Laman

Minggu, 03 Maret 2013

Past Time of The Story. Part 3


            “Hoam… sekarang jam berapa yah? WHAT! JAM 6? MAMPUS! Gue telat! Gue telat! Mama!.” dengan tergopoh-gopoh Eva turun dari ranjang lalu masuk kamar mandi.

selesai mandi, dia langsung memakai seragam dengan kilat dan lari ke meja belajar sambil komat-kamit mengingat buku pelajaran dia bawa. Selesai, dia lari ke bawah.

“apa yang lupa yah? alamak! Gue lupa make rok!.” Dengan suara histeris karna ketika melirik ke bawah dia Cuma make celana pendek dan baju seragam serta tas sekolah. Lalu dia naik kekamarnya lagi untuk memakai rok.

setelah tak ada kelupaan lagi, dia turun kebawah dan langsung menghampiri ayahnya yang asyik makan roti, sebagai sarapan pagi hari ini.

“pagi ayah,” Sapa Eva lalu mencium kedua pipi ayahnya dan duduk disampingnya.
“pagi sayang,”

selesai sarapan, Eva langsung menyalami tangan ayahnya. “yah. Eva ke sekolah dulu yah. udah telat banget yah. bye ayah.” Sambil mencium pipi ayahnya lagi dan kabur keluar untuk mengambil sepeda menuju sekolah.

dengan kekuatan super, akhirnya Eva sampai kesekolah dengan selamat walau ngos-ngosan kayak dikejar Harimau Sumatra lepas dari kandang. Dia memarkir sepedanya lalu menguncinya agar tak ada yang mengambil.


“Sekarang beres. Gue tinggal ke kelas dan….. ADUH! Siapa sih jitak kepala gue?!,” teriak Eva ketika kepalanya merasa dijitak oleh tangan tak bertanggung jawab dan menoleh ke belakang.
“oh….. jadi lo setan jitak kepala gue yah.” sambil mangut-mangut sambil menatap sinis cowok yang di belakangnya.

yang ditatap, Satya Nugroho Syahreza. Cuma cengengesan lalu mengelus kepala Eva yang dia jitak tadi. “Sorry deh Va, gue gak tau kenapa kalo liat lo selalu pengen jitak kepala lo.”
“sompret lo bakpau!.” Kata Eva gemas lalu mencubit pipi Satya yang chubby dan mempunyai dua lesung di pipinya.
“lo ngeledek gue bakpau, lo gak nyadar kalo lo lebih bakpau dari gue?.” ledek Satya balik lalu dia lari ketika melihat Eva ancang-ancang siap mengejarnya.

“Satya! Awas lo!.” teriak Eva mengejar satya

Sepanjang koridor, para Siswi dan Siswa jalannya pada kesamping semua karna melihat Eva bernapsu mengejar Satya yang jauh di depannya sambil meledek. Dan sesekali mereka tertawa karna menyadari betapa konyolnya apa yang mereka lakukan sekarang dilihat oleh anak-anak lain yang menatap mereka dengan tatapan susah diartikan oleh bahasa manusia. Cuma mereka cuek saja

Reva Maharani Syahreza, gadis cantik berumur 17tahun, sekolah di SMAN 1 Bali ini, Anak dari Radith Syahreza yang sekarang pensiun sebagai artis dan hidup tenang dengan mendirikan 3 buah hotel bintang 5 di Bali dan menetap disana.
dengan wajahnya yang putih bersih, bermata almond, kalau tersenyum selalu mengeluarkan lesung dikedua pipinya , pintar bermain piano dan biola serta juara lomba nyanyi dan baca Puisi. Sukses jadi primadona sekolah.

Satya Nugroho Syahreza, Sahabat sekaligus sepupu Eva, dengan wajahnya yang ganteng khas indonesia, berkulit sawo matang, tubuh atletis karna sering olahraga dan hobi main basket serta genius dalam pelajaran walau sering jadi sasaran lempar spidol gratis oleh para guru karna sering ketiduran dikelas. Menjabat sebagai ketua Basket, Ketua debat Bahasa Inggris dan Ketua Osis mau pensiun ini sukses bikin para cewek ingin jadi pacarnya. Namun dijamin bakal makan hati karna bila jadi pacar Satya, harus bisa tahan hati, tahan emosi bila liat dia berdua dengan Eva mesra layaknya orang pacaran dan cuek sama budegnya gak nanggung-nangggung!

ketika sampai di depan kelas, Satya berhenti lari lalu menoleh sambil ngos-ngosan ke belakang dan melihat Eva ikutan ngos-ngosan.


“Udah Va, gue capek dikejar sama lo, kayak gue ketahuan nyabung ayam gitu sama warga sekampung.”
“gue juga capek ngejar lo, gue lari kayak ketahuan Satpol PP lagi ngamen dipinggir jalan bareng lo.”
“kalo lo ditangkap Satpol PP mah gak bakal masuk penjara Va, tapi bakal masuk kantor KUA, Lo bakal dinikahin sama mereka satu-satu. Hahaha.”
“lo aja sono nikah ama Satpol PP, gue mah O.G.A.H! eh….. gue masuk dulu yah. udah bel, Dah.” Eva mencubit pipi Satya sekali lagi lalu masuk kelas karna bel masuk sudah bunyi.

Satya pun ikut masuk kelas yang bersebelahan dengan Eva sambil mengelus pipinya yang sukses dicubit Eva.


“Ratna! lo kemana aja?, kok gue gak liat yah?.”  dengan wajah santai dia duduk di samping Ratna, sahabatnya dan mencomot makanan yang ditangan sahabatnya yang hanya menghela napas pasrah.
“dosa apa gue jadi sahabatan sama cewek macam Eva ini?,”
“lo yang gak liat gue! jelas-jelas gue ada waktu lo ngejar Satya seolah-olah baru ketahuan guru main adu ayam! Hahaha… by the way, tadi waktu lo kejar-kejaran gitu, gue gak sengaja lirik Veni, wah… wajahnya jealous banget liat kalian berdua! Apalagi liat lo! waduh! Kayak pengen nelen gitu Va!.” dengan wajah berapi-api Ratna menjelaskan kepada Eva.
“terus?,”
“kenapa lo gak bikin konferensi pers kayak ayah lo sering lakuin di infotainment itu kalo lo gak ada hubungan apa-apa dengan Satya? Kan yang tau kalian saudara Cuma gue aja.”
“hahaha… lo kebanyakan nonton gossip Ratna! ogah bener gue bikin kayak gituan, gak ada guna, emang penting gitu satu sekolah tau gue sepupuan sama dia? enggak kan? ya sudah.” Dengan mimic cuek dia mencomot tahu temannya tanpa seijin yang beli dan memakannya.
“lo itu emang maling yah! nyomot seenak jidat! Udah pergi lo sana!.” Dengan mimic mengusir yang sangat tak cocok ditampakkan diwajahnya yang melankolis itu.
“duileh…. Ya deh gue pergi, bye.” Dengan mimic tanpa dosa dia mengambil minuman Ratna yang nganggur di depannya dan membawa buku diary mamanya.

“lo mau kemana kunyuk? Gantiin makanan gue!.” dengan suara yang sudah maksimal nyaringnya, namun tetap aja tak kedengaran dia memanggil Eva yang melenggang kangkung menuju pintu.
“ke perpustakaan. Entar kalo udah datang gurunya, sms gue yah.” dan menghilang dari pandangan Ratna yang hanya bisa pasrah dengan suratan takdir yang harus berteman dengannya.


Eva menuju perpustakaan sambil bersinandung kecil menemani langkahnya yang santai. Saking asyiknya, dia tak menyadari ada seseorang yang buru-buru berlari kearahnya seolah baru saja dikejar mafia kelas Komodo hingga…

“ADUH! Lo bisa ngerem gak sih?! Lo gak liat gue apa?!.” Dengan wajah antara sebal, kesakitan, pengen jitak dsb terpampang jelas di wajah Eva karna bertubrukan dengan Satya hingga sukses mencium lantai sekolah.
“aduh… sorry Va, gue buru-buru,” Dengan wajah tak ada prihatin sedikitpun sukses membuat Eva naik darah.
“lo itu yah! emang mau kemana sih?,” tanya Eva setelah dibantu berdiri lalu melayangkan jitakan sadis yang berpotensi bikin botak di kepala Satya.
“buset dah! Mau buang hajat. Udah ah, gue keburu nih! bubye.” dengan cubitan ringan di pipi yang dijamin bikin melar seketika sukses membuat Eva mengeluh kesakitan sambil mengelus pipinya yang malang.

“dasar sableng! Awas lo pulang entar! Gue gorok!.” Dengan semangat berapi-api Eva melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan.


Hembusan udara AC yang membuat pengunjung serasa di Kutub Utara dirasakan oleh Eva ketika membuka pintu perpustakaan. Sambil melirik buku-buku yang berbaris rapi dan saling berhimpitan, dia mencari posisi enak untuk membaca dan akhirnya menemukan di pojokan dan langsung mendudukinya sebelum ada yang melirik.

ditemani music-musik lembut di speaker perpustakaan, suasana sepi karna sebagian murid belajar, dan tempat yang strategis tersembunyi dari pelototan pengawas Perpustakaan menjadi surga tersendiri bagi Eva yang menyukai  keheningan. Dia membuka buku ibunya penuh rasa penasaran dan membacanya.



10 januari
yakinkah itu yang kau pilih itu
benar memilihmu?
tanpa mlihat cacat kaki kehidupanmu?

sedangkan dia baru saja
kau temui kemarin,
dan masih baru dalam duniamu.

kau mestinya memilih aku
yang lebih mampu
memberi kejelasan dalam hidupmu

kau harusnya memilihku
bukan dia, tapi aku
meski kau terlanjur memilih dia,
ku akan selalu menunggu kau ntuk memilihku.”

Oh Dear, apa salah kalau aku suka sama dia? sahabatku sendiri? Kalau menurutmu itu salah, give me a possible reason. Ok, he just MY BESTFRIEND. But, ada sesuatu di dalam dirinya yang aku suka, dan aku tak tau apa itu Dear. yang jelas itu membuatku selalu ingin dekat dengannya, selalu ingin membuatnya  tersenyum dan tak ada mendung diwajahnya, dan aku ingin mengisi hatinya yang kosong sejak ditinggal Fira, sahabatku. Tapi nyatanya apa? It just a bulshit dream. L 
Dear,tadi pagi dia nyamperin aku kesekolah. Dia bilang bahwa dia sangat khawatir dengan keadaanku yang kemaren mendadak drop. Aku Cuma tersenyum untuk mengurangi kekawatiran yang bisa terlihat jelas di sorot matanya yang tajam itu.  

Rupanya aku salah tersenyum dengannya dear, karna dia langsung bercerita bahwa PDKT dengan Ayu,cewek yang buatku nangis darah itu sukses besar dan dia berencana untuk menyatakan perasaannya dear!

Apa gak cukup dia bikin aku nangis?!
Apa dia gak sadar bahwa aku menyukainya selama 3 TAHUN INI?!
Perlukah aku menyadarkannya dengan berteriak di lapangan sekolah bahwa AKU MENYUKAINYA lebih dari dia suka sama tuh cewek entah siapa nama ortunya!


Sakit dear…

Mungkin, aku harus tidur untuk menangkan jiwa labilku ini. Good bye dear.

#NF : sorry dear kalo beberapa minggu ini aku gak ada nulis, aku mau pergi, mau tenangin diri. But, I’ll be okay. So, don’t worry about me. J 



24 january
Hai dear… don’t you know I miss you so much?! Really miss you! Hahaha… kayaknya ini rekor terlama aku menyepi yah. kamu tau dear selama beberapa minggu ini aku kemana? Aku ijin pergi ke Villa punya mama di sebuah pantai yang sepi… banget! Saking sepinya, aku tak melihat sebatang hidung manusia pun, dan juga kucing! Hahaha…
disana aku menangisi perasaanku yang semu dimatanya,  merenung apakah aku salah menyukainya dan menetralkan perasaanku yang terombang-ambing bagai samudra yang dilanda Badai emosi.

Aku bebas disana Dear, tak ada yang meneriaki aku untuk makan, mandi, dan sebagainya juga tak ada bunyi handphone yang bernyanyi disini. like in isolated village. Dan kamu tau apa yang aku bawa?Cuma koper ukuran sedang! Hp aku tinggal, kamu aku tinggal dan no one I brought. :D

pada saat aku kembali ke peradaban manusia normal, aku mencheck ponsel dan… WAW! 50 unread message and missed call by Evan Saputra! Hahaha… aku serasa orang penting di matanya, penting untuk disakitin perlahan-lahan sih *glek*

Aku tidur dulu yah dear, soalnya aku besok sekolah. Dan kamu tau apa keterangan aku disekolah? Pasti kamu mikir aku Alpa dan besok langsung dikeluarkan dari sekolah kan? salah! Karna mamaku yang baik hatinya ini ijinkan aku untuk pergi menjenguk nenek entah keluarga siapa sakit di kampung sana. Yang jadi pertanyaanku, nenekku yang mana yah? :D



 “Ada kabar terabaikan
kala ku menyepi
di kegelapan bumi.

Aku pergi
ntuk mencari keadaan
yang ku inginkan,
untuk ringankan bebanku.

maaf ku butuh waktu
untuk berjalan dan pahami,
jalan hidupku.
ku ingin kepastian
yang ku susuri itu,
tak akan menyakiti ku.

tak ingin kau salah
atau menyalahi apa
yang ku lakukan disini.”





26 Januari

*flashback on*

“ WOY RE! kamu kemana aja selama 2 minggu ini? Sejak kapan seorang Rere Maharani, sahabat aku yang paling cuek sedunia ini mau menjenguk neneknya di kampung? Kamu gak kesambet setan tobat kan?.” pertanyaan bertubi-tubi dari Evan pada saat istirahat dikantin dan membuat aku yang asyik ngobrol dengan Fira,  gelagapan menjawabnya.

“Kamu  nanya apa interogasi Van? Nanya satu-satu dong! Atau… kamu kangen sama aku yah jadi kamu ribut begini?.” dengan senyum penuh goda aku mencubit pinggangnya dan membuat Fira tertawa melihat kami.
sejenak, dia menatap Fira dengan tatapan yang aku tak tau artinya apa, lalu menatapku balik “ Aku? kangen? Sama kamu? Hahaha… mimpi! Re… aku tau kamu, Fira tau kamu, dan Vivi apalagi.  kamu tak mungkin hilang bagai di telan Bumi kalau tak ada apa-apanya. So, tell with us, where’d you went in 2 weeks ago? Did you had problem and you can’t solve it?.” Dengan tatapan tajam andalannya sukses membuatku mematung.

“kayaknya aku harus pergi dulu deh, baru ingat baru saja disuruh ke Kantor sama Pak Nanda.  bye semuanya.” Fira langsung berdiri dan meninggalkan kami, seolah-olah ada rahasia antara kami dan dia tak ingin ikut campur.

“3 tahun kita berbagi rahasia, ternyata itu tak cukup untuk mengetahui perasaanku.”


“aku gak ada apa-apa kok Van. Suer deh. Kalaupun aku ada masalah, aku pasti akan cerita sama kamu dan Fira juga  Vivi.” Sambil menatap Evan yang masih tak percaya dengan omonganku yang dirasa gagap karna gugup.

“bener Re?,” kata Evan tak percaya.

Aku hanya tersenyum penuh keyakinan agar dia percaya, dan tersenyum untuk menutup luka karna disakiti perlahan dan perasaan yang semakin menggebu.

“Ok. kalau kamu ada masalah, kamu harus cerita sama aku dan Fira! Kalau tidak, jangan pernah kau menganggap aku sahabatmu lagi!.” dengan wajah sengaja dibikin marah dan membuatku tertawa.

“aku janji Van, I’ll promise it.”

Demi Langit yang sedang menjadi saksi pembicaraan kami,  kantin sekolah yang berjubel yang menyediakan tempat untuk kami dan Angin yang sedang membimbing segumpal awan putih untuk menutupi Matahari yang sedang bersinar garang di Bumi yang sudah tua umurnya, aku melihat dia tersenyum dan aku, sekali lagi terpesona dengan senyumnya. Dan spontan memasang senyum terbaik yang aku miliki dan jarang digunakan.

“Re, kamu tau kan aku suka sama Ayu? Aku ingin bilang padanya bahwa aku menyukainya. Tapi bagaimana caranya? Aku kan pemalu Re. nembak Fira kemarin saja aku getar-getir! Apalagi nembak Ayu, bisa mati berdiri aku!.” sambil tertawa dia berkata, namun tidak bagiku yang sekali lagi hancur berkeping-keping tanpa bisa dia lihat kepingannya.

“Ya ngomong saja Van! Apa susahnya sih? Bagaimana kalau kamu ajak dia ketemuan di Taman yang sering kita datangin itu terus kamu bilang di depan dia sambil bermain gitar dan berkata “ will you be my princess in my heart? I’m in love with you in first sight.” Aku jamin deh, cewek kayak Ayu bakal kelepek-kelepek mendengarnya dan akan menganggukkan kepalanya. Kamu pemalu? Cowok tak tau malu iya!.” Dengan susah payah aku mengungkapkan ide yang muncul di kepalaku, tertawa untuk menyembunyikan air mata yang hendak keluar sebagai tanda bahwa aku tak rela.
“bagus banget ide kamu Re! tak sia-sia aku punya sahabat cuek namun romantic ini. Thanks ya Rere sayang, aku janji deh, kalau kamu akan jadi orang pertama yang tau aku pacaran dan kamu aku traktir es krim deh!.” Dengan suara penuh semangat dia pindah dari duduk di hadapanku lalu duduk disamping dan memelukku erat, membuatku semakin ingin meneteskan air mata, namun ku tahan agar dia tak curiga.

“Sama-sama Van. Itulah gunanya Sahabat bukan? Eh, aku mau ke toilet dulu. Bye.” Secepat kilat aku melepas pelukannya dan berlari meninggalkannya sambil menghapus air mata yang sekarang mengucur deras.

“aku rela melepas yang aku punya, rela memendam sakit ini, agar bisa selalu melihat senyum diwajahmu, walau konsekuensinya, aku terluka.” Sambil bergumam aku berlari menuju taman  belakang Sekolah, sebagai tempat untuk menumpahkan rasa sakit yang sekali lagi, dia torehkan padaku tanpa sadar.


*flashback off*

                                    *******************************


See Dear? Evan mau nembak Ayu dan dia cerita padaku! Aku gak tau harus bagaimana lagi, aku capek Dear. dia bilang bahwa dia tau aku, tapi kenapa dia tak bisa melihat dalam lubuk hatiku paling dalam bahwa aku suka dengannya?! Apakah perasaan ini terlalu semu atau tak terlihat sama sekali sehingga dia tak menyadari dan merasakannya? Apa semua yang kulakukan selama ini padanya, dianggapnya sebagai perhatian seorang sahabat? 



“raga ini bergeming hancur
ketika menerima hati lain
dari hatimu
cinta lain dalam hidupmu3

tak pernah terlihat olehmu
aku dan cintaku
yang tak pernah berubah
dingin pada egomu

kini ku mengerti
bahwa getar hatiku
tak akan bisa menghidupkan
sedikitpun hasratmu

kau lakukan apa yang ku inginkan
tuk buat ku menjadi yang pertama
tapi hatiku inginkan yang tak mungkin. “

Ah sudahlah dear, mungkin ini sudah suratan takdirku untuk bersahabat dengannya, bukan menjadi cewek yang special dihatinya. L.

getaran ponsel tanda sms masuk disaku Eva sukses mengembalikan gadis itu kedunia nyata, sambil menggerutu dia mengeluarkan ponselnya dan membuka pesan.

From : Ratna, my BF, my comel.
eh curut! Lo dimana? Gue dikantin nih. Ibu Sam gak masuk hari ini. Dalam waktu 5 menit lo harus nongol dikantin kalau tak ingin melihat teman sebangku lo angkat kaki di samping lo! hahaha…

“Ini anak maksudnya apaan coba? Ngajak berantem?.” Dengan mulut komat-kamit ala baca mantra, tangannya menari menari di ponselnya yang touch screen itu.

Reply to : Ratna, My BF, my comel.

wah…sableng lo yah! iya deh, daripada gue duduk sendirian terus dianggap ama anak lain kita pisah ranjang, eh… pisah kursi maksudnya, gue samperin lo deh. By the way, ada Satya gak? gue ada “urusan” sama dia. biasa…

setelah sms itu terkirim, dia menutup buku diary ibunya penuh hati-hati lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar perpustakaan.

“gue gak mungkin bawa buku diary ini ke kantin, entar lecek, rusak, atau ketinggalan! Gue kan pelupa akut. Mending ke kelas dulu deh. Bodo amat dah kalo Ratna lumutan nunggunya.” Sambil bergumam dia memebelokkan langkahnya memasuki kelas untuk meletakkan buku diary ibunya di dalam tasnya lalu keluar lagi.


belum beberapa langkah dia ambil, tiba-tiba ada tangan yang menutup mulutnya dengan saputangan dan entah kenapa, membuatnya dunianya serasa gelap dan perlahan namun pasti, Eva pingsan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar