memeluk lututnya dan menangis tertahan.
            “Kenapa harus gue mimpiin lagi?” Tanyanya dan memeluk dirinya sendiri. Mencari – cari perlindungan dirinya yang tersisa. Berusaha membangun tinggi tembok yang melindunginya dari masa lalu yang menghancurkan semuanya. Dia pun menghapus air mata yang masih menetes.
            Dia melirik jam di dinding. Sekarang pukul 02.00 pagi. Matanya segar, tak bisa tidur lagi. Terlalu takut untuk menutup mata. Takut menghadapi mimpinya sendiri.
            “Apa gue tidur sama Kak Rika aja yah?” Dan dia pun menggeleng kuat – kuat.
            Ringtone Pink - Try berbunyi pelan, membuyarkan lamunan. Dengan kening berkerut dia melirik ponselnya sambil berpikir orang gila macam mana yang menelponnya jam 2 pagi ini. “Kenapa, Ndo? Lo gak bisa tidur?” Tanyanya langsung tanpa mengucapkan kalimat pembuka.
            Ando kaget karna telpon pagi butanya direspon Lista. Jujur, dia tak bisa tidur karna memikirkan Lista dan masa lalunya. Membuat otaknya berputar. Ada yang tak beres, ada yang disembunyikan gadis itu darinya. Dan dia baru sadar kenapa harus menelpon Lista. Membuatnya blank. “Lo gak tidur?”
            “Gue baru aja kebangun dan sekarang gak bisa tidur.” Tanpa sadar dia bercerita.
            “Kenapa lo kebangun kalo boleh gue tau?”
            “Bukan urusan lo kenapa gue kebangun! Udah ah, gue mau tidur dulu. Bye.” Putusnya dan langsung menon – aktifkan ponselnya agar tak berbunyi lagi.
            “Ganggu orang aja deh! heran gue!” Umpatnya pelan sambil menatap ponselnya yang mati total dan memutuskan keluar kamar. Menyerah tidur sendiri.

            Ando berusaha menghubungi ponsel Lista, namun tak aktif. Membuatnya frustasi. “Kenapa gue harus mikirin dia? Udahlah, Ndo. Lo kan pacaran sama dia bukan karna cinta. Cuma karna ambisi aja kan? Yaudah, gak usah lo urusin tuh Lista.” Kata hatinya mengingatkan dan tanpa sadar dia mengangguk.
            “Ngapain juga gue urusin dia? Mending tidur.” Putusnya dan berusaha memejamkan matanya.
           
♥ ♥
           
            “Kak Bian pasti belum tidur. Yakin gue.” Gumamnya dan mulai mengetuk pintu kamar kakaknya yang berada disebelahnya.
            “Kak Bian...” Bisiknya sambil terus mengetuk pintu pelan. Dan dalam ketukan ketiga, Bian membuka pintu dengan mata super mengantuk sambil mengacak – acak rambutnya dan menatapnya bingung.
            “Kenapa, dek?” Tanyanya melihat Lista berdiri di depan pintu kamarnya dengan bantal dan guling di genggamnya.
            “Gak bisa tidur, kak. Mimpi gue buruk banget.”
            Bian pun langsung tersadar maksud ucapannya dan tersenyum lalu memeluk adik kesayangannya. Yang dia jaga. “Yaudah... lo tidur sama gue aja. Dijamin pasti langsung ngorok.” Ucapnya dan Lista seolah mendapat ketenangan, dia tersenyum.
            “Makasih, kak.”
            “Anytime, dek.”

            “Lo tidur di ranjang deh. gue di sofa.” Ucapnya sambil mengambil bantal gulingnya lalu meletakkan di sofa besar kamarnya yang berhadapan langsung dengan Televisi.
            Lista menggeleng. “Gue suka tidur di sofa, kak.”
            Bian memelototinya. “Please, dek. Lo jangan bangunin Macan tidur keras kepala gue sepagi ini. Lo di ranjang, gue di sofa. Titik. Dan jangan membantah.” Tambahnya ketika melihat Lista siap membuka mulut. Perang dengannya.
            Dia pun pasrah dan akhirnya merebahkan diri di ranjang Bian. Ketika dia menoleh ke sofa, kakaknya sudah tidur pulas dan sesekali tersenyum.
            “Seandainya gue bisa tidur sedamai itu. Pasti nikmat.” Ucapnya pelan dan berusaha untuk tidur.


            “Dek... bangun...” Seseorang membangunkannya ketika dia mulai bisa tertidur tanpa mimpi. Dengan berat hati Lista membuka matanya dan kaget karna di depannya adalah Kak Rika yang sekarang menatapnya bingung. Bukan kak Bian, si pemilik kamar.
            “Lo kenapa tidur disini, Lis?” Tanyanya bingung ketika dia bangun duluan, melihat Bian langsung menghampirinya dan bercerita bahwa dia ada di kamarnya.
            Lista garuk – garuk kepalanya tak gatal. “Gue gak bisa tidur kak. Mimpi buruk.”
            “Kenapa lo harus tidur di kamar Bian? Kan di kamar gue juga bisa, Lis.” Rika sekarang duduk disamping adiknya yang terlihat kacau. Dan dia mempraktikkan ilmu Psikologis mengetahui apa yang di pikirkan orang lain yang diketahuinya dari tantenya, Tasya.
            “Gue pengen ngungsi di kamar lo, kak. Tapi kan ada Tom. Sedangkan gue anti luar binasa ma tuh hewan.” Lista memberikan alasannya dan membuat Rika manyun karna Tom dijadikan “Kambing Hitam” oleh adiknya sendiri.
            Bian masuk ke kamar ketika melihat Lista dengan rambut acaknya duduk di ranjangnya. Lalu mendekatinya. “Udahlah, kak. Kan sesekali adik kesayangan gue tidur disini gak papa kan? Daripada dia tidur sama lo tapi makin gak tenang karna ada belahan jiwa lo, si Tom.” Ucapnya sambil mengelus pundak Erika dan Lista.
            Lista dan kakaknya hanya tersenyum. “Makasih kak Bian udah ijinin Lista tidur disini. Makin cinta deh,” Ucapnya yang membuat Erika hampir muntah mendengarnya dan Bian, langsung menyodorkan pipi kirinya. Minta dicium.
            Lista tertawa dan langsung mencium pipi kakaknya. Membuat Erika memutar matanya. “Hati – hati, Lis. Setelah lo nyium dia, mungkin bibir lo bakal bengkak kayak disengat selusin lebah beracun. Pipinya berbisa tuh.” Ucapnya dan membuat Bian tertawa. “Lo kenapa sirik banget kak? Pengen nyium pipi gue juga? Nih, cium.” Dengan senang dia mendekatkan pipi kanannya ke Rika. Membuatnya mendapat tepukan ringan darinya. “Ngimpi!”
            Lista tertawa melihat kedua kakaknya berantem dan mencium kedua pipinya kilat lalu langsung berlari masuk kamarnya sambil bersinandung. Meninggalkan mereka berdua yang saling bertatapan.
            “Selama dia tidur disini, lo liat ada yang aneh gak, Bian?” Tanyanya pelan ketika tak ada lagi siapa – siapa.
            Bian menggeleng. “Gak sih. Napasnya teratur. Cuma mimik wajahnya itu, kayak ketakutan gitu.” Jelasnya membuat Rika terdiam.
            “Ando bukan “dia”, Bian. Gue tau itu dan lo juga kan?” Ucapnya. Seolah tau apa yang dipikirkan.
            “Memang bukan dia kok. Ando jauh lebih baik daripada si brengsek itu!” Bian mengepal tangannya. Tatapan jenaka di mata hijau terang, berubah menjadi kelam. Wajahnya penuh ekspresi dendam. “Sampai dia dan antek – anteknya muncul dihadapan Lista, atau kita.” Dia menyeringai. Membuat Rika ngeri melihat sisi gelap kembarannya. “Gue pastiin dia dan mereka, takkan pernah menginjak Bumi lagi!”
            “Bian...” Rika menyentuh pelan pundaknya dan Bian menutup matanya. Mengendalikan emosi yang sudah terkubur lama didalamnya. Menunggu dikeluarkan. Menunggu diperintahkan untuk menghancurkan seseorang. “Iya kak?” Dia menatap kakaknya dan tersenyum jahil. Hilang sosok gelap itu. Membuat Rika tersenyum.
            “Gue baru ingat adik kita yang satu itu punya janji untuk menjelaskan kemaren sama kita. Nagih yuk?” Ajaknya untuk mengalihkan sisi gelap adiknya dan Bian langsung mengangguk. “Ok kak. Gue penasaran.” Kemudian mereka langsung menyerbu kedua orang tuanya yang asyik sarapan di meja makan. Menunggu Lista.

♥ ♥

          “Nah Lista, ayoo ceritaaaaaa...” Tanpa menunggu Lista duduk dengan tenang di meja makan, Rika langsung menyerangnya dengan pertanyaan. Membuatnya teringat dengan janjinya dan mengerang. “Apa yang harus gue bilang? Masa gue bilang, “Lista pacar kontrak ma, pah, kak, dengan Ando karna Lista kalah taruhan.”? Mati digebang kak Bian gue kalo ngomong gitu!”
            Kedua orang tuanya menatap penuh antusias. Apalagi Erza. “Ayooo... cerita...”
            Lista hanya geleng – geleng dan tersenyum. Sebuah skenario untuk tersusun rapi. “Ando itu teman sekelas Lista selama 3 tahun. Kami baru aja jadian kemaren, ma, pah, kak Bian, Kak Rika. Dan kemaren itu Cuma jalan ke Mall untuk makan terus keliling aja. Pengen nonton tapi waktunya gak sempat. Kan papah nyuruh dia untuk antarin Lista pulang jam setengah 10 malam.”
            “Dia ngebut gak bawa mobil dek? Perasaan kemaren jalanan macet banget deh. iya kan, kak?” Tanya Bian sambil menoleh Erika yang menatapnya sinis.
            “Ngebut banget kak!” Ucapnya jengkel.
            “Macet sih macet, tapi lo kebangetan! Masa di saat – saat macet kayak gitu lo malah buka jendela mobil dan menatap segerombol cewek di mobil sebelah kita dengan intens banget terus digoda! Lo bikin malu!” Erika mendamprat Bian yang tertawa terbahak – bahak. “Belum lagi lo bawa mobil ngebutt banget! Hanya karna alasan pengen pipis! Lo kan bisa singgah di tempat yang gue tunjuk kemaren kan? Bener – bener deh. Jera gue nyuruh lo bawa mobil!”
            “Kak Rika...” Rayunya dan tersenyum ketika sang kakak menoleh sinis ke arahnya. “Gue minta maaf deh kalo lo cemburu dengan tingkah gue kemaren. Tapi percaya deh kak, gue tetap kembaran lo kok dan Cuma lo doang yang di hati gue saat ini. Percaya deh sama gue.” Godanya membuat Lista tertawa terbahak – bahak, diikuti orang tuanya.
            “Saat ini aja kak? Esok – esoknya enggak nih?” Goda Lista ketika melihat Rika menoleh galak ke arahnya. Seolah mengatakan. “Jangan beri Bian angin segar!”
            “Selamanya deh kak Rika akan di hati gue. Karna gue yakin di lubuk hati paling dalam, dia nempatin gue di tempat khusus yang tak bisa disamain sama orang lain. Iya kan, kak Rika?” Tanya Bian dan Rika pun merona mendengar rayuan kembaran sablengnya.
            “Sinting lo! iya... lo gue tempatin di tempat khusus di hati gue. Tau gak namanya apa?” Tanya Rika dan Bian mengangguk antusias. “namanya “Orang sinting dan perayu ulung serta master PHP” bagus kan namanya?”
            “Bagus banget namanya kak. Tapi gue lebih suka kalo judulnya Cuma “perayu ulung dan Master cinta” aja. Hahahaha...”Godanya membuat Rika semakin memerah.
            Erza tertawa terbahak – bahak mendengar gombalan Bian yang mirip dengan suaminya. Dan Putra, garuk – garuk kepala. Merasa tersaingi dengan anaknya sendiri. Sedangkan Lista, bersyukur karna diselamatkan oleh tingkah konyolnya Bian.
            Erika merona luar biasa. Dia melirik Lista yang tertawa terbahak – bahak dan sadar interogasi belum berakhir. “Nah Lista...” Panggilnya membuatnya berhenti dan menatap Rika yang matanya mulai berkilat – kilat penuh interogasi. “Mampus gue.”
            “Iya kak...”
            “Gue dengar dari Bian, dia ketua ekskul Judo yah di sekolah lo?” Tanyanya dan Lista mengangguk.
            “Nah... dia gimana sih nembak lo? gue lihat dia orangnya romantis deh.” Ucapan Rika membuatnya ingin muntah “Romantis? Seorang iblis itu romantis?! Sinting lo kak! Yang ada dia penyiksa wanita dan playboy cap Sapi!”
            “Gimana yah?” Lista berpikir keras mencari ide. “Dia bilang pas istirahat kalo dia naksir terus pengen Lista jadi pacarnya. Gitu doang.” Ucapnya dan membuat mereka melongo total.
            “Serius dek?” Tanya Bian shock. “Kalo gue nembak cewek mah gue bawa ke Taman dekat rumah kita itu terus gue bawa gitar dan nyanyi lagu romantis di depan dia sambil berlutut. Itu gue lo...” Ucapnya bangga membuat Rika tertawa.
            “Lo emangnya pernah nembak cewek? Yang ada lo bikin cewek nangis semua!” Ucapnya sadis.
            “Tapi... kalo gue disuruh nembak Kak Rika,” Ucapnya tanpa menjawab balasan sinis kakaknya. “Mungkin lebih so sweet dari ini. Lebih malah... kan kak Rika segalanya buat gue.” Jawabnya membuat Rika mencak – mencak. “Lo juga dek, segalanya buat gue hancurkan!” Jawabnya sinis.
            “Hahahha... kalau papah gimana dulu lamar mama?” Tanya Bian tiba – tiba ketika melihat papahnya masih shock dengan ucapan anaknya. Membuat mamanya tersipu.
            Putra tersenyum penuh bangga. “Papah dulu lamar mamamu ini di Jerman, waktu kami libur panjang kuliah dan siap – siap mau pulang ke Indonesia. Papah bawa mama ke taman dekat rumah nenek. Kan disitu banyak anak – anak kecil main dan mamamu suka itu. Terus papah tinggalin mamamu disitu dan sebagian anak – anak papah panggil untuk nyodorin balon berbentuk hati dan bunga Tulip. Mereka nurut dan mamamu langsung diserbu.” Putra tertawa mengingat kejadian itu. Lalu menatap ketiga anaknya yang antusias mendengar masa mudanya yang penuh kegilaan. “Pas udah semuanya, Papah bawa gitar dan nyanyi di depan mama yang kaget karna dengan kejutan ini dan anak – anak itu berdiri di belakang papah sambil memegang balon dan Tante Kathy sama Om Restu memegang sepasang merpati. Pas mamamu bilang iya, balon dan burung merpati itu dilepas oleh mereka. Begitu...” Tutupnya dan melirik istrinya penuh sayang.
            “So sweet...” Ucap Rika tanpa sadar dan berharap suatu saat nanti akan bertemu dengan suami yang seperti papahnya.
            “Nah Lis, Ando itu gimana sifatnya?” Pertanyaan Bian tiba – tiba membuat Lista yang masih mengkhayal akan dilamar seromantis papahnya itu kaget.
            “Sengak! Tapi gimana yah kak... baik sih.” Ucapnya susah payah karna tak ikhlas mengucapkan kalimat terakhir itu.
            Bian angguk – angguk dan melirik Rika. “Latihan yuk?” Ajaknya dan dia langsung menggangguk.
            “Lista ikut!” Putusnya dan langsung berlari menyusul kedua kakaknya. Meninggalkan mama dan papahnya yang tersenyum.
            “Kayaknya ada selanjutnya deh setelah aku jawab iya itu,” Kata Erza sambil melihat ketiga anaknya siap – siap latihan.
            Putra tersenyum. Kemudian berbisik “Memang ada. Tapi lebih baik itu jadi kenangan kita berdua saja. Cukup kita saja yang tau.” Jawabnya membuat Erza merona dan dia mengecup bibirnya cepat sebelum menyusul anak – anaknya di taman.

♥ ♥

          “Listanya ada Bi?” Tanya Ando ketika dia sudah di depan rumah Lista. Maksudnya ingin mengajak lari pagi. Dan mpok Surti langsung mengangguk seolah terhipnotis dengan penampilan Ando.
            Baju kaos yang membentuk dada bidangnya dan celana olahraga serta sepatu kets. Membuatnya terasa semakin ganteng karna ada peluh menetes di wajahnya.
            Erza yang melihat siapa bertamu, tersenyum. “Masuk aja Ndo. Lista ada kok di taman sama kedua kakaknya. Ada apa?”
            “Gak Tan. Saya pengen ngajak dia olahraga pagi saja. Soalnya rame kayaknya di depan komplek orang – orang pada lari pagi.”
            Erza mengangguk. “Kamu ke taman aja. Mereka lagi latihan biasanya disitu.”
            “Latihan apa tante?” Tanya Ando bingung.
            Erza tersenyum minta maklum. “Latihan karate sama Judo. Papahnya juga ada tuh. Ikut aja. Kata Lista kamu jago olahraga itu.”
            “Gak juga tan. Masih jago Lista soal bela diri.” Ucapnya merendah.
            “Saya dulu juga ikut bela diri karate dan papahnya Judo.” Jelas Erza membuat Ando tertegun. “Bukan keluarga sembarangan kayaknya nih. Seandainya ada maling masuk ke rumah mereka, mungkin maling itu takkan bisa keluar hidup – hidup.”
            “Ayo...” Erza membuyarkan lamunan Ando dan dengan patuh dia mengikuti Erza di belakang.

♥ ♥
           
            “Lista...” Panggil Erza di saat dia ingin menendang papahnya. Lista menoleh dan dengan cepat Putra membalas serangan anaknya dan membuatnya jatuh.
            “Konsentrasi, sayang.” Tegur Putra sambil membantu Lista berdiri.
            Dia manyun karna sebentar lagi akan mengalahkan papahnya lalu menoleh ke mamanya. Jantungnya serasa berhenti berdetak ketika melihat Ando dibelakang.
            Ngapain si Iblis itu ada disini?!
            “Sip... ada lawan.” Kata Bian puas melihat Ando seolah menyerahkan diri kepada keluarganya dan berdiri untuk menantangnya. Namun, Erika menahannya. “Sorry, dek. Gue duluan. ” Ucapnya yakin dan berjalan ke arah Ando. meninggalkan Bian yang melongo.
            Putra melihat Erika berjalan ke arah mereka. Melirik istrinya yang menunggu di depan pintu taman. Tersenyum. “Kalian lanjutin aja latihannya. Papah mau jalan sama mama dulu.” Ucapnya dan berjalan ke arah istrinya lalu merangkulnya mesra.
            Lista berjalan mendekati Ando dan mendesis. “Lo ngapain disini?!”
            “Mau ngajak olahraga pagi. Biar sehat. Biar lo gak marah – marah lagi.” Ucapnya pelan lalu tersenyum ketika melihat Rika berdiri di depannya.
            “Hai Ando..” Sapanya dan tersenyum manis ketika Ando membalas senyumannya.
            “Hai juga kak Rika.”
            “Gue dengar dari Lista lo jago olahrga bela diri kan? Apa aja kalo boleh gue tau?” Tanyanya dengan senyuman masih di wajahnya. Membuat Lista yang melihat wajah kakaknya, mundur perlahan.
            “Kak Rika kenapa kak?” Tanyanya ketika Bian disampingnya.
            “Biarin aja. Udah lama gue gak liat kayak ginian.” Jawab Bian dengan wajah tak kalah penasarannya. Tak biasa melihat Rika mendekati cowok.

            Ando tersenyum. Dia merasa ada maksud tersirat dari pertanyaannya. Namun dia pasang pura – pura bodoh. “Gue bisa Judo sama karate kak. Taekwondo juga kok.”
            “Lo mau gak kita bertanding? Disini? Sekarang? Karate?” Tanyanya dan membuat Lista dan Bian ternganga.
            Kak Rika gila!” Ucapnya setengah tak sadar. Bian mengangguk. Tak mengerti jalan pikiran kakaknya. Padahal mereka kembar.
            Ando mengangguk. Tebakannya benar. Kak Rika ingin mengujinya apakah dia mampu menjaga Lista atau tidak. melihat adiknya dipenuhi trauma masa lalu. “Boleh. Gue siap.”

            “Bagus... sekarang... Lo lebih suka tanding sama cewek dengan rambut terurai atau diikat ke belakang?” Tanya Rika lagi membuat Ando bingung. Apa artinya.
            “Gue suka cewek tanding dengan gaya rambut apa aja. Asalkan dia nyaman.” Ucapnya diplomatis. Kalau saja Lista yang bertanya begitu, mungkin akan dijawabnya beda.
            Lista mendengar jawabannya, mencibir. “Sok cari muka! Kalo dia terima cewek apa adanya, ngapain nyuruh gue jadi cewek tulen?! Dasar cowok muna!”
            “Kalo gue jadi Ando, ditanyain kak Rika gitu, mungkin jawabannya akan beda.” Kata Bian membuat sumpah serapah dalam hatinya terhenti.
            “Emang lo akan jawab apa kak?”
            “Gue jawab,” Bian nyengir memikirkannya. “Gue lebih suka lo digerai, kak. Jadi biarpun tubuh gue besoknya memar semua karna lo, tapi gue bisa menyimpan sejepret wajah cantik lo dengan rambut tergerai saat menghajar gue.”  Jawabnya membuat Lista tertawa ngakak.
            “Dasar lo kak.”

            Erika tersenyum, kemudian melangkah maju ke Ando yang siap memasang kuda – kuda. Dengan senyumnya, dia mendekat. Menggoda, apakah pacar adiknya ini benar – benar terbaik atau hanya main – main. Kalaupun hanya untuk mempermainkan adiknya, dengan senang hati dia akan menghajarnya hingga tak bertulang. “Lo sayang dengan Lista, kan?” Tanyanya. Mengunci tatapan Ando. membuatnya terdiam.
            “Gue sayang dengan adek lo, Kak Rika.”
            Erika tersenyum. Menatap Lista, lalu menatap Bian lama ketika cowok itu menunjukkan ekspresi bingung. Kemudian beralih ke Ando yang menunggunya. “Bagus. Lo harus kalahin gue untuk membuktikannya, Fernando Hayman. Karna gue,” Dia menyunggingkan senyum tantangan. “Takkan ngalah walau lo pacar adik kesayangan gue.”

            Seberapa beratnya trauma Lista hingga kakaknya jadi pada over begini?”
“Gue suka cewek ini.” Gumamnya. “Ok kak. I’ll be take it and showed the best.” Dia tersenyum dan Erika mundur. Mengurai rambut panjangnya, Siap menyerangnya.

◙ ◙

          “Kak Rika gak serius buat Ando mati kan kak?” Lista mau tak mau khawatir melihat pertandingan mereka. Jauh dari kata lembut. Saling menyerang. Walaupun dia tau keahlian kakaknya dalam bela diri, namun Ando tak bisa diremehkan. Dia atlet Karate Nasional!
            Bian angkat bahu. Dia mengetahui apa maksud kakaknya sekarang. “Gak deh kayaknya. Palingan parahnya antara patah tulang dalam atau ringannya, memar sekujur tubuh. Kayak gue.” Kata Bian dengan nada pahit mengingat pernah bertanding dengan Erika dan babak belur. Seolah dia dianggap lawan, bukan saudara kandung.
           
            “Gak beres otak kak Rika kayaknya,” Ucapnya dan Bian tertawa. “Dia melakukan begitu, karna ingin melindungi lo. dia tak ingin lo jatuh lagi, Lista.” Ucapnya pelan. Membuat Lista terdiam.
            “Gue sempat mikir buruk loh pas kak Rika dekatin Ando. gue kira dia mau merayu. Ahahhaha...” Tawanya membuat Bian ikutan tertawa. “Ya gak lah, dek! Kak Erika udah punya cowok. Dia Co – ass dirumah sakit tempat papah dan mama praktik. Dokter muda juga.” Bisiknya dan membuat Lista mangap.
            “Lo pernah liat kak?” Dan Bian mengangguk.
            “Mama dan papah tau?” Dia menggeleng. “Cuma kenal biasa aja.”
            Lista tersenyum. Ada bahan baru. Pikirnya. “Gue godain ah ntar kak Rika. Whahaha...”

◘ ◘
           
            “Harus ada yang jadi wasit, Kak Bian! Kalau gak, mereka gak akan berhenti! Ini bukan pertandingan normal! Ini saling bunuh namanya!” Teriaknya ketika melihat Kak Rika terjatuh dengan keras di tanah. Dan hidungnya berdarah. Namun senyumnya tak jua hilang.
            “Lo masih kuat, Kak Rika?” Ando sempat berhenti menyerang dan membantunya berdiri. Namun, dia langsung diserang balik oleh Erika dengan tendangan di ulu hati. Membuatnya terjatuh dan batuk.
            “Peraturan pertama, jangan bantuin lawan lo jatuh! Apalagi menanyakannya! Lo lengah, dek.” Jelasnya. Lawan yang tak bisa dianggap remeh. Pikirnya.
            Bian maju ke depan. “Gue jadi wasit kalian. Kalo gak, kalian bakal masuk UGD karna main tanpa henti.” Jelasnya dan Erika mengangguk.
            Kemudian, Bian dengan senang hati memulai perannya.

☺☺

          Ando jatuh ke tanah sekian kalinya. Dia melirik Lista yang cemas. Ntah kearahnya atau kakaknya. Dia melihat Erika dan kondisinya tak jauh lebih parah darinya.
            “Gimana caranya gue menang yah? Ini cewek jago bener! Sekali tendangan gue bakal jadi iwak peyek kayaknya.”
            “Nyerah?” Tanyanya melihat Ando tak jua berdiri.
            Dia tersenyum mengejek. Nyerah bukan solusi. Dia lebih baik kalah terhormat daripada nyerah dan menjadi pecundang di mata Erika. Tertatih, dia berdiri. Memegang perutnya. “Gak. Gue sanggup, kak.” Jawabnya yakin.
            “Nyali kuat, keras kepala kayak Lista. Harga diri yang tinggi. Sip.. gue suka.”
            “Ok, ini permainan terakhir, apapun hasilnya,” Dia tersenyum sekali lagi. Sungguh, wajah bonyoknya tak jua menghilangkan senyum cantiknya. “Lo harus terima itu.”
            Ando tersenyum. “Sekali lagi... kuat, Ndo.” Tekadnya dalam hati.
            Dia pun memasang ancang – ancang, memikirkan apa yang harus digunakan untuk lawannya skak – mat. Rika melihat tekad di matanya yang hitam legam itu, membuatnya mau tak mau, tersenyum geli dan senang hati melayaninya.
            “Gue siap, dek.” Katanya pada Bian yang memperhatikan mereka berdua.
            “Ok,” Dan permainan pun dimulai sekali lagi.

♥ ♥

          Erika terjatuh keras di tanah dan mengerang kesakitan. Bian dan Lista segera berlari menghampirinya. Diikuti Ando yang melupakan sakitnya. Serangan darinya di perut cukup membuat lawannya kesakitan.
            Erika melirik Ando dan tersenyum. Lalu mengulurkan tangannya. “Congrats, you win, boy. Lo lolos dari gue. Selamat yah,”
            “Kak... lo gak papa kan? Sini... bangun. Gue bantuin.” Lista panik dan langsung membantu kakaknya berdiri diikuti Bian. Namun Rika menggeleng. “Lo obatin luka pacar lo deh. Gue sama Bian aja. Gue gak papa, dek. Tenang aja. Udah biasa.” Katanya sambil menenangkan adiknya yang hampir menangis melihat kondisinya.
            “Pokoknya gue mau nolong lo dulu kak. Ando belakangan.Sini gue bantuin.” Lista membantu memapah Erika walau kakaknya menolak.
            “Keras kepala lo jangan dikumatin dong, dek. Kasian pacar lo tuh. Gue bisa kok.” Bian tertawa geli melihat Lista ngotot. Dia menunduk dan memegang kedua kaki Erika lalu menggendongnya. Tanpa mempedulikan sang kakak berteriak di telinganya dan Lista yang melongo.
            Terlalu takjub, dia menoleh ke belakang dan melihat Ando terduduk di lantai, menatapnya intens.“Gue gak ditolongin nih ceritanya? Pacar loh,” Katanya ketika Lista menghampirinya.
            “Bentar... gue ambilin obat – obatan dulu.” Katanya dan bergegas masuk ke dalam.
            Ando tersenyum melihat Lista memperhatikannya dan meringis ketika sikutnya bergesekan dengan tubuhnya sendiri.


                        “Pelan – pelan dong! Aduhh...” Teriaknya ketika Bian berkonsentrasi penuh mengompres memar di tangannya.    
            “Gue udah pelan – pelan kak. Banget malah. Lo nya aja yang sensi luar dalam!” Rutuknya lalu menekan memar Rika dan langsung mendapat jitakan.
            “Lo ikhlas gak sih obatin luka gue?!” Rika masih mengaduh kesakitan dan hampir saja air matanya menetes saking nyerinya.
            Bian melihat itu, semakin pelan dia mengobati kakaknya. “Kenapa lo jadi nyerahin diri ke dia kak? Biar lo gak kesakitan kayak gini kak. Gini – gini lo harus sadar kodrat dong kalo lo cewek.”
            “Karna kalo gue biarin lo main sama Ando, gue takutnya lo gunain dia sebagai pelampiasan emosi. Lo kalo kalap ngeri, dek. Gue gak mau Lista liat itu.”
            “Iya sih... gue masih gak bisa bedain mana Ando dan mana si bajingan itu.” Ucapnya pelan lalu meneruskan pekerjaannya lagi. “Dan itu sebabnya lo ngalah dan biarin dia menang kak? Lo mungkin bisa bohongin mereka berdua, tapi tidak dengan gue, kak.”
            Erika tertawa kemudian meringis lagi karna perutnya nyeri bekas tendangan Ando. “Iya. Lo harus liat tatapan matanya saat dia nolak nyerah, harga dirinya terlalu tinggi untuk mengatakan nyerah, tekad kuat, percaya dirinya dan sifat melindungi bisa kebaca, Bian. Seandainya dia iyain tawaran gue, mungkin gue akan habis – habisan nyerang. Karna itu berarti cowok lemah macam dia tak pantas buat Lista!”
            “Gue bisa membaca arti setiap gerakan balasan lo ke Ando kak,”
            “Oh yah? Bisa lo jelasin apa aja? Mengingat lo orangnya paling gak peka baca situasi.”
            Bian merengut. Namun tertawa mendengar penilaian Erika. “Artinya,” Bian berdehem sebentar. “Lo harus ingat, setiap tendangan yang gue beri, akan lo rasakan dua kali lipat sakitnya kalo lo sampai buat Lista menangis di depan kami dan bilang lo hancurin hatinya. Adik gue sudah hancur sebelum ketemu lo!” betul gak?” Tanyanya membuat Erika terdiam.
            “Iya... apapun akan gue lakuin agar adek kita gak kayak dulu lagi, Bian. Gue gak bisa bayangin kalo hal itu terjadi lagi. Bikin hati gue ikutan hancur.” Putusnya dan membuat Bian terdiam. Memilih untuk konsentrasi mengobati luka kakaknya

♥♥
           
            “Aduh! Pelan – pelan, Lista! Lo bakal remukin tangan gue!” Teriaknya ketika Lista mengobati memar di lengannya. Jengkel, Lista semakin menekan memarnya. Membuat Ando mengerang kesakitan. “Lo bisa gak sih lebih lembut dikit obatin gue?!”
            “Lo juga udah gue obatin masih aja ngeyel! Gue udah pelan, Ando!”
            “Pelan apaan?! Lo nyiksa gue! Pelanin lagi!” Perintahnya dan dengan mulut mencibir, Lista berusaha untuk lembut mengobati cowok sengak di depannya ini.
            “Siapa suruh lo nyamperin gue dan iyain ajakan kak Rika! Derita lo itu...” Gerutunya pelan sambil terus mengobatin lukanya.
            Ando memegang dagu Lista yang lancip dan mendongkakkannya. Ingin membaca rahasia apalagi yang disembunyikan dari tatapan hijau terangnya itu. “Lo tau gue, Lista. Gue kayak lo. gak bisa ditantang. Lagipula...” Sambil berkata begitu, tatapannya melembut. Cukup menggetarkan hati Lista sesaat. “Itu sebagai pembuktian diri pada kakak lo, kalo gue sayang sama lo.”
            Sayang sama gue?! Dasar Munafik!
            “Gak ada kata sayang dalam hubungan kita, Ando. gue, terpaksa dan lo, jadikan gue sebagai hadiah atas kemenangan lo. selesai.” Putusnya dan Ando memilih tidak membantah karna itu memang benar adanya.

            Hampir satu jam Lista mengobati luka – luka Ando sambil sesekali mengernyit ngeri betapa ngerinya luka yang diakibatkan kakaknya pada Ando. dia menatapnya yang masih mengernyit kesakitan. Membuatnya khawatir. “Lo tadi kesini bawa mobil?” Tanyanya membuat Ando menggeleng.
            “Gue jalan kaki.” Jawabnya dan dia melongo.
            “Jalan kaki? Memangnya rumah kita dekat yah?” Tanyanya dan Ando menggeleng.
            “Lumayan jauh. Cuma kita satu jalan walau beda komplek. Kan gue sekalian ngajak lo lari pagi. Makanya gak bawa mobil.”
            Lista geleng – geleng kepala. Segitu ingin lari pagi dengannya sampai – sampai rela jalan kaki ke rumahnya. Membuatnya sedikit terharu. “Gue antarin pulang yah? Bentar...” Lista membereskan peralatannya dan bergegas keluar. Namun ditahan.
            “Gak usah. Gue bisa jalan kaki lagi pulang kerumah. Gue gak mau repotin lo, Lis.”
            Lista memutar bola matanya. Tanda jengkel. “Please, Ando. lo gak mungkin gue ijinin pulang kerumah jalan kaki dengan kondisi kayak gini! gak! Gue antar lo pulang. Ok?” Melihat Ando masih menentangnya. Membuatnya menghela napas. “Ando... lo gak repotin gue. Beneran deh. Lo Cuma jengkelin gue aja karna pagi – pagi kerumah. Gue ingin nganter lo. gue bukan cewek tegaan yang biarin cowok pulang dari rumah gue setelah dihajar habis – habisan oleh kakaknya.” Jelasnya.
            “Gue gak bisa repotin orang, Lis. Lo bikin harga diri gue terluka. Gue udah kuat kok.”
            Oh my...
             “Astaga, Ando! bisa gak lo turunin kadar harga diri lo itu sebentaar aja? Lo gak repotin gue. Ok?  Lista menatapnya dengan keras kepala. Dan dia pun tak ingin berdebat lebih jauh di saat kepalanya mulai nyut – nyutan.            “Yasudahlah. Kali ini gue ikutin mau lo. nantinya, belum tentu gue ikutin.” Jawabnya dan tanpa sadar Lista menghela napas lega.
            “Gue bikinin minum dulu yah. Setelah itu gue antar pulang.” Ucapnya dan dia bergegas berlari ke dalam. Meninggalkan Ando yang menatapnya.
            Lo adalah orang paling beruntung yang pernah gue kenal, Lista.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar